4

179 72 13
                                    


"Papa sudah tahu semuanya Wulan, tidak usah berharap banyak pada keluarga yang tidak mengharapkan kehadiran kamu, menikah itu bukan hanya dengan satu orang, menikah itu juga dengan keluarganya, jangan punya pikiran kamu akan hidup berdua hanya dengan laki-laki itu, mungkin iya satu dua tahun kalian bahagia karena hanya menuruti perasaan kalian berdua, tapi setelah lima tahun kalian akan merasakan kesepian, tak bisa berkumpul dengan keluarga saat hari-hari tertentu, hari besar keagamaan, hari-hari spesial dan lainnya. Ingat itu, keluarga segala-galanya."

Wulan hanya menghela napas, ia tak bisa berkutik jika papanya tiba-tiba juga mendatangi tempat yang biasanya ia jadikan tempat untuk merenung atau menyendiri, di samping rumah yang penuh dengan tanaman perdu, bunga dan kolam ikan koi yang jernih.

"Paham kan apa yang papa katakan?"

"Tapi Mas Andar tetap selamanya akan mencintai aku, Pa, wanita yang dijodohkan padanya juga tak ada hati pada Mas Andar."

"Dan kamu percaya itu?"

"Yah, sejak awal dekat, dia sangat jujur padaku."

"Kamu sangat naif anakku, laki-laki terkadang tidak seperti yang kamu lihat."

"Apa Papa juga seperti laki-laki pada umumnya?"

.
.
.

Dan semuanya harus terjadi, pernikahan yang harus dilangsungkan karena kondisi mama Andar yang semakin mengkhawatirkan. Andar dan Niken hanya bisa pasrah namun keduanya sepakat meski nanti serumah tapi tidak sekamar. Di rumah mewah yang merupakan kado dari orang tua Niken, Niken memilih ditemani oleh pembantu yang sangat dia percaya sehingga semua yang ia rencanakan dengan Andar berjalan sempurna, naik Niken maupun Andar tak mau melepaskan orang yang mereka sayangi hanya karena pernikahan yang rumit itu.

.
.
.

"Jangan pernah bertemu laki-laki itu lagi Wulan, dia sudah punya istri jangan mengulang kisah lama mamamu. Mengerti!"

Wulan tak menjawab ia melewati papanya begitu saja saat akan berangkat ke kantor.

"Papa tahu kamu masih sangat mencintainya tapi jika kamu masih saja berhubungan dengannya sama saja kamu merusak rumah tangga orang."

"Sejak awal memang rusak, Pa, istri Mas Andar saat ini juga masih berhubungan dengan pacarnya, pernikahan bagi mereka hanya status, orang tua mereka bersahabat dan keduanya sama-sama tak ingin kekayaan mereka jatuh ke tangan orang lain."

Danu benar-benar tak mengerti, pernikahan macam apa yang dijalani oleh orang-orang kaya, tapi ia tetap tak ingin anaknya ada di pusaran itu.

"Papa tak mau tahu, apapun alasannya jauhi laki-laki itu, cari kerja di tempat lain daripada terus dejavu tiap bertemu laki-laki itu, kalau perlu kamu kerja di tempat papa kerja."

Wulan menggeleng.

"Aku sudah tak ingin mencari atmosfer baru, pekerjaan yang aku tekuni saat ini sudah membuat aku nyaman, Pa."

"Karena laki-laki itu kan?"

.
.
.

Wulan ragu-ragu melangkah kakinya ke sebuah rumah makan mewah, sampai akhirnya tangannya digenggam seseorang dan ia melihat Andar, yang terus mengajaknya masuk dan menuju ke sebuah meja, di sana ia melihat seorang wanita dengan rambut pendek menggunakan bluose tanpa lengan, gelang dan jam tangan mewah.  Laki-laki di dekatnya terlihat belia keduanya berdiri dan menyalami Wulan.

"Ini Niken, dan ini pacarnya. Silakan duduk semua."

Setelah duduk, Andar melanjutkan pembicaraannya.

"Sekarang kamu percaya kan? Bahwa pernikahan kami hanya karena tidak ingin mamaku meninggal dengan cara mengenaskan, kami hanya menunggu saat yang tepat lalu kami akan bercerai. Jadi kamu harus tetap di sisiku, aku tidak mau ada alasan lagi, Niken pun begitu dengan pacarnya ya tetap jalan."

Wulan menatap Niken dan Andar bergantian.

"Bukankah kalian serumah?" Pertanyaan Wulan disambut tanya Niken.

"Ya, tapi kami nggak sekamar, malah aku lebih sering di apartemen pacarku ini, kamu nggak usah khawatir, aku nggak minat sama pacar kamu, nggak ada rasa dan selera." Lagi-lagi terdengar tawa Niken.

Andar menggenggam tangan Wulan, ia tahu Wulan masih resah. Sementara Wulan tetap merasa tak enak hati, laki-laki yang ia cintai satu rumah dengan wanita lain, lebih-lebih setelah ia tahu secara langsung bagaimana Niken, cara berpakaiannya dan dandanannya, semua bisa saja terjadi. Ucapan papanya seolah berputar di pikirannya.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan Wulan, atau kita menikah siri saja? Jadi kita bisa tinggal bersama sesekali,  mau kan?"

7 September 2023 (05.34)

BARAT (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang