Malam ini seperti malam-malam biasanya. Dimana Athena, Gitta, Riana, dan Hafisa berkumpul di ruang teve dengan kegiatannya masing-masing. Riana yang membaca majalah, Hafisa yang sibuk menonton Masha and The Bear, Gitta yang memoles kukunya dengan kuteks, dan Athena yang sedari tadi misah-misuh tidak jelas karena ponselnya error.
"Ya elah, Then. HP lo gak error pun gak bakal ada yang nge-line." celetuk Gitta tanpa mengalihkan pandangan dari kukunya. Dan sekarang ia memekik girang karena kali ini ia tidak salah memilih warna kuteks.
Athena buru-buru melempar tatapan setajam elang pada sepupunya yang paling tua itu. "Siapa tau hari ini Dipta nge-line gue, gitu."
"Mau sampe kapan lo ngomong gitu terus?" Kini Gitta menatap Athena, meminta jawaban.
Tertarik dengan obrolan, Hafisa akhirnya menoleh dan merelakan beberapa scene kartun kesukaannya itu. "Iya Then, tiap hari lo ngomong gitu. Buktinya? Sampe sekarang gue belum denger, tuh, Dipta nge-line lo lagi."
Athena yang mulai kesal kini mencari benda yang memungkinkan untuk ia lempar pada Hafisa. "Diem lo, bocah!" Akhirnya ia melempar remote teve dan sukses mengenai kepala target.
"Perasaan, gue kelas 11 dan lo kelas 10 deh Then, kenapa jadi gue yang bocah?" Hafisa bingung sendiri.
Kini Gitta melempar bungkus Sari Roti pada Hafisa. "Ye, lemot dasar!"
Riana yang tengah membolak-balik majalahnya kini terusik. Kepalanya mendongak menatap ketiga sepupunya. "Dipta itu lucu loh, Then. Tapi kok dia udah gak pernah main ke sini lagi?" tanyanya kalem.
Tetapi yang ditanya menjawab dengan nada super-tidak-kalem. "Awas lo, Na, kalo sampe ngeceng My Chubby Bunny!" Ia hampir bangkit dan menjitak Riana jika saja Gitta tidak menyeletuk.
"Posesif amat lo, pacar aja bukan." Seketika Athena kembali duduk di posisinya dan menunduk. Gitta kira Athena baper dan dirinya hendak meminta maaf. Tapi tindakan cewek itu selanjutnya membuat Gitta tahu bahwa Athena kini hampir berubah menyerupai harimau ganas.
Athena bangkit dan menarik rambut sepupu tertua-nya itu. Membuat Hafisa dan Riana buru-buru melerai mereka berdua.
"Jangan pernah ganggu harimau yang lagi baper," bisik Hafisa dengan cukup keras pada Gitta sehingga terdengar oleh yang dimaksud.
Athena mendengus kesal. Ye, dikira harimau bisa baper apa, batinnya. "Bulan depan juga paling Dipta udah jadi milik gue, dan kalian bakal bersih-bersih rumah selama empat bulan penuh. Gue, sih, tinggal santai aja."
Gitta memutar bola matanya. "Iya-in aja deh, daripada rambut gue ditarik lagi."
"Anyway, gue gak ngeceng Dipta, kok, Then." Riana akhirnya kembali bersuara.
[-][-][-]
Terik matahari sisa siang tadi masih cukup terasa di pori-pori kulit Athena. Dengan langkah gontai, ia berjalan kearah parkiran, tempat dimana motornya berada. Sambil menggaruk-garuk punggungnya yang diingatnya sudah dua hari belum di gosoknya saat mandi.
Athena mendengus begitu dirinya ingat bahwa hari ini ia memiliki jadwal bimbel. Batinnya berperang antara pergi ke tempat bimbel atau pulang ke rumah.
Mending pulang, sih. Masuk kamar, nyalain AC, tidur.
Tapi buru-buru dahinya mengerut mengingat sesuatu. Chubby Bunny-nya tidak mungkin bolos bimbel dan tentu jika hari ini ia datang ke tempat bimbel, dirinya bisa bermodus ria terhadap cowok itu.
Percayalah, Athena tidak se-brewekan yang kalian kira. Untuk masalah cowok yang satu ini, ia rela menggunakan kalimat "My Chubby Bunny" yang sebenarnya sangat aneh plus menggelikan jika Athena yang menyebutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Quirky Records of Friday Night
Teen FictionFour girls, one house. Apa jadinya kalau empat orang gadis remaja yang sedang having the time of their life diletakkan di dalam satu rumah? Piring kotor yang menumpuk, jemuran lembab yang terlambat diangkat, kain kusut yang menunggu untuk disetrika...