Jennie pov.Aku dan Lisa cemas memikirkan bayi yang ada di dalam ruangan UGD.
Aku menggigit kuku ku dan berjalan mondar-mandir di depan pintu.
"Sayang" Lisa menghentikan ku.
"Aku khawatir honey" aku memelas.
"Tenang honey dokter sedang menanganinya" Lisa memelukku sambil mengusap-usap punggung ku.
Aku memicingkan mata dan mencoba untuk tenang.
Ceklek
"Keluarga pasien"
"Saya dokter" entah sebagai naluri aku mengaku bayi itu adalah bagian dari keluarga ku.
"Satu orang boleh masuk satu orangnya lagi ikut ke ruangan saya" kata dokter.
"Saya yang akan masuk dok. Hon.." seakan mengerti Lisa menganggukkan kepalanya.
"Saya yang akan ikut ke ruangan dokter" kata Lisa.
"Kalau begitu mari" dokter berkala duluan dan diikuti Lisa dari belakang.
Lalu mataku tertuju menatap pintu yang masih tertutup dengan rapat.
Perlahan aku membukanya tidak ingin membuat keributan.
Aku melangkah masuk berjalan dengan perlahan mendekati bayi itu.
"Emmh o-owek" bayi itu menggeliat menggerakkan kepalanya.
"Ooh don't cry baby" aku mengusap dahinya sambil menepuk-nepuk pelan pahanya.
Dai kembali tenang dan matanya terbuka dengan perlahan-lahan.
"Aaww mata mu indah, bulat dan bersinar" aku terpesona dengan mata cantiknya.
"Nghh gggh" bayi itu bergerak lagi dan kali ini tangan mungilnya menggenggam jari telunjukku.
Aah aku menjadi haru, perasaan ini tidak pernah ku rasakan sebelumnya.
"Hissh kenapa aku cengeng sekali" aku menghapus air mataku yang tiba-tiba mendesak keluar.
"Kamjjagiya!" Aku terkejut karena bayi ini memasukkan jariku kedalam mulutnya.
Oowh sepertinya kesalahan besar membuat bayi terkejut.
Lihat sekarang bibirnya melengkung kebawah.
Lucu tapi kasian utututu.
"Hmmph oweek! Oweek! Owek!"
Gawat! Bagaimana cara mendiamkannya.
Aku tidak tahu dan belum berpengalaman.
"Sssh ssh diam oke nanti aku membagi coklat yang di belikan kekasihku padamu" aku membujuknya.
"Oweek!" Astaga bagaimana ini dia tidak mau berhenti menangis dan tangisnya malah semakin mengencang.
"Jelly tidak mau? Enak loh" Aku lagi-lagi membujuknya.
Tangisan bayi itu semakin melengking dan aku semakin panik di buatnya.
"Berhentilah menangis hiks aku tidak tahu cara mendiamkan bayi hikss jebbal.." aku ikut menangis.
"Oweek oweek oweek.."
"Kenapa belum diam juga padahal aku sudah membujuk mu hiks ayo berbicaralah.."
Jennie Jennie, mana mungkin bayi bisa langsung berbicara. Pabbo!
Karena tidak tahu harus bagaimana lagi aku membawa bayi itu ke gendonganku.
"Hikss jangan menangis hikss hiks diam nee" naluri ku bekerja menimang-nimang tubuh mungilnya.
Dan hebatnya tangisnya mulai mereda! Wow kenapa tadi aku tidak kepikiran ya untuk menggendongnya? Ah sudahlah namanya orang panik pasti lupa akan segala hal.
"Sssh jangan menangis lagi nee" aku mengusap pipi merahnya.
Bayi ini menggeliat mendusel di dadaku.
"Y-ya kamu mau apa bayi" aku gugup.
Ceklek
Aku menatap pintu di buka, ah untung lah kekasih hatiku datang.
"Honey tolong aku bayi ini terus mendusel di dadaku. Apa ini termasuk pencabulan honey?"
Lisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Ayo duduk dulu" Lisa menuntunku duduk di kursi.
"Ini beri dia susu, dokter memberikannya padaku tadi" Lisa memberikan botol susu padaku.
Aku mengambilnya dan membiarkan si bayi mengisap susunya.
Pcck.. pck
Mulutnya seperti bebek sangat kuat menghisap susunya.
"Dia kehausan" lirih Lisa mengusap pipinya.
"Bayi ini mengalami dehidrasi, dokter bertanya kenapa bisa bayi berusia satu bulan ini mengalami dehidrasi? Aku diam karena jujur tidak tahu harus jawab apa. Lalu dokter memarahiku karena tidak becus mengurus anak, dan lagi-lagi aku hanya diam saat dokter mengomeli ku. Dokter juga menjelaskan bahwa bayi ini alergi susu formula, susu yang di minumnya saat ini adalah ASI yang di sediakan oleh pihak rumah sakit" jelas Lisa.
Tak terasa air mataku menetes dari pelupuk mataku.
Aku sedih, bayi ini sampai mengalami dehidrasi.
"Ibu yang tega membuang anaknya di semak-semak. Apa dia masih bisa di sebut sebagai seorang ibu?" Aku menatap Lisa.
"Hemm bagaimanpun juga dia sudah melahirkan bayinya" Lisa mengangguk.
"Honey ayo mulai sekarang kita sama-sama membesarkan bayi ini, aku sudah nyaman dengannya" memang benar aku sudah merasa terikat dengan bayi ini.
"Mari rawat dan besarkan bersama-sama" senyum Lisa mengusap kepala si bayi.
Aku tersenyum senang.
"Jadi apa yang cocok untuk nama bayi perempuan ini honey?"
Lisa tampak berpikir.
"Bagaimana dengan Lala? Itu dari Lalisa menjadi Lala"
"Emm kurang, bagaimana jika Lili saja? Lisa jadi Lili, Seperti Jennie jadi Nini kesayangan mu!" Aku menampilkan gummy smile ku.
"Hemm boleh juga, oke namanya Lili Ruby Manoban"
"Bagus, ada namaku juga honey" aku berbinar.
"Ya aku tidak mungkin egois jika hanya namaku saja yang masuk"
"Mulai detik ini bayi cantik nan menggemaskan ini adalah putri kita" Lisa menempelkan kening kami.
"Lili Ruby Manoban" kami sama-sama tersenyum.
•••
Tbc
01/09/23
Aciee udah jadi ortu aja nih berdua.
Vote komen lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together✓
Fanfic"owek owek oweek!" "astaga bayi siapa ini!" sepasang kekasih menemukan bayi di semak-semak. plagiat menjauh cok! start : 01/09/23 end : 01/10/23 hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 10.