Tak terduga

44 6 2
                                    

Aku takut kamu pergi tiba-tiba. Namun, aku mau kamu jadi milikku.

_-_-_-_

Garini Ariani Anastasya

゚+*:;;:* *:;;:*+゚

Tidak disangka, akhirnya Alby kembali mengajakku jalan berdua nanti malam. Awalnya aku menolak karena dia baru saja pulang kemarin setelah dirawat selama seminggu. Namun, Alby tetaplah dengan suara lembutnya meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Mengingat perkataan Alby kemarin membuatku kembali dibuat menangis.

Dan kini aku telah siap untuk menunggu Alby datang menjemput. Seakan dejavu, aku melihat jam yang menunjukkan pukul tujuh. Seharusnya sebentar lagi Alby akan sampai. Kalau saat itu aku merasakan perasaan yang kecewa, kali ini berganti dengan perasaan cemas. Iya, karena sekarang aku sudah memahami kondisinya. Tapi kutepis semua pikiran buruk yang melanda. Aku yakin kali ini Alby akan datang untuk menjemputku dan kita akan bersenang-senang.

Benar saja, tak lama aku mendengar suara klakson yang berasal dari depan rumahku. Dengan cepat aku meraih tas dan keluar. Tak lupa untuk mengunci pintu karena memang tidak ada orang di rumah selain diriku.

Kaca mobil penumpang terbuka. Menampilkan senyuman Alby yang membuatku ikut tersenyum. "Kirain kamu yang nyetir, By."

"Nggak dibolehin nyetir sendiri. Ayo masuk, biar nggak kemalaman nanti pulangnya."

Aku segera masuk ke dalam mobil tepat di samping Alby duduk. Ternyata yang mengendarai mobil adiknya Alby, Arkan.

"Loh kamu, Kan. Aku kira tadi siapa," ucapku.

"Nggak masalah, Kak. Aku lagi free, jadinya bisa ngantarin abang kencan."

"Siapa suruh ikut? Jadi nyamuk tahu rasa lu," celetuk Alby yang membuatku terkekeh.

"Ini gapapa kita di belakang dua-duanya, By? Kesannya kayak adik kamu beneran supir nggak sih?"

"Gapapa, Kak. Santai aja. Lagian nggak mungkin kalian dipisah duduknya."

Tak ada lagi percakapan setelahnya, mobil pun mulai menyusuri jalan yang lumayan ramai hari ini. Aku bisa melihat banyak sekali kendaraan bahkan sampai macet beberapa kali. Apa mungkin karena ini malam minggu? Kemungkinan iya.

"By," panggilku pada Alby yang sedari tadi hanya diam saja menatap ke luar jendela. Lantas membuat Alby langsung menoleh ke arahku.

"Kenapa, hm?" tanya Alby dengan suara tenangnya.

"Harusnya aku yang tanya. Kamu kenapa dari tadi diem aja? Ada yang sakit?" Entah mengapa, namun raut wajah khawatir yang aku tampilkan. Sampai Alby pun mengelus suraiku dan tersenyum.

"Aku gapapa, Garini. Aku sehat, sangat-sangat sehat. Apalagi udah lihat senyum kamu," jawab Alby.

"Beneran berasa jones," celetuk Arkan. Membuat aku dan Alby terkekeh ringan.

"Abang lagi gugup itu, Kak. 'Kan mau nembak kakak jadi pacarnya," tambah Arkan.

"Ck, diem elah. Gue nggak jadi surprise kalau lo kasih tahu," sahut Alby dengan nada kesal.

"Oh karena itu diem aja? Kenapa harus nunggu nanti sih. Sekarang aja gimana? Aku bakal jawab sesuai keinginan kamu kok. Biar nanti pas jalan-jalan kamu nggak kepikiran nyusun kata." Aku menaik turunkan alis untuk menggoda Alby yang sekarang malah tersenyum malu-malu.

"Lah ini mah namanya kak Garini yang nembak abang gue!" pekik Arkan.

Aku hanya bisa tertawa melihat respon Arkan dan juga Alby yang masih saja tersenyum malu-malu. "Habisnya abang kamu lama, Kan. Nggak sat set. Padahal udah tahu aku nungguin momen ini."

"Kamu nggak malu punya cowok penyakitan?" tanya Alby dengan wajah yang murung.

"Kamu bicara apasih, By? Ngelantur terus kalau bicara. Aku suka kamu itu tulus. Nggak mandang kelemahan kamu. Justru aku kagum karena kamu bisa bertahan sampai hari ini dengan keadaan yang tidak baik-baik aja. Nggak perlu ada acara nembak-nembak. Kamu sekarang pacar aku."

"Rin ...." Aku memeluk Alby dengan erat, seakan tak ingin dia hilang begitu saja.

"Kamu harus tetap ada di sini. Di samping aku ya, By. Kamu nggak boleh pergi tanpa izin dari aku."

Tidak sesuai yang direncanakan, namun aku tak ingin menunda terlalu lama. Saat ini Alby hanya punyaku dan tidak ada yang boleh mengambilnya. Egois? Iya, aku memang egois karena aku sangat mencintainya.

Rencananya Alby biarlah itu hanya menjadi khayalan semata. Karena saat sampai di pasar malam. Aku dan Alby bersenang-senang layaknya sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan lama. Iya, sebesar itu rasa sayangku untuk Alby.

Biarlah hari ini aku melupakan semua hal yang menyakitkan. Bersama Alby, aku mau menoreh bahagiaku yang selama ini kucari. Aku berharap akan selamanya, namun di lubuk hatiku yang paling dalam tak bisa ditepis perasaan takut akan kehilangan. Tak bisa diungkapkan seberapa takut aku kehilangan Alby dalam hidup.

Aku menatap Alby yang kini berada di sampingku. Tak tahu akan seberapa banyak air mata yang akan jatuh saat raga yang di sampingku direnggut paksa dalam dekapanku. Tak tahu seberapa lama aku bisa melupakan kenangan kita. Singkat, iya kisah aku dan dia memang singkat. Namun setiap detiknya sangat berharga yang tak mungkin bisa aku lupa.

Bersama Alby aku menemukan kebahagiaan. Bersama Alby aku bisa tersenyum lepas.

゚+*:;;:* *:;;:*+゚

Terimakasih karena kamu dengan tulus mau menjalin kasih dengan cowok yang bisa buat kamu nangis setiap saat. Aku beruntung mendapatkan kamu, Garini
-

-Alby Davindra


7 Hari Sebelum Kamu Pergi | Na Jaemin LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang