Temen Bapak - Halilintar

3.6K 301 35
                                    

"Idih, kenapa lo." Tanya Blaze, si seatmate.

"Waduh Nyet, kepala gue rasanya muter gini." (Nama) memijit pelipisnya. Ia sudah menempel koyo disana. "Ini gara-gara lo."

"Emang gue ngapain?" Tanya Blaze tak terima.

"Haduh. Kemaren waktu kita kerja kelompok, kan lo malah mainan petasan bareng ayam bajingan lo itu. Gue sama Taufan jadinya ngerjain berdua doang. Kita balik malem, gue kehujanan deh." Kata (Nama), sambil menyedot ingus. "Sakit dah ini. Mampus. Besok ada acara aniv."

Blaze menyilang tangan di dada, "Padahal, Taufan udah tawarin tumpangan."

"Gimana ya njing. Gue nggak enak aja gitu." (Nama) garuk-garuk kepala. "Nggak enak ama Fang, hehe."

"Gue nggak abis pikir. Lo kenapa mau-maunya pacaran sama maskot ONIC esport itu. Ganteng kagak. Em, yaelah. Gantengan jugak gue." Blaze menyindir. Sobat tololnya ini, (Nama), bandel kalo dibilangin. Nggak percaya pula Fang itu playboy kelas kakap. Ditinggal, baru tau rasa. Sudah berbusa mulut Blaze, tapi (Nama) kepalang bucin.

Hubungan (Nama) dan Fang terjalin belum begitu lama. Yang jelas, Fang lumayan posesif. (Nama) jadi jarang nongki karena dilarang-larang Fang. (Nama) sih menurut saja, dia itu kan bego. Peristiwa kemarin bikin Blaze naik darah, (Nama) bilang dia akan diantar pulang oleh Fang, jadi (Nama) menolak tumpangan Taufan. Nah besoknya, tahu-tahu (Nama) datang ke kelas dengan hoodie dan masker. Mengaku flu, demam semalaman, dan panas dingin. Katanya, dia kehujanan perkara naik angkutan umum; Fang nggak bisa dateng sebab entahlah kenapa—might be lagi main cewek, begitulah dugaan Blaze.

"Fang sibuk les ... " (Nama) membela pacarnya.

"Sejak kapan doi les? Ngegarap PR aja kayaknya kagak pernah. Apa pula les les segala. Macam nggak betul." Blaze semakin curiga.

"(Nama)!" Seru Fang, dari ambang pintu. Ia berekspresi gundah gulana. Fang segera masuk ke kelas. "Kamu gapapa? Sekarang kita ke UKS ya? Minta surat pulang. Eh, tapi, aku nggak bisa ikut pulang, sebentar lagi pelajaran Papa Zola. Abis ini juga aku ada eskul."

Blaze mendecak sebal, banyak sekali stok alasan Fang.

"Iya Fang. Kan, papa aku bisa jemput." (Nama) menyahut riang.

-

"Kenapa sih nomor papa nggak aktif!" (Nama) mencak-mencak di pinggir jalan, sendirian. Gerbang sekolahnya sudah ditutup. Ia benar-benar sendiri. Cewek itu berupaya menelpon papanya. Sudah ada lusinan panggilan tak terjawab. Masa iya, bokapnya abis kuota.

"Mana gue pusing banget anjrit! Punya pacar nggak guna, lagi!" (Nama) teriak-teriak. Tenggorokannya sakit.

Ia terbatuk sekali. Menghirup udara segar, tak menjadikan ingusnya hilang. Rasanya, temperatur suhunya naik, sebab ia mulai lemas karena kecapekan.

Mobil dengan bumper berlogo mustang berhenti di depannya. Kaca depannya terbuka ke bawah, menunjukkan muka familier milik Halilintar.

"Kamu bolos?" Begitu tanyanya, langsung menuduh.

"Mana ada. Aku dipulangin karena sakit, Om!" (Nama) tidak terima dituding sembarangan oleh rekan bisnis sekaligus teman sekampung halaman papanya itu. Sebetulnya, Halilintar bukan seseorang di lingkup gaul perusahaan papanya. Halilintar itu investor. Dan entah kenapa selera humornya mirip dengan papanya (Nama). Akibatnya, mereka berteman baik.

"Mau naik apa pulang ke rumah?" Halilintar masih tampak curiga—oh ya ampun, apa yang sekiranya dapat diperbuat remaja puber? Tidak ada. (Nama) keki abis kalau diperlakukan seperti ini.

Halilintar dan papanya (Nama) terlalu dekat. Sampai-sampai (Nama) terbiasa akan kehadiran Halilintar di rumahnya, apalagi kalau ada acara; lebaran, idul adha, tahun baru, arisan, pengajian, or you name it lah. Rumah (Nama) memang banyak eventnya. Dan Halilintar, selaku bapak-bapak yatim piatu yang pekerjaannya sebatas main golf atau mengecek sirkulasi duit tanam modalnya di ipad, tentulah selalu diundang untuk datang. Masalahnya begini wir, mulut Halilintar itu nggak bisa mingkem. Kadang, Halilintar suka memanas-manasi papanya (Nama) untuk mengekang (Nama); kata si Halilintar, (Nama) masih bocah kemaren sore, mestinya nggak boleh pacaran. Nggak boleh balik malem. Bla bla bla, banyak sekali dia bacot.

Boboiboy OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang