•
•
•"Blaze, bangun," Keenan mengguncang tubuh Blaze perlahan, berusaha membangunkannya.
"Hm." Blaze menggeliat dan mengeluarkan suara serak khas orang baru bangun tidur. Keenan, yang mendengar itu, terdiam sejenak, pipinya memerah mendengar suara Blaze yang terdengar...errr, sexy.
Merasa sudah tidak ada lagi gerakan orang yang membangunkannya, Blaze membuka matanya dan langsung berhadapan dengan keenan yang terdiam dengan pipi kemerahan.
Tanpa ragu, Blaze meraih pipi Keenan dan mengelusnya perlahan. "Pipinya merah, panas?" tanya Blaze dengan khawatir, matanya tetap tertuju pada Keenan.
Keenan yang merasakan sentuhan di pipinya, terkejut dan sejenak tidak tahu harus berkata apa. Lalu, dengan cepat, ia mencoba kembali untuk tenang."Enggak, cuma gerah aja."
Blaze mendengar penjelasan Keenan merasa agak bingung. Udara di dalam pesawat terasa begitu dingin karena AC sudah dinyalakan sejak tadi, jadi mengapa Keenan masih merasa gerah? Ingatkan dia untuk mengatakan kepada kakeknya memperbaiki AC di dalam pesawat ini nanti.
"Pesawat mendarat 10 menit lagi, cuci muka dulu sana" saran Keenan ketika tidak mendapatkan respons dari Blaze.
Blaze memandangi Keenan sejenak, lalu pandangannya beralih ke tempat tidur yang tadinya ditempati Keenan dan Sky. "Sky?"
"Kamar mandi"
Blaze mengangguk sebagai tanggapan. Ia kemudian mencubit pipi Keenan yang masih dipegangnya sebentar, lalu melepaskan tangannya. Setelah itu, ia bangkit dan pergi, meninggalkan Keenan yang masih terdiam dan bingung dengan perlakuan tiba-tiba dari Blaze. Tindakan Blaze tadi membuat hatinya bergetar hebat.
Sementara itu, Elio sudah bangun lebih awal karena merasa lapar. Ia tengah menikmati cemilan yang ada di dalam pesawat.
𝆗 ⌺ 𝆗
Setelah perjalanan yang panjang, mereka berempat akhirnya tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Saat menginjakkan kaki di bandara, Blaze tidak lupa memberi kabar kepada kakek dan neneknya bahwa mereka sudah sampai. Ia juga sempat mengingatkan kakeknya tentang AC pesawat yang perlu diperbaiki.
Begitu tiba di bandara, mata-mata dari berbagai kalangan tidak bisa berhenti memandangi mereka berempat dengan tatapan kagum. Siapa yang bisa melewatkan pemandangan empat orang pria tampan seperti mereka? Tatapan penuh decak kagum pasti akan membuat siapa pun menyesal kalau sampai melewatkannya.
"Gila cakep banget cuy"
"buset, insecute gw"
"emang bole secakep itu?"
"lu tau yang dipikiran gue?"
"haha, kira kira siapa yang jadi ukenya?"
"Harem ga sih"
S
ementara suasana riuh itu berlangsung, Keenan merasa tidak nyaman. Tangannya gemetar dan rasa panik melanda, wajahnya terlihat datar namun matanya memperlihatkan ketakutan. Blaze yang menyadari nya segera merespons dan memegang tangan Keenan dengan lembut, menautkan jari-jari mereka. Dia menatap Keenan dengan tatapan penuh dukungan, mencoba menenangkan temannya itu. Keenan menatap balik Blaze, matanya mengisyaratkan rasa terima kasih dan kelegaan.
Blaze tersenyum lembut, menatap Keenan dengan penuh perhatian sembari mengelus tangan Keenan yang gemetar, memberi isyarat bahwa semuanya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLAZE (BL)
Novela JuvenilCerita dimulai dari seorang pemuda yang tak terduga terjebak dalam dunia yang sebelumnya hanya ia nikmati dalam halaman-halaman kata-kata. Takdir telah mempersembahkan padanya perjalanan luar biasa, mengangkatnya keluar dari batasan dunianya dan men...