•
•
•
•Eung...
Bunyi erangan menandakan seseorang sedang bangun dari tidurnya. Dengan perlahan, matanya terbuka untuk beradaptasi dengan cahaya matahari yang perlahan memasuki ruangan.
Merasa ada pelukan di pinggangnya, Ia bergeser sedikit untuk melihat, dan terkejut saat melihat Blaze yang sedang tertidur lelap sambil merangkulnya dengan erat.
Berbalik menghadap Blaze, ia memutuskan untuk berani dan menyentuh pipi Blaze dengan lembut, mengelusnya dengan perlahan. Tatapan intensnya tertuju pada Blaze, seorang pemuda yang masih terlihat tampan walaupun dalam tidur.
Namun, di balik rasa terpesonanya, ia merasakan kekesalan dalam hati. Sejak kemarin, Blaze tampak mengabaikannya dan hanya fokus pada Elio dan Keenan. Apakah dia tidak terlihat oleh Blaze? Ia tahu betul perasaan cemburu yang tengah menggelora, dan ia frustrasi Blaze tak menyadari ketidaknyamanannya.
Mengingat kejadian kemarin, kekesalan dalam dirinya semakin terasa. Ia merasa frustasi dan akhirnya mencubit pipi Blaze dengan kuat.
"Blaze, dasar brengsek. Kamu anjing," ucapnya dengan nada kesal, lalu mengelus pipi Blaze lagi dengan lembut, khawatir mengganggu tidurnya.
"Sstt," Blaze terbangun oleh tindakan Sky, dan dia memandang Sky dengan kantuk.
"kenapa?" tanya Blaze dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Sky terkejut mendengar Blaze bicara, dia panik karena tertangkap mencubit pipi Blaze.
"A-ada nyamuk di pipi! Ya, ada nyamuk," jawabnya tergagap, matanya bergerak tak menentu, menghindari pandangan Blaze.
"gua udah bangun dari tadi."
"matilah...udahlah. gabisa bohong lagi, udah terlanjur ketahuan," gumam Sky dalam hati.
Sky menatap Blaze lagi, bibirnya turun dan dia menarik rambut Blaze dengan keras dan tanpa ampun.
"Sky, lepas. " Blaze berkata datar, menatap Sky tajam. Tarikan rambut Sky sangat menyakitkan, ia bingung dengan tindakan tiba-tiba Sky.
Sky berhenti menarik rambut Blaze, dia menatap Blaze dengan bibir yang merunduk dan mata berkaca-kaca.
"Jahat," gumam Sky dengan suara lemah dan gemetar, hampir menangis. Namun Blaze masih bisa mendengarnya.
Melihat Sky hampir menangis, Blaze segera memeluknya dengan hangat. "Kenapa, hm?"
Air mata Sky langsung jatuh begitu Blaze memeluknya. Dia membalas pelukan Blaze dengan erat, menyembunyikan wajahnya di dada Blaze.
"Maaf."
"Maaf atas apa?" tanya Blaze sambil mengelus kepala Sky dengan lembut.
"mencubit pipi dan menarik rambut," jawab Sky dengan suara tertahan di dada Blaze, suaranya terdengar lucu.
Blaze terkekeh mendengarnya. Dia tidak keberatan, meskipun rambutnya masih terasa sakit. Jika Sky terus menarik rambutnya, mungkin dia akan botak.
"Iya, sekarang jelasin lu kenapa?" tanya Blaze dengan nada lembut. ia khawatir suaranya yang datar akan membuat Sky menangis lagi. Blaze baru menyadari bahwa Sky adalah seseorang yang cengeng.
Sky mendongak dan menatap Blaze. Bibirnya melengkung ke bawah, hampir menangis lagi. Blaze memang benar, Sky sangat cengeng.
"Gue bukan teman lo?"
Blaze mengernyit, bingung mengapa Sky bertanya begitu. Tentu saja Sky adalah temannya. Mengapa Sky bertanya seperti itu?
"Kenapa nanya gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLAZE (BL)
Teen FictionCerita dimulai dari seorang pemuda yang tak terduga terjebak dalam dunia yang sebelumnya hanya ia nikmati dalam halaman-halaman kata-kata. Takdir telah mempersembahkan padanya perjalanan luar biasa, mengangkatnya keluar dari batasan dunianya dan men...