•
~ Happy Reading ~
"Abang mau ke mana?" tanya Elio kepada sepupunya yang terlihat rapi malam ini tengah memeriksa penampilannya di kaca. Mereka berada di kamar sepupunya sekarang.
Rendra, sepupu Elio, tersenyum melihat adiknya itu. "Abang mau ke markas."
"Markas?" tanya Elio dengan ekspresi bingung.
Rendra membalikkan tubuhnya, memperlihatkan tulisan yang tertera di punggung jaketnya. Mata Elio langsung terbelalak ketika melihat tulisan tersebut.
"Abang anggota Vortex, ya?" tanya dia dengan kaget.
Rendra mengangguk. "Iya, dek."
"Abang tau siapa ketuanya, kan?"
Rendra hanya mengangguk lagi, merespon pertanyaan Elio.
"Siapa ketuanya?"
"Kepo kamu," jawab Rendra sembari tertawa.
"Ih, Abang, aku penasaran!"
"Nanti kamu tau sendiri, dek. Udah ya, Abang mau pergi dulu, udah ditungguin temen," ujar Rendra, lalu pergi begitu saja keluar dari kamar menuju lantai bawah setelah mengusap kepala Elio yang masih duduk di kasurnya.
"Abang belum jawab pertanyaanku," teriak Elio menyusul Rendra keluar dari kamar.
"Nanti, adek," balas teriak Rendra yang sudah keluar dari rumah. Elio yang melihatnya mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa cemberut gitu, dek?" tanya Marni, ibu Rendra, yang tiba-tiba datang dari arah dapur sembari membawa kue di tangannya. Lalu ia menyodorkan kue itu kepada Elio yang langsung diterima dengan senang hati. Elio memanggilnya juga dengan sebutan ibu.
"Abang bikin kesal," jawab Elio dengan nada kesal sembari menikmati kuenya.
Marni terkekeh, lalu mencubit pipi Elio yang terlihat mengembung akibat memakan kue. "Biarkan saja, ayo mam kue ini bareng ibu."
"Oke!"
𝆗 ⌺ 𝆗
Motor Blaze berhenti dengan gagah di depan markas Vortex. Anggota lain sudah menunggunya di dalam, mereka akan bersama-sama menuju arena malam ini.
Blaze berjalan dan duduk di salah satu sofa kosong, lalu ia melihat ke arah para anggota yang tampak bersemangat. Mereka semuanya mengenakan jaket kulit dengan logo Vortex yang mencolok di punggung, jaket ini menjadi tanda identitas sebagai anggota Vortex.
"Rinjani sama Reza di mana?" tanya Blaze kepada mereka.
"Udah duluan ke arena," jawab Panji.
Blaze hanya mengangguk sebagai respon. "Kita jalan sekarang. Anggota lain, jaga markas. Gua udah nyiapin makanan ringan dan berat di depan buat kalian."
"Asik, makasih bos,"
"Emang terbaik sih bos mah, peka banget,"
"Gue ga jadi sedih ditinggal di markas, banyak makanan yuhuu, makasih bos,"
Blaze hanya tersenyum melihat reaksi positif dari anggota yang akan menjaga markas. Ia hanya berniat membawa 15 anggota untuk ikut ke arena, toh mereka hanya akan ikut balapan, bukan berperang, sehingga tak perlu membawa seluruh anggota.
Kemudian, ia memandang anggota-anggota yang akan bergabung ke arena. "Ayo," ucapnya lalu memimpin jalan diikuti oleh mereka dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLAZE (BL)
Teen FictionCerita dimulai dari seorang pemuda yang tak terduga terjebak dalam dunia yang sebelumnya hanya ia nikmati dalam halaman-halaman kata-kata. Takdir telah mempersembahkan padanya perjalanan luar biasa, mengangkatnya keluar dari batasan dunianya dan men...