•
•
•
•
•Sekarang Blaze duduk di kursi dengan kepala menunduk. Di depannya, ketiga pacarnya duduk dengan ekspresi tegang, dan Shaka berada di sampingnya, terlihat kebingungan.
Ruang tamu itu hening, hanya diisi oleh tatapan tajam dari Keenan, Sky, dan Elio. Jika ini dunia komik, mata mereka mungkin sudah mengeluarkan leser mematikan.
"Oh, jadi ini alasan kenapa lu mau nginap di apartemen, iya?" tanya Sky dengan nada keras, membuat suaranya menggema dalam ruangan itu.
"Ga gitu," jawab Blaze dengan suara pelan, masih menundukkan kepalanya.
Mungkin, jika anggota Vortex melihat ketuanya menjadi tidak berdaya seperti ini, mereka akan terkejut dan terguncang. Blaze, yang dikenal kejam sebagai ketua Vortex, sekarang tampak kehilangan harga diri.
"TAI," ucap Sky dengan nada kesal, dan ia tidak mengatakan apapun lagi. Hening kembali mengisi ruangan, sampai terdengar suara Elio.
"Dia siapa?" Elio, yang sejak tadi diam, akhirnya memecah keheningan.
"Temen aku," jawab Blaze cepat sambil menatap Elio.
"Emang beneran temen?" tanya Elio lagi dan Blaze hanya mengangguk.
"Aku ga pernah liat temen kamu yang ini."
"Baru aja temenan."
"Baru?" tanya Elio. Blaze hanya mengangguk.
"Temen baru, tapi kalo udah deket kamu jadiin pacar?" tanya Elio lagi dan Blaze membenarkan dengan anggukan cepat.
Sky dan Keenan yang melihat itu langsung melotot dan menatap Blaze dengan tatapan semakin tajam. Blaze yang menyadari kesalahannya langsung menggeleng dengan panik.
"EMANG ANJ*NG!" teriak Sky dan Keenan bersamaan, dan langsung menyerang Blaze dengan pukulan.
Sementara itu, Shaka hanya memperhatikan dengan tatapan bingung. Ia masih belum memahami situasi ini. Apakah mereka semua pacar Kak Blaze? Kenapa bisa ada tiga? Pikirannya berkecamuk mencoba memahami hal-hal baru yang baru saja ia ketahui. Tetapi sebelum itu, ia merasa tersipu malu saat Blaze dengan cepat mengangguk saat Elio bertanya tentang dirinya, walaupun tampaknya Blaze melakukannya tanpa sengaja.
Saat ini, mereka semua duduk bersama, menikmati masakan yang telah disiapkan oleh Blaze. Blaze, yang sekarang menjadi semacam "babu" di apartemennya sendiri, tampak sibuk memastikan semua orang mendapatkan hidangan yang mereka inginkan.
Shaka telah bercerita kepada mereka tentang mengapa ia berada di apartemen Blaze dan mengapa ia berada di jalan pada tengah malam itu. Hal ini membuat Keenan, Sky, dan Elio tidak marah lagi, malah mereka menjadi prihatin terhadap Shaka.
Alasan Shaka berada di jalanan adalah karena ia sedang melarikan diri dari orang-orang yang mencoba menjualnya. Ia tinggal sendirian, dulu ia tinggal bersama neneknya, namun neneknya meninggal seminggu yang lalu, meninggalkannya seorang diri.
Mereka makan dalam hening, fokus pada hidangan di depan mereka tanpa banyak bicara. Setelah selesai, mereka berkumpul kembali di ruang tamu, dengan Blaze duduk di tengah mereka.
"Kak Blaze," panggil Shaka pada Blaze. Namun, yang menatap Shaka bukan hanya Blaze, tetapi juga ketiga pacarnya. Shaka merasa kaku dihadapi dengan tatapan mereka.
"Kenapa?" tanya Blaze saat Shaka hanya diam.
"Makasih udah numpangin aku ya. Aku mau pulang sekarang," ucap Shaka dengan keraguan. Ia merasa tidak enak jika terus berada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLAZE (BL)
Teen FictionCerita dimulai dari seorang pemuda yang tak terduga terjebak dalam dunia yang sebelumnya hanya ia nikmati dalam halaman-halaman kata-kata. Takdir telah mempersembahkan padanya perjalanan luar biasa, mengangkatnya keluar dari batasan dunianya dan men...