Heechan meneguk habis minumannya, setelah mendengar cerita tentang mereka dari Sejeong. Dia menolak percaya, tapi Sejeong tak mungkin menceritakan hal omong kosong. Dia juga seperti itu saat di uks, penjelasannya terdengar tak masuk akal tapi jika melihat kekuatan yang dia punya sekarang semuanya terdengar nyata.
"Hah, aku iri sekali dengan mereka..." Decak Dabin.
"Telekinesis, vitalitas dan Psycokinesis, kekuatan mereka keren banget. Ekolokator juga, andai aku punya kekuatan itu. Aku tidak takut lagi menyelinap keluar malam-malam ke warnet"
Sejeong malah lebih takjub dengan kedua temannya itu, mereka tak memikirkan hal yang lebih besar setelah mengandaikan kekuatan orang lain, padahal dengan kekuatan psycokinesis saja pasti mereka sudah menjadi pahlawan yang terkenal. Dia lalu tersenyum, itu sebabnya dia sangat menyayangi mereka, sikap rendah diri dan tak serakah mereka yang membuat Sejeong juga tak peduli dengan kekuatan-kekuatan itu. Baginya, hidup damai dan nyaman adalah yang terpenting dan hidup aman juga menjadi hal paling utama sekarang. Langkah paling pertama adalah tidak terlibat dengan bahaya-bahaya itu.
"Uhm, sepertinya hari ini belajar mandiri di terapkan lagi. Bukan hanya kita, ternyata para guru juga antusias dengan kedatangan siswa/i itu" Dabin memperhatikan semua teman-temannya lalu lalang dan kantin itupun ramai di jam-jam pelajaran.
"Ngomong-ngomong Sejeong-ah, apa kau mengenal pria yang ada di belakangmu itu? Kenapa dia melihat kearah sini sedari tadi" bisik Heechan menyuruh Sejeong menoleh.
Sejeong memutar kepalanya, matanya melotot menangkap sosok pria yang beberapa hari yang lalu menjadi tamu tak diundang dirumahnya.
"Oho~ melihat reaksimu, sepertinya kau mengenalnya..." Ledek Dabin bangun dan menyuruh Heechan mengikutinya.
Sejeong belum sempat menyangkal, kedua sahabatnya itu sudah pindah dan duduk di depan pria yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Kalian sudah gila yah? Aku sama sekali tak mengenalnya, ayo bangun. Sejak kapan kalian sok akrab begini" dia memukul punggung Dabin dan Heechan, mereka hanya merintih sebentar lalu cengengesan. Sikap Sejeong malah membuat mereka semakin yakin kalau dia mengenal pria itu
"Pa...park Sooyoung? Hei, kenapa namamu terdengar seperti nama perempuan?" Heechan membaca nametag pria itu.
Mata pemilik nametag itu sedikit membelalak dan memperhatikan reaksi heechan lalu Dabin yang mengangguk setuju, "Oho~ rupanya kalian berdua seperti kami..." Tuturnya sambil tersenyum puas, seperti mendapatkan harga karun.
"Hei, Sejeong-ah. Apa maksudnya kalian berdua seperti kami? Dasar aneh..." Heechan bangun lebih dulu, dia mengepal tangannya lalu mengusap keringat di jidatnya.
Dabin yang sedikit lemot itu juga tersentak tiba-tiba, "hahahaha~ Heechan, kau ngomong apa tadi? Namanya tidak cocok, kau gila yah namanya tentu saja cantik seperti orangnya. Benarkan Sejeong"
"Eh? Aha, iyaa. Aku kan sudah bilang tak mengenalnya, kalian ini..." Heechan dan Dabin lalu menarik Sejeong ikut bersamanya.
"Menarik, jadi ini maksud Pak Jung kalau kuota siswa/i istimewa di korea ada 15 orang. Ditambah mereka berdua, sekarang sudah 14. Sisa satu yah, aku harus mencari dia di mana..." Dia terlihat pesimis dan gelisah.
Sesampainya di kelas,
"Hyaa~ sudah kubilang jangan mencolok, apa-apaan kalian tadi? Sudah pasti dia itu bagian dari mereka"
"Sejeong-ah, apa ada kekuatan merubah penampilan?" Heechan masih mengatur degup jantungnya yang berdebar karena ketakutan.
"Eh?"
"Jelas-jelas dia laki-laki, tapi saat dia bilang kami berdua mirip dengan mereka aku langsung paham kalau di mata siswa/i biasa dia terlihat sebagai wanita tapi di mata teman-temannya dia terlihat sebagai pria dan kami berdua tanpa sengaja memberitahu dia kalau...."
KAMU SEDANG MEMBACA
"School 2023"
FantasyKim Sejeong dan ke-2 temannya adalah siswa dari sekolah swasta biasa. dia menjalani kehidupan sekolahnya dengan tenang dan damai. Hingga pada suatu hari, Novel yang dia baca berjudul "Class The Star" menjadi nyata. beberapa pelajar dari berbagai sek...