Ratni, mama Andar mendudukkan anak semata wayangnya yang baru saja pulang kantor, larut malam, tapi tak ada alasan bagi Andar untuk menolak panggilan mamanya. Tapi Andar tak mau duduk, ia tetap berdiri di depan kamarnya saat ia berlalu dari hadapan mamanya dan mamanya menarik lengan Andar, perlahan Andar menepis tangan mamanya."Ada apa lagi Ma? Aku lelah, ini sudah larut malam."
Terdengar helaan napas Ratni.
"Papamu bertanya pada sanak famili yang ada di Jogja, mengerikan ternyata kisah hidup mamanya Wulan, wes ndak ada alasan lagi bagi kamu untuk terus bersama Wulan, kamu tahu, Le? Mamanya itu membunuh laki-laki saat dia bekerja sebagai wanita tuna susila, di mana akan ditaruh wajah mama Leee ... kalau sanak famili papamu tahu kita besanan sama orang gila dan mantan wanita nggak bener."
Andar benar-benar kaget, ia tak tahu lagi harus mengatakan apa. Ia benar-benar tak tahu jika wanita yang dipanggil mama oleh Wulan adalah wanita yang punya masa lalu kelam.
"Apa bisa dipertanggungjawabkan berita itu Ma? Wulan wanita jujur, rasanya nggak mungkin dia melewatkan kisah itu dari aku."
"Heys pokoknya mama nggak mau tahu, putuskan wanita itu Le, dia memang wanita baik, mama akui, sempurna sebagai wanita, beberapa kali kamu ajak ke sini, mama lihat dia wanita yang tahu tata krama, tahu pekerjaan wanita bahkan urusan masak dia jago, tapi tidak untuk jadi istri kamu, karena bagi mama keturunan itu penting, siapa leluhur dia, orang tuanya dan bagaimana lingkungannya."
Andar terlihat resah.
"Ya sudah, nggak ada lagi kan yang akan mama sampaikan?"
"Tunggu!" Ratni memegang lengan Andar lagi.
"Niken ..."
Andar menggeleng.
"Nggak, Ma, aku sama Niken sudah seperti saudara, Tante Menik sudah aku tahu dan aku kenal sejak kecil jadi ..."
"Justru karena itu, karena mama tahu siapa yang melahirkan Niken makanya ..."
"Maaf, Ma, Andar lelah, boleh istirahat kan?"
Ratni hendak bicara lagi tapi Andar telah berlalu ke kamarnya dan segera menutup pintu kamar lalu menguncinya.
.
.
.Wulan pulang dengan wajah memerah, ia masuk begitu saja menuju ruang kerja papanya yang ternyata papanya sedang asik menelepon dengan seseorang, berbicara tentang hal yang rasanya tak aneh di telinganya.
"Aku tak ingin anakku menderita gara-gara keluarga itu, meremehkan anakku karena masa lalu mamanya, memang betul semua kisah tentang mamanya tapi tak patut keluarga itu merendahkan anakku, oh memang keluarga kaya to, nggak heran aku, makanya meremehkan anakku, kami memang bukan dari keluarga kaya tapi tak benar juga jika anakku direndahkan!"
Dan baru saja Danu berbalik ia kaget karena melihat wajah putrinya yang telah berlinang air mata.
"Papa ngomong sama siapa? Apa yang mau papa lakukan?"
Wajah Danu mengeras. Gerahamnya terlihat jelas terpahat dari luar.
"Ada apa ke ruang kerja papa? Ini sudah malam, tumben kamu ke sini? Papa hanya ingin tahu keluarga Andar, ya maklum papa, katanya sih orang tuanya kaya raya."
"Apa benar mama membunuh seseorang di tempat pelacuran? Kenapa justru aku tahu kisah ini dari orang lain? Yang aku tahu hanya mama sakit jiwa karena sakit hati pada laki-laki yang ia cintai sayangnya laki-laki itu bukan papa, begitu yang aku tahu, iya kan Pa? Apa ada kisah lain yang aku tidak harus tahu? Lalu ini mana yang benar?"
Terdengar langkah masuk, ternyata Ambar yang langsung merengkuh bahu Wulan.
"Duduk, yuk Sayang, mungkin sudah saatnya kamu tahu, bunda akan bercerita lengkap, tapi ingat jangan potong apa yang bunda ceritakan sampai akhir cerita. Jangan hakimi mamamu, dia tak sepenuhnya salah, mari duduk Sayang, duduklah Mas, biar aku yang akan membuka kisah yang sebenarnya tak perlu kita ingat lagi tapi semua harus kita buka agar Wulan tak hanya mendengar kisah dari satu sisi, kurang bahkan bisa saja malah tak jelas."
.
.
.Andar mengejar Wulan yang begitu saja melangkah cepat ke luar dari ruang rapat. Dan menyamakan langkanya dengan Wulan.
"Bisa kita bicara?"
"Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, rapat sudah ditutup." Wulan berbicara dengan ketus.
"Bukan rapat, tapi tentang kita."
Wulan menghentikan langkahnya menatap Andar, saat tiba-tiba ia melihat ponsel Andar berbunyi nyaring. Ini kesempatan Wulan melarikan diri tapi ternyata tangan Andar bergerak cepat, ia memegang erat pergelangan tangan Wulan sambil menerima telepon yang ternyata dari mamanya.
"Segera pulang ini ada Niken dan keluarganya, kita makan malam bersama."
"Maaf Ma nggak bisa, aku lagi sama Wulan, juga sedang makan malam."
4 September 2023 (20.18)
KAMU SEDANG MEMBACA
BARAT (SUDAH TERBIT)
General FictionCover by @Henzsadewa spin off Timur ke Barat Perjalanan cinta Wulan benar-benar tidak mudah, sejak awal ia sadar akan menemui kesulitan jika saatnya menikah nanti karena kondisi ibu kandungnya yang berada di rumah sakit jiwa, siapa yang mau bermenan...