19.2 - you on my camera

1K 88 12
                                    

mature content.
skip if you uncomfortable

























Doyoung tersulut emosi, sehingga tidak bisa menyaring kata-kata yang baik untuk ia sampaikan. Tidak sengaja ia mengumpat ke arah Haruto karena dirinya dibakar api cemburu. Lebih tepatnya muak karena harus berhadapan langsung dengan orang yang berani menggoda kekasihnya.

"Dobby sayang, udah ya jangan marah lagi. Aku minta maaf."

"Lo tuh bukannya usir mereka malah diladenin. Udah tau lo lagi ngobrol sama gue." Dada Doyoung masih naik turun. Kedua tangannya berkacak pinggang karena amarahnya belum meredam.

"Sayang, maaf. Aku nggak sengaja ladenin mereka. Itu aku penasaran aja kenapa mereka tiba-tiba samperin kita."

"Seharusnya lo mikir kalau diajak gabung sama mereka. Lo tuh cowok gue dan gue cowok lo!"

"Sayang, aku kamu jangan lo gue." Wajah Haruto cemberut karena Doyoung tidak memanggilnya seperti biasa.

"Udah yuk kita pulang." Ajak Haruto seraya menarik pinggang ramping Doyoung agar mendekat ke arahnya.

"Kita belum selesai!"

"Apanya yang belum selesai, hm?"

Kedua mata Doyoung tiba-tiba berair, "Kita belum selesai sharing ceritanya. Pokoknya harus selesai malem ini!"

"Tapi sayang—"

Haruto hendak merayu Doyoung untuk pulang, namun Doyoung malah memanggil si bartender-yang sebelumnya melayani mereka.

"Ada apa nih?"

Suara dentuman musik mengisi kekosongan diantara mereka bertiga. Doyoung yakin akan keputusannya.

"Ada tempat buat gue sama cowok gue untuk ngobrol tanpa gangguan orang lain nggak?"

"Adanya kamar sih."

"Boleh deh satu."

"Dobby—" Haruto meraih pergelangan tangan Doyoung demi menarik atensi si mungil. Namun Doyoung menghiraukannya.

"Bentar, gue tanya dulu masih ada atau nggak."

Selagi si bartender memastikan kesediaan kamar, Haruto sibuk meminta penjelasan kepada Doyoung.

"Kamu kenapa pesen kamar segala? Kita harus pulang sekarang!"

"Nggak! Dibilang kita belum selesai. Kamu mau aku nangis disini?!"

Doyoung menunjukkan kedua matanya yang berair ke arah Haruto dan Haruto segera menutup bibirnya, menahan protes yang tadinya akan ia layangkan.

Tak lama si bartender kembali, "Kamar udah penuh. Paling kalau mau ada meja diujung yang nggak bakal diganggu orang, tapi nggak menutup kemungkinan masih bisa keganggu ama musik dari DJ dan jatohnya open table sih."

"Berapa pun gue bayar."

"Oke. Gue anterin."












































Sex in public. Mungkin itu judul yang tepat untuk menggambarkan situasi sekarang. Berawal dari yang satu marah dan satu meminta maaf, lalu berdamai karena harus melanjutkan sesi bertukar cerita, kemudian berganti dengan permainan panas tanpa ingat siapa yang memulai lebih dulu.

Meja yang berada diujung, jauh dari perhatian para pengunjung. Memberikan keuntungan pada keduanya untuk terus menjemput putih bersama tanpa perlu merasa khawatir.

suka - harubby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang