"BAB. 7"

23 3 1
                                    

Bomin menghentikan langkahnya di depan kelas yang ditempati Sejeong dan kedua temannya, dia juga seharusnya disana bersama teman-temannya. Dia mengeritkan kening, lalu masuk begitu saja. Menghampiri seseorang yang sedang sibuk dengan apa yang dia gambar dan sesekali menatap ke luar jendela.

"Kenapa kau disini?"

Yeeun tak menjawab, karena earphone yang terpasang ditelinganya. Bomin mendengus, dia lalu ikut duduk. Meski begitu Yeeun belum meyadari kehadirannya, "kau ini benar-benar nggak pekaan yah" sindir Bomin, tentu saja dia juga tahu kalau Yeeun tak akan mendengar itu.

Dia menarik Earphone itu, membuat Yeeun sedikit terkejut lalu menoleh. "Oh?"

Bomin tersenyum, "kau terkejut?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bomin tersenyum, "kau terkejut?"

"Eung, sedang apa kau disini?"

"Bukannya aku yang harus bertanya, kelas kita di atas"

"Ah, itu... Aku lebih suka disini, walau berisik tapi suasananya lebih hangat karena aku merasa menjadi siswi biasa" cerita Yeeun.

"Apa itu yang inginkan?"

"Hu'um, tapi aku lebih suka berada di manapun asal dengan kalian semua. Lagipula, ini jam istirahat. Aku hanya iseng duduk sebentar di kursi Heechan"

Bomin mengangguk mengerti dan melihat apa yang sedang Yeeun gambar di gadgetnya, "kau masih suka bintang?"

Yeeun mengangguk sambil tersenyum, "uhm, kata Dabin tempat paling cocok melihat bintang itu di atas atap gedung aula. Nanti malam Aku, Yuna, Dabin, Young-woo dan Songkang akan melihat bintang di sana" cerita Yeeun.

"Apa kau tak mengajak Yerim atau Minhyun? Bukannya kak Eun-woo sudah bilang, kalian tidak boleh pergi tanpa ada seseorang dengan kekuatan penyerang" tegur Bomin.

Yeeun terdiam sejenak untuk berpikir, tentu saja dia sudah mengajak Yerim tapi wanita itu sibuk mendekati Eun-woo sedangkan Minhyun belum sepenuhnya pulih, setidaknya dia tidak boleh memakai kekuatannya selama seminggu. "Ah, bagaimana kalau kau saja yang ikut?"

"Aku?" Bomin menunjuk dirinya, menoleh ke kanan lalu tersenyum senang. "Apa boleh buat, aku juga harus bertanggung jawab untuk melindungi kalian" dia tetap tak bisa melepas harga dirinya.

"Assa~ kalau begitu, kita berkumpul di depan aula pukul 17:30 nanti" dia lalu sibuk mengabari teman-teman yang lain.

Di sisi lain,

Seorang pria duduk sambil bersandar ke dinding dibelakangnya, kaki kirinya di tekuk dengan mata terpejam. Dia mendengar langkah ringan mendekatinya, tapi dia tak harus waspada. Aroma itu sudah familiar untuknya, aroma yang di miliki seseorang yang tak kenal takut.

Langkah itu berhenti di depannya, dia lalu duduk sambil mengayunkan kakinya menatap ke bawah. Dari sini, dia bisa melihat semua teman-teman sekolahnya yang berukuran kecil.

"School 2023"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang