"Ha..lo?"
Tangannya gemetar, giginya bergemeretuk menunggu suara pemanggil diujung sana. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Keheningan yang menyelimuti semakin menyeruak. Dihadapannya hanya ada sebuah celah untuk keluar dari ruangan sempit ini.
"Hallo, gue disini."
Nafasnya tercekat, lidahnya kelu. Dengan perlahan ia menoleh ke asal suara tersebut. Tanpa melihat kearah depan kakinya sudah melangkah bermaksud untuk berlari, lari dari ruang gelap ini.
Nafasnya menderu seiringan dengan hembusan angin malam. Kakinya yang sudah letih ia paksakan untuk berlari, tak peduli apa yang ia pijak sekarang. Bahkan kakinya sudah lebam efek dari tumbuhan duri yang ia injak. Rasa pedih di sekitar badan yang menerjang ranting tak ia pedulikan. Yang ia inginkan hanya keluar dari jebakannya. Jebakan mautnya.
"Aww!" pekikan gadis itu nyaring terdengar, senyum kemenangan terukir di wajah pria itu. Segera ia mendekati gadis yang tersungkur disamping sungai. Ranting besar yang kini berada di depannya menjadi halangannya untuk berlari.
"Trying to run, eh?"
"Pergi lo dari sini! Pergi dari hadapan gue! Sekarang!"
Satu langkah..
Dua langkah..
Tiga langkah..
Hingga kini akhirnya pria itu berada tepat di depannya sekarang. Gadis yang sadar akan hal itu segera mundur, mencari cara untuk kabur. Kakinya yang terkilir itu ia paksakan untuk berdiri. Tapi apa daya, kaki itu bahkan sudah mati rasa.
"Udah gue bilang lo gaakan bisa lari dari gue." tutur pria itu, sembari menunjukkan smirk andalannya. Kedua tangannya mencoba meraih pipi gadis yang dipenuhi aliran air matanya yang deras. Jarinya yang lembut menyapu air mata itu perlahan dengan rasa sayang.
"Please, don't cry.." gadis itu semakin terisak karena rasa takutnya yang menyelimuti aura disekelilingnya. Tangannya yang lemah mencoba mendorong dada pria dihadapannya. Tapi tak ada hasil, yang ada pria itu kini menangkup lemah gadis itu di dadanya. Tangisannya semakin deras, hingga membasahi kemeja pria yang memeluknya.
"Sebenernya apa mau lo! Apa!?" ucapnya parau.
"Gue maunya.. LO."
Gadis itu terbangun, matanya berkunang-kunang. Peluhnya yang deras sudah menetes dari dahi menuju leher. Bibirnya pucat, nafasnya menderu. Tangannya menggenggam erat selimut dihadapannya. Rasa takut itu kini menjalar di seluruh tubuhnya. Bola mata coklatnya meniti seluruh ruangan, untuk memastikan bahwa ia sudah tidak ada.
"KAKAK! KAKAK!" jeritnya parau, bahkan suaranya yang serak itu ia paksakan untuk keluar. "KAKAK! KAKAAK!" jeritnya lagi.
Bayangan akan pria itu semakin mengiang-ngiang di otaknya. Entah apa yang ia pikirkan hingga semakin terbayang. Yang ia mau sekarang adalah orang yang ia sayang berada disampingnya. Memeluk dirinya erat agar ia tenang.
"Kakak..." ucapnya lirih.
Brakk suara gebrakan pintu memenuhi seluruh ruangan, pria itu tergopoh-gopoh masuk dengan raut wajah cemas. Dengan cepat tangannya menangkup badan kurus gadis itu. Dipeluknya erat sembari diusap rambut coklat panjangnya dengan sayang.
"Kenapa? Mimpi lagi?" ucap pria itu disela keheningan yang panjang. Gadis itu hanya mengangguk perlahan sambil mengeratkan pelukannya terhadap pria itu. "Udah udah, tidur lagi kakak ada disamping kamu." gadis itu menggeleng, air matanya mengalir tanpa henti. Isakannya semakin lama semakin nyaring terdengar.
Perlahan gadis itu menutup matanya yang lelah, malam memang semakin larut. Hingga akhirnya tanpa sadar sekarang gadis itu sudah tidur dipelukan erat kakaknya.
HAIIII hihi, ini tulisan kedua aku semoga suka yaaa hehe. Dengan sedikit menimbang-nimbang, iya atau engga ya aku publish ini cerita? tapi karena greget jadi aku publish aja hehe. Vommentnya jangan lupa biar aku nambah semanget, makasiii:3
Kota Lurus, 12 Juni 2015. Di dalam kamar yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You
Teen FictionEvranda Bintang Aprilia adalah seorang gadis SMA yang pintarnya melampaui teman-teman yang lain. Pribadinya yang hangat membuat semua orang menjadi suka padanya. Tak terkecuali seorang stalker yang sangat-sangat menggilainya. Siapa sangka bila stalk...