Dadaku terasa sangat sesak bahkan ketika lantai bawah tanah adalah pijakan selanjutnya mengakhiri tangga-tangga sialan itu belum mampu membuat langkahku terhenti.
Dilla menoleh ketika aku berusaha mengais udara yang masuk ke paru-paru. Tubuhku berpeluh keringat dan tudung jaketku tersampir ke belakang sejak di pertengahan menuju kemari.
"Apa mereka masih mengejar kita?"
Tenggorkanku tercekat setela mengatakan kalimat secara susah payah. Sementara matau tidak lepas dari wajah Dilla yang tampak pucat.
"Kita harus segera pergi dari sini, secepatnya!"
Tanganku ditarik untuk kesekian kalinya. Lantai ruang bawah tanah berisi tiang-tiang penyangga berukuran raksaksa. Pipa-pipa besi terpasang di setiap tempat. Aku mengijak kabel-kabel berukuran ibu jari kaki, hampir memenuhi lantai bawah tanah yang dingin. Udara pengap namun menusuk karena hawa teramat dingin.
"Aduh!"
Kepalaku tiba-tiba terbentur ke salah satu pipa yang menghalangi langkahku. Awalnya aku kira pipa itu lebih tinggi dari tubuhku. Ternyata aku hampir saja membuat kepalaku penyok.
"Hati-hati!"
"Terlambat!" kataku kesal sambil meraba bagian yang nyeri.
Langkahku berhenti untuk memastikan kepalaku tidak benjol meski terasa berdenyut sebelah. Apalagi sepatuku ikut terselit ke untaian kabel yang sedikit menggantung di lantai. Upaya untuk memeri jeda agar aku bisa kembali berlari harus pupus ketika Dilla kembali berteriak.
"Mereka datang!!"
Aku menoleh ke belakang. Mendapati empat orang berseragam pejaga serta kehadiran Panuluh di belakang mereka membuatku takut. Keberadaan pipa dan kabel-kabel tidak membuat mereka kesulitan mencari keberadaanku.
Salah satu penjaga berteriak kencang setelah menangkap keberadaanku dengan sorot matanya yang besar.
"Lari!"
Dilla menarikku tanpa aba-aba yang tepat. Aku belum siap sama sekali. Kakiku tersandung. Lutut kiriku menyentuh lantai dengan manis. Setengah tubuhku menyentuh lantai. Aku merutuki sebelah kakiku yang terkait oleh kabel. Segera aku melepaskan kabel dan menendang mereka menjauh. Dilla menarik lagi tanganku hingga mau tidak mau aku berdiri dengan keseimbangan yang kurang baik.
"Kau baik-baik saja?"
Aku mengatur napasku juga membenarkan letak sepatuku yang hampir terlepas.
"Nanti saja kau tanyakan itu padaku!"
Kami kembali melangkah kini lebih baik dari sebelumnya. Mungkin karena aku tidak terlalu cemas dan terus-menerus berniat melihat ke belakang.
Pintu utama hampir terlihat di depan kami. Beberapa meter jaraknya. Aku merasa permainan kejar-kejaran ini akan segera berakhir. Tapi sayangnya satu penjaga tiba-tiba muncul. Tubuhnya besar hampir menutupi lubang pintu yang hanya terbuka sebelah.
"Bagaimana ini?"
"Jangan berhenti!" jawab Dilla.
Aku merasa kakiku sedikit terangkat karena tarikan Dilla menguat. Kecepatan gerak kami berubah aneh dalam sekejap. Sementara kedua lengan penjaga di depan kami merentang lebar.
Detik selanjutnya aku melihat tubuh penjaga itu terhempas ke belakang dengan kuat. Tubuhnya yang gempal berakhir terlentang di atas lantai tanpa bisa bangkit.
"Apa yang kau lakukan padanya?"
"Itu ulahmu tahu!"
Kedua kakiku terasa sedikit nyeri ketika sudah melewati ambang pintu. Napasku semakin berat ketika matahari bersinar terik menyinari tubuhku yang berkeringat parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNFORGIVEN : Hidden Secret Of Them ✔
Random🎖: Top 5 Writora 2023 - Take Your World © KANG ZEE present • (#) BOY'S IN THE NIGHTMARE • THE UNFORGIVEN : Hidden Secret Of Them • THE 6TH FULL NOVEL '2023' • Mystery, Thriller, Fantasy • Completed Andrew terlahir dengan kutukan buruk di dalam...