•
•
•
•
•Suasana menjadi hening seiring keempat pria memasuki kantin, semua mata di kantin tertuju pada mereka, penuh minat dan kekaguman.
Blaze memandang sekeliling, melihat adiknya yang melambaikan tangan kepadanya. Ia mengajak teman-temannya untuk duduk bersama adiknya yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.
"Jegar mau jemput Abang tadi, tapi lupa, hehe," ucap jegar ketika Blaze sudah duduk di sampingnya.
Blaze hanya tersenyum mendengar penjelasan Jegar. Namun, senyum sederhana itu cukup untuk membuat seluruh kantin bergemuruh dengan teriakan histeris. Blaze sedikit bingung dengan reaksi tiba-tiba mereka, namun memilih untuk mengabaikannya.
"Udah pesan?" tanya Blaze kepada jegar, dan diberi anggukan sebagai jawaban.
Kemudian, Blaze memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka. Sekolah ini memiliki pelayan di kantin, jadi mereka tak perlu memesan sendiri.
Hening melanda meja mereka. Tidak ada yang memulai percakapan, dan suasana menjadi canggung.
"Ekhem," terdengar deheman dari salah satu teman Jegar, mencoba memecahkan keheningan.
"Apa boleh kenalan?" tanya pemuda tersebut kepada Blaze dan teman-temannya.
"Keenan."
"Sky."
"Elio."
"Blaze."
Ucapan singkat mengenalkan diri terlontar dari mereka berempat. Pemuda itu mengangguk memaklumi.
"Gua Bevan Majapahit," ucap pemuda tersebut memperkenalkan dirinya.
"Lalu dia-" Ucapan Bevan terhenti ketika temannya di sampingnya memotong ucapannya.
"Gua bisa kenalan sendiri, ga perlu dikenalin," kata pemuda tersebut dengan nada santai.
Bevan hanya mendengus, sambil menggelengkan kepala pada temannya.
"Kenalin, gua Haekhal Atmaja," ujar pemuda yang tadi bersikap santai sembari mengibaskan rambutnya ke belakang, dengan cengiran khasnya.
"Nama gua Faldo Algerian, salam kenal," ucap pemuda yang lain lagi, Faldo.
"Astra Navelion," kata pemuda yang sebelumnya diam, ikut mengenalkan diri.
Blaze tersenyum tipis mendengar nama pemuda terakhir, Astra. Ia adalah protagonis dalam novel STAY, dan seperti yang ia bayangkan, Astra terlihat menggemaskan persis seperti yang dijelaskan dalam cerita. Tak seorang pun menyadari Blaze tersenyum, senyuman yang sulit diartikan.
Setelah sesi kenalan, pesanan mereka tiba dan akhirnya mereka mulai makan dalam keheningan.
"Eh, lu denger ga? Katanya ketua Vortex balik," bisik salah satu murid dari seberang meja.
"Geng yang selama ini tanpa ketua, kan? Lu tau dari mana kabarnya?"
"Ini jadi topik panas, bro. Banyak yang udah tau,"
"Lah, beneran? Gue baru aja tau. Udah lama geng itu ga ada tanda-tanda."
"Selama ketuanya ga ada, wakil ketua Vortex yang ngatur gengnya. Gue malah denger wakilnya itu anak SMP, ga masuk akal banget."
"Serius? Gue aja susah masuk geng itu, gimana anak SMP bisa jadi wakil ketua?"
Percakapan kedua pemuda di seberang meja terus berlanjut. Sementara itu, Blaze dkk dan teman-teman Jegar hanya diam-diam mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLAZE (BL)
Teen FictionCerita dimulai dari seorang pemuda yang tak terduga terjebak dalam dunia yang sebelumnya hanya ia nikmati dalam halaman-halaman kata-kata. Takdir telah mempersembahkan padanya perjalanan luar biasa, mengangkatnya keluar dari batasan dunianya dan men...