Hari sudah pagi, matahari bersinar terang disela gorden bermotif bunga itu. Gadis itu terbangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Agak susah memang, apalagi karena mata itu sudah membengkak karena tangisannya semalam. Dengan perlahan ia menoleh ke samping, kakaknya sudah tak ada, mungkin karena ia sudah bekerja jadi ia selalu bangun lebih pagi darinya.
Dengan gontai kakinya melangkah menuju kamar mandi. Berharap air hangat dapat membuat dirinya tenang sesaat.
"Eve, cepetan kakak udah nunggu diluar sayang!" teriak Rina, ibu dari seorang gadis bernama Evranda Bintang Aprilia itu.
"Iya mah." jawab Eve cepat.
Kedua kakinya melangkah turun dari lantai 2, badannya sudah dibalut seragam sekolahnya. Dengan tas berwarna coklat dibalik punggungnya, gadis itu sudah duduk di meja makan bersama keluarganya.
"Sayang, mata kamu sembab lagi. Kenapa?" ucap Aldi, ayah tercintanya.
"Gapapa pah." jawabnya dengan suara parau.
"Gara-gara mimpi itu lagi pah." balas kakaknya yang sekarang sudah mengambil posisi untuk duduk disampingnya.
"Astaga Eve, yaudah nanti mama anter ke-"
"Ma, udah deh, aku gapapa kok," tuturnya menyela perkataan ibunya, senyum yang dipaksakan terukir diwajahnya. Disampingnya, kakaknya hanya mengembus nafas perlahan kemudian menatapnya sendu.
"Aku kenyang kak, ayo langsung berangkat aja." ucapnya lagi seraya bangkit dari meja makan dan menyalami kedua orang tuanya.
Sekarang ia sudah berada di mobil mewahnya bersama kakaknya. Di perjalanan terasa canggung, kedua mulut mereka tertutup tanpa ada yang berbicara, bahkan menggumam.
"Eve, kamu disekolah jangan jadi paranoid gitu ya. Kasian temen-temen kamu." ucap kakaknya memecah keheningan, gadis yang dipanggil Eve itu hanya mengangguk pasrah sambil tetap berpandang lurus kedepan. Entah apa yang dipikirkannya sehingga menjadi pendiam seperti ini.
Perlahan, gadis itu memasuki kelasnya. Hampir sampai ambang pintu, ia masih menunduk dengan muka datar. Ketika melangkahkan kakinya lagi, ia langsung menatap ramah semua orang dikelasnya dengan senyum manis paksaannya. Ya, sudah satu minggu ia berakting baik-baik saja.
"Hai Rene." sapa Eve kepada perempuan yang duduk disampingnya, Irene Leora Kaila, sahabatnya.
"Hai Eve." jawabnya riang, suaranya memang agak melengking.
"Kenapa?" Tanya Eve, dirinya risih akan tatapan sahabatnya itu.
"Senyuman lo, maksa banget." jawabnya dengan senyum yang getir. Eve tersentak, bagaimana mungkin dia tau bila Eve sedang menutupi masalah? Bahkan ibu atau ayahnya sekalipun mereka belum mengetahuinya. Baru kemarin pagi, tepatnya.
"Sorry, Rene." tuturnya dengan nada lemah, sahabatnya itu hanya bisa menepuk kedua bahunya kemudian memintanya untuk menatapnya.
"Bilang sama gue Eve gausah ragu, lo udah banyak nutupin kan seminggu ini? Ayolah Eve," Eve memalingkan wajahnya dari sahabatnya. Yang artinya ia belum siap untuk menceritakan ini semua dihadapannya. Irene menunduk lesu kemudian kembali duduk disamping Evranda.
"Gue bakal tunggu lo sampe lo cerita Eve, gue akan selalu disamping lo kok." ucapnya lagi untuk meyakinkan Eve. Eve menatapnya dengan senyum paksaannya seperti tadi. Lagi-lagi Irene bingung akan tatapan sahabatnya itu. Senyumnya mengembang, tetapi dibalik iris matanya ada suatu kebohongan, Irene tau itu.
Flashback
Evranda Bintang Aprilia, gadis pintar nan cantik yang bersekolah di SMA Karbita itu tengah tersenyum dibangku taman belakang sekolah bersama sahabat perjuangannya, Irene. Entah apa yang mereka bicarakan sampai tidak menyadari jika seseorang menguntitnya secara diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You
Teen FictionEvranda Bintang Aprilia adalah seorang gadis SMA yang pintarnya melampaui teman-teman yang lain. Pribadinya yang hangat membuat semua orang menjadi suka padanya. Tak terkecuali seorang stalker yang sangat-sangat menggilainya. Siapa sangka bila stalk...