[8] - Genit

788 102 14
                                    

Arsa sudah tiba di Bandung sejak kemarin malam. Ia terbiasa menempuh perjalanan pulang-pergi ke berbagai kota yang berbeda-beda dengan waktu singkat. Pagi harinya Arsa berangkat ke kantor, aktivitas Arsa di hari ini tidak begitu padat. Hanya ada kegiatan olahraga berupa senam dan lari pagi bersama di Polrestabes.

Berpakaian lengkap bertema olahraga yakni t-shirt bewarna hitam dan celana panjang training. Arsa menjadi pusat perhatian para kaum hawa yang selalu memandangnya penuh kagum. Tubuh tinggi, berisi nan terbentuk itu yang berkeringat tampak terekspos jelas. Sehingga semakin menampikkan kesan betapa karismatiknya Arsa.

Biasanya sepulang dari dinas diluar kota, Arsa mendapatkan hari libur. Sebelumnya ia juga sudah menampung berbagai skedul pekerjaannya untuk dipindahkan di minggu depan agar sisa waktu diminggu ini ia gunakan untuk mempersiapkan hari pernikahannya.

Setelah Arsa mengakhiri putaran larinya dilapangan. Arsa memutuskan untuk melakukan Inspeksi mendadak (sidak) ia mengelilingi area polres bersama Rayan dan Dito.

Ketika langkah kakinya saling beriringan mengayun tegas. Mereka dikejutkan oleh lima orang perempuan yang dimana salah satunya tiba-tiba berteriak tanpa mengenal malu.

"Pak, tutor jadi istri bapak dong!"

Perempuan yang berumuran tujuh belas tahunan itu mendongak, menepatkan tatapannya pada Arsa. Arsa pun sontak menghentikan langkahnya diikuti oleh Rayan dan Dito. Kening Arsa mengernyit. Pandangan herannya jatuh pada sosok perempuan itu yang semakin berjalan mendekat.

"Sekolah dulu yang benar dek. Lulus dapat nilai bagus minimal," Sahut Rayan mewakilkan Arsa yang masih terdiam.

Melalui kedua obsidian legam milik Arsa menyipit. Tatapannya seakan memancarkan rasa ketidaksukaan itu dapat Rayan rasakan. Rayan yakin Arsa risih.

Dito tertawa pelan menanggapinya. Lalu ia ikut berkomentar. "Minimal bidan lah kata pak Arsa."

Arsa yang mendengarnya lantas melirik tajam kearah Rayan dan Dito. Menegaskan agar mereka tak bersikap berlebihan.

"Tau nih Iptu Dito sukanya bercanda." Ucap Rayan menepuk bahu Dito. Bermaksud memberi tahu Dito, jika Arsa sedang di mode serius.

"Maaf Pak." Sesal Dito menunjukkan gigi rapihnya pada Arsa. Jemarinya refleks menggaruk kepala meski tidak gatal.

Arsa hanya mengegeleng memaklumi. Paham betul bagaimana teman-temannya yang senang sekali bergurau. Mengingat Rayan dan Dito umurnya lebih muda darinya.

"Lagi ada keperluan apa kemari, bisa saya bantu?" Tanya Arsa. ia tidak tersinggung ataupun marah hanya saja Arsa menghargai perempuan itu yang statusnya adalah masyarakat dan dirinya adalah sebagai pengayom.

"Saya mau ngurus Skck pak." Ujar perempuan itu menjawab. Matanya tak berhenti terus menatap, menunjukkan ketertarikkanya pada Arsa.

"Sudah dilengkapi persyaratannya?"

"Udah pak. Persyaratan jadi istri bapak udah lengkap nih, eh maksudnya Skcknya," Jawab perempuan itu cengengesan.

"Dimana ya pak tempatnya? soalnya luas banget, bingung," Ucapnya lagi meneruskan, terlihat salah tingkah dan gugup.

Menggunakan jari telunjuknya, Arsa mulai memberikan arah dimana letak gedung pengurusan Skck. "Kamu lurus aja dari sini, itu ada ibu-ibu yang baju merah kamu belok kanan. Nanti tanya aja lagi disana," ucap Arsa tak menggubris perempuan itu yang tengah berusaha menggodanya.

Possessive [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang