◈3

7.5K 431 14
                                    

Eve perlahan membuka kedua kelopak matanya, pusing yang menerjang seharian ini belum sepenuhnya pulih. Dipaksakan olehnya badannya itu agar terduduk bersandar di tempat tidur kamarnya. Entah apa yang terjadi, ia tak tau.

Yang ada sekarang kakaknya, Arsenio Nandana, sudah berada diambang pintu menatapnya dengan raut wajah cemas. Dengan nampan yang dibawanya, senyumnya kini merekah, menyadari jika adik kesayangannya sudah bangun dari tidur lelapnya.

"Ini kakak masakin Beef fetuccini kesukaan kamu, abis itu minum obat ya." ucapnya sambil menaruh nampan di nakas kemudian mengusap kepala adiknya perlahan dan dibalas dengan senyum khasnya.

"Kakak tau aja aku lagi pengen apa." ucapnya dan ia segera menyambar makanan kesukaannya itu. Dengan lahap ia memakannya disertai perasaan yang lega. Jika sekarang ia bisa berdua bersama kakak kesayangannya itu.

"Kamu tadi kenapa lagi sih? Sampe kakak nunda meeting sama client kakak cuman buat kamu." tanya Arsen. Eve hanya terkekeh disela kunyahannya. 

"Siapa suruh kakak terlalu khawatir sama aku." jawabnya sambil menjulurkan lidahnya.

"Oh gitu? Yaudah deh baik-baik ya dirumah." ucapnya dengan sedikit nada mengejek. Eve hanya mengerucutkan bibirnya kemudian menyuap Beef Fetuccini nya itu lagi. 

"Bercanda, bercanda. Ih kamu mah baper." Arsen tergelak melihat kelakuan adiknya.

Baginya adiknya adalah segalanya, ia rela bila mempertaruhkan nyawanya hanya demi adik kesayangannya ini. Bahkan, diusianya yang sudah beranjak 20 tahun ini, ia belum mempunyai sandaran hati. Alasannya satu, ia terlalu menjaga dan menyayangi adiknya ini. Brother complex? NO. Ia hanya akan senang dan bahagia jika bersama dengan adik kesayangannya. Berbeda dengan orang lain, ia terkesan agak dingin dan galak. Bahkan bisa dibilang, anti sosial.

"Kak, orang itu muncul lagi." ucap Eve membuat Arsen tersentak, seketika matanya membulat.

Dengan cepat ia menghampiri Eve dan duduk disebelahnya, "Lalu?" tanyanya.

"Ini." jawab Eve cepat sambil menyerahkan secarik kertas berwarna ungu yang diberi oleh stalker-nya itu.

Perlahan Arsen menerima kertas itu dari tangannya, "Ini apa?" tanyanya lagi.

"Baca aja." jawabnya cepat.

Segera Arsen membaca kata demi kata itu dengan teliti. Ia hampir terperangah dengan tulisan tersebut.

Don't be scared Eve, I'll always by you side

"Ini, yang kamu maksud. Dia?" Tanya kakaknya.

Eve hanya tersenyum simpul kemudian mengangguk perlahan, "Tenang aja ka, aku udah mulai terbiasa kok." jawabnya sambil memegang bahu kakaknya.

Kakaknya menangkup badan adiknya yang kurus itu lalu mengelus punggungnya perlahan "Tenang aja ya dek selama kakak masih disini." Eve hanya mengangguk perlahan disela pelukan antara keduanya.

"Yaudah, kamu tidur lagi aja ya. Kakak ada urusan di kantor papa." tuturnya kemudian melangkah pergi keluar dari kamar Eve.

Perlahan Eve mulai menutup rapat kedua matanya lagi. Mungkin karena kelelahan, tak sampai 5 menit ia akhirnya tertidur, pulas.

••Escape From You••

"Eve, kamu udah bangun?" Tanya Rina, ibunya.

Gadis yang ditanya itu mengerjap-ngerjap matanya perlahan, dicobanya badannya yang lemah agar terduduk dikasur. Tak lama ibunya masuk ke dalam kamarnya dan duduk disampingnya.

"Ikut mamah yuk, ke dokter. DAN, kamu jangan nolak. Oke?" ucapnya cepat dan penuh penekanan kemudian pergi hilang dibalik pintu kamarnya yang putih bersih.

Escape From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang