Kekhawatiran mereka

71 7 0
                                    

Hari ini, aku merasakan kembali kebahagiaan yang telah lama hilang. Berkat lelaki bernama Alby. Aku bisa merasakannya.

_-_-_-_

Garini Ariani Anastasya

*+:。.。 。.。:+*

Sambil menunggu kedatangan orang tua Alby, aku masih menatap wajah Alby yang tertidur. Sedikit lega saat melihat mata itu terbangun dan masih bisa tersenyum. Walaupun aku tahu, ada rahasia di balik senyuman itu. Aku tidak bertanya tentang itu. Jika Alby menganggapku sebagai orang terpenting dalam hidupnya, pasti Alby akan memberitahukan apapun itu tentangnya padaku. Aku hanya menunggu Alby untuk menceritakan.

Pintu terbuka dengan cepat, aku langsung menoleh ke belakang. Mendapatkan raut wajah yang kentara sekali akan kekhawatiran. Itu pasti kedua orang tua Alby. Mereka langsung mendekati brankar, aku pun langsung bangkit dan sedikit menjauh. Sebelum itu aku tunjukkan senyum untuk menyambut mereka.

Aku melihat Alby kembali terbangun, mungkin saja karena mendengar perempuan yang aku yakini bundanya Alby menangis begitu pilu.

"Bunda, jangan nangis. Abang gapapa kok," ucap Alby. Aku masih di sini, mendengar keluarga bahagia itu bercengkrama. Melihat itu, ada rasa iri yang melanda.

Dulu, aku pernah merasakan itu. Disayang dengan mama dan papaku. Namun, seiring berjalannya waktu rasa sayangku tergantikan dengan rasa kecewa yang amat besar. Aku kecewa, tentu saja. Bagaimana dulu aku selalu membanggakan papaku yang selalu mengajakku main dan berkata yang lembut, mamaku yang selalu ada.

Semuanya hilang termakan waktu. Papa mulai berubah, sering bertengkar dengan mama. Bahkan sesekali aku dapati papa yang aku banggakan dulunya menjadi seorang monster yang mengerikan. Dia tidak segan-segan memukuliku saat aku berbuat salah.

Saat itu, aku tidak mengerti. Tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Namun, seiring bertambahnya usia. Aku mulai paham. Mulai bisa mengerti apa yang terjadi pada keluargaku. Papa selingkuh, dan selingkuhan papa itulah yang mempengaruhinya. Bahkan aku, anak yang selalu dia sayang sudah dia lupakan semenjak mengenal peremuan ular yang sudah merusak rumah tangga yang dibangun susah payah oleh kedua orang tuaku.

"Garini ...." Panggilan dari Alby membuatku tersadar dari lamunan. Aku baru menyadari, semuanya menatapku. Membuat aku jadi salah tingkah sendiri.

"Hah? Kenapa, By?" tanyaku.

"Oh ini ya, Bang yang namanya Garini? Kenalin ya, saya Brata. Ayah paling kecenya, Alby." Aku sedikit kaget mendengar ucapan yang tidak mencerminkan raut wajahnya yang aku kira akan tegas bila berbicara, ternyata tidak.

"Garini, Om." Aku langsung menyalami tangan beliau yang memang sudah terulur di depanku.

"Cantik, persis seperti apa yang sering dikatakan Abang," celetuk perempuan yang saat ini menatapku dan kembali aku membalas dengan senyum malu-malu.

"Nama kita hampir mirip loh, saya Rini."

Kali ini giliran bundanya Alby yang memperkenalkan diri. Ternyata kedua orang tua Alby sangat hangat. Aku nyaman ketika berada di sini. Sama seperti dulu, ketika aku masih memiliki kebahagiaan.

"Iya, Tante. Tante juga cantik banget, awet muda gitu."

"Aduh, jangan panggil tante. Panggil aja bunda, ya?" Aku mengangguk dan tersenyum.

Aku menatap Alby yang juga manatapku. Senyuman itu sudah membuatku mengerti. Bahwa Alby juga merasakan kebahagiaan yang telah diberikan oleh kedua orang tuanya yang menyambutku dengan sangat baik.

Namun tak lama itu, Alby terbatuk yang membuatku dan orangtua mendekati brankar Alby. Aku bisa melihat mereka berdua sangat panik yang membuatku juga ikutan panik.

Aku juga bisa melihat Alby yang sepertinya kesulitan untuk bernapas membuatku bertambah panik.

"Alby, kamu kenapa ...?"

"Panggil dokter, Yah!" teriak Rini yang sudah khawatir melihat Alby yang masih saja batuk-batuk dan sesak napas.

Dokter segera datang. Membuat kami semua diperintahkan untuk keluar dulu dari ruangan. Aku pun terduduk lemas ketika sudah berada di bangku tunggu depan ruangan. Tidak jauh berbeda, aku bisa melihat kedua orang tua Alby juga sama kalutnya. Walaupun mungkin, ini bukan yang pertama? Entahlah, aku merasakan sesuatu yang tidak beres sejak awal aku menyaksikan Alby tiba-tiba saja pingsan di depanku. Namun, aku menepis semua prasangka buruk.

*+:。.。 。.。:+*

Kamu harus baik-baik saja, Alby. Kamu harus tetap ada di sini.

_-_-_-_

Garini Ariani Anastasya

⋇⋆✦⋆⋇

Maaf udah buat kamu khawatir, Garini. Aku janji akan selalu ada di sini.

_-_-_-_

Alby Daviandra

7 Hari Sebelum Kamu Pergi | Na Jaemin LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang