Bos Galak - Thorn

2K 212 16
                                    

"DARI 3,95 MILIAR JIWA POPULASI WANITA DI BUMI IBU PERTIWI YANG INDAH INI, KENAPA KAMU BISA-BISANYA JATUH CINTA SAMA CEWEK GILA DI BALIK BILIK KEMATIAN ITU?!" Gopal berteriak histeris.

Thorn menjatuhkan pandangannya ke meja, tak kuasa menahan malu karena ia barusan curhat.

Gebrakan terdengar dari dalam bilik yang ditujuk Gopal, diikuti suara barang terbanting dan pekikan permintaan maaf dari karyawan di dalamnya.

"PROPOSAL APAAN INI! KAMU ITU ANAK INTERN ATAU PEKERJA SINI, SIH! IDE HALU GINI MAU DAPET SPONSORSHIP GIMANA KALO TARGET MARKETNYA NGGAK RELEVAN?" Suara keras itu menghantam telinga orang-orang di ruangan, termasuk Thorn dan Gopal.

"Tuh, denger. Kamu kok bisa suka sama bos? Emang kamu nggak takut?" Gopal merinding, ia memeluk dirinya sendiri. Tidak ingin membayangkan bagaimana bila bos supervisor marketing itu mendadak memanggilnya ke dalam bilik kematiannya, dan memarahinya hingga kenak mental.

"PERGI! BIKIN ULANG. ANGGARAN HARUS RIIL. POKOKNYA—uhuk-uhuk. POKOKNYA, MALEM INI SELESAI."

Si karyawan yang baru dibentak-bentak berlari keluar dari bilik kematian bosnya. Ia lantas pergi ke mejanya, dan menyusun ulang pekerjaan asal caploknya.

(Nama) keluar dari bilik berkaca buramnya. Ia menautkan tangan dibalik punggung. Kalau Gopal perhatikan, tak ayal Thorn—si anak baru yang lolos kualifikasi HRD karena keajaiban dunia—menyukainya; si supervisor bertubuh ramping, rambut lurusnya terurai ke bawah, ia mengenakan setelan kantor dengan celana patalon hitam dan sepatu pantofel berbahan mengkilap. Tapi ia tidak punya ekspresi dalam wajah cantik itu, sekalinya menunjukkan rasa dan bahasa tubuh, itu akan berupa luapan kemarahan yang meledak-ledak disertai hentakan kaki penuh intimidasi. Tidak heran, soalnya wanita ini adik biologisnya Pak Blaze. Kakak dan adik tiada beda, kerjanya marah-marah. Ibaratnya, ada tiga iblis yang menguasai perusahaan ini; CEO setan lantai 10 bernama Halilintar, presiden direktur mereka; Pak Blaze, dan adiknya Pak Blaze ini, (Nama).

Thorn dan Gopal diterima di divisi Iklan dan Pemasaran belum lama, tapi mereka sudah dengar berlusin-lusin kebengisan 3 biji manusia galak itu.

Halilintar memecat sekertaris pribadinya hanya karena sekertarisnya menumpahkan kopi di kemejanya menjelang rapat bersama pengurus fabrikasi di event perusahaan. Blaze, menghukum para karyawan di timnya dengan lembur tiga hari tiga malam. Lalu cewek stress lahir batin ini, (Nama), menyemprot makian ke kesemua bawahannya. Bahkan ke pejalan kaki tidak tahu apa-apa yang tak sengaja menyenggolnya di terminal busway.

Memerhatikan (Nama) sedang mengawasi bawahan-bawahannya, menjadikan para karyawan pura-pura berkonsentrasi bekerja. Bahkan beberapa anak dari divisi purchasing staff yang mampir kesini jadi kabur karena takut dimarahi.

Gopal menelan ludah. Ia membalikkan kursinya, segera fokus pada layar komputer.

Sementara Thorn masih dengan bodohnya memerhatikan si wanita.

Karyawan-karyawan lain di ruangan serius bekerja, kecuali Thorn. (Nama) mendekat pada meja kerja Thorn. Thorn salah tingkah, tapi ia tidak lekas berbuat apapun dalam rangka bersandiwara menutupinya. Thorn malah terpaku memandang si supervisor, terbius oleh rupa menawannya.

Padahal, mata (Nama) wide awake, menatap Thorn dengan intensi ingin mencekik lehernya.

"Apa lihat-lihat?! KAMU NGGAK ADA KERJAAN HAH?" (Nama) meletakkan telapak tangannya di meja Thorn, lalu membungkuk, mencondongkan badannya, menakut-nakuti Thorn.

Thorn tersipu malu. Ia celingak-celinguk. Dirinya dilirik diam-diam oleh orang-orang. Gopal nampak ingin membantu, tapi masih sayang nyawa, jadi ia lepas tangan. Padahal Thorn sudah diedukasi dini, terkait Jangan-Macam-Macam-Dengan-(Nama) berkali-kali oleh marketing officer lain.

Boboiboy OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang