1

233 80 11
                                    


"Buat apa Mas Andar masih saja menghubungi aku? Kita selesai! Aku sudah berusaha bersabar karena awalnya Mas berjanji akan berusaha meluluhkan hati mama Mas, awalnya hubungan kita baik-baik saja kan, mama Mas juga baik sama aku, namun saat aku menjawab jujur pertanyaan mama Mas, malah jadi bumerang bagi aku. Aku berusaha jujur karena kita tidak dalam taraf main-main, aku dan Mas sama-sama bekerja, kita berpikir serius untuk menikah meski kita baru saling mengenal lima bulan. Tapi saat aku jujur mengenai kondisi mamaku malah kayak gini. Mama gila bukan karena gila turunan tapi kata bunda lebih karena keadaan yang sangat menekan dia. Aku jujur karena aku tak ingin ada kebohongan dalam rumah tangga kita nantinya."

Andar menghela napas, ia duduk lebih dekat ke arah Wulan, ia genggam tangan Wulan namun Wulan dengan pelan menariknya. Mereka baru saja pulang dari kantor lalu mampir di sebuah cafe untuk membahas rencana hubungan keduanya ke arah yang lebih serius. Keduanya sama-sama bekerja di tempat yang sama. Perusahaan properti. Andar sebagai manajer pemasaran dan Wulan staf dari Andar, Wulan orang yang tangkas dalam pekerjaan hingga Andar mempercayakan segala sesuatunya untuk ditangani Wulan. Sering bertemu dan membahas pekerjaan yang sama membuat keduanya saling suka.

Awalnya Wulan berusaha menghindar dan menepis rasa pada Andar, karena sejak awal ia sadar jika kondisi mamanya yang ia tahu sejak SMP ternyata sangat tidak memungkinkan bagi dia untuk berjalan normal di samping laki-laki. Tapi kegigihan Andar membuat Wulan luluh. Janji Andar yang akan berusaha membuat orang tuanya mengerti mengenai keadaan mamanya ternyata tidak seperti harapan Wulan, Andar jadi terlihat lemah baginya.

"Mungkin akan lebih baik kalau kamu nggak usah jujur aja sama mamaku, karena tidak semua orang bisa memahami keadaan mamamu, orang normal akan berpikir seperti itu, siapa pun itu."

Wulan menatap nanar wajah Andar. Ia tak menyangka Andar akan menyuruhnya berbohong.

"Apa Mas ingin pernikahan kita didasari kebohongan? Apa tidak lebih menyakitkan jika mama Mas tahu setelah kita menikah? Apa Mas akan membela aku jika mama Mas mencaci-maki aku sebagai mantu yang tidak jujur?"

Andar menggeleng pelan, ia usap bahu Wulan untuk menenangkan.

"Nggak gitu, bukan gitu Wulan, Sayang, kalau kamu sudah jadi istri aku dan malah kamu sudah melahirkan akan lebih mudah membujuk mama."

"Kalau yang terjadi sebaliknya bagaimana?"

Dan Andar diam saja.

.
.
.

Wulan baru saja masuk ke dalam kamarnya saat Ambar, wanita yang dinikahi papanya setelah tahu, Dewi, wanita yang melahirkan Wulan tak mungkin dinikahi karena sakit jiwa, memanggil Wulan.

"Sayang, gimana rencana pertunanganmu?" Suara Ambar pelan tapi sanggup membuat Wulan merasa tak bisa bernapas, ia sudah merencanakannya sebulan lalu, bertunangan lalu menikah selang beberapa bulan kemudian tapi semuanya sirna dalam sekejap setelah ia berusaha jujur siapa dirinya pada calon ibu mertuanya.

"Kayaknya nggak jadi, Bunda."

Wajah Ambar terlihat pias. Ia benar-benar kaget, ia ingat betul wajah bahagia anaknya, ya dia sudah menganggap Wulan seperti anaknya sendiri karena Wulan, ia asuh sejak bayi hingga saat ini berusia 25 tahun, dan kebetulan yang tak ia inginkan, hingga detik ini pun ia tak dikaruniai seorang anak.

"Kamu tidak bergurau kan?" Ambar memegang dua bahu Wulan. Ia tatap wajah Wulan dengan wajah tegang.

"Apa ada tanda-tanda aku bergurau Bunda? Aku ingin bertunangan lalu menikah tapi keadaan yang mengharuskan kami tidak harus lanjut."

Ambar menarik pelan Wulan ke dalam kamar, mereka duduk berdua di kasur, wajah sedih Wulan tak bisa disembunyikan.

"Ada hal serius? Misal dia punya wanita lain?  Hingga kamu harus memutuskan hal berat ini?"

Wulan menggeleng, lagi-lagi dengan pelan.

"Lalu apa?"

Wulan menghela napas, ia tatap wajah Ambar.

"Aku cerita kondisi mama, aku katakan siapa mamaku yang sebenarnya."

"Wulaaan, kok bisa! Itu namanya kamu bunuh diri, Nak! Di mana-mana nggak ada orang tua yang ingin anaknya menikah dengan wanita yang ... Bunda pikir kamu ngerti, ngapain juga kamu membahas hal yang orang tua Andar nggak tahu!"

Ambar terlihat resah.

"Bunda ingin aku berbohong? Bunda ingin akan ada hal yang lebih mengerikan jika akhirnya orang tua Mas Andar tahu kondisi mama saat aku sudah jadi istri Mas Andar?"

"Nggak akan ada yang tahu! Kisah itu sudah lama menghilang dan jarang ada yang tahu, kita sudah pindah ke kota lain, dan di sini nggak ada yang tahu."

"Apa Bunda bisa menjamin bahwa hal ini akan benar-benar tertutup rapat? Aku nggak yakin Bun karena papa Mas Andar berasal dari Jogja, asli Jogja, itu yang aku khawatirkan. Dan lagi, sejak kecil Bunda selalu ngajarin aku jujur, apa aku salah jika di saat aku serius dengan seorang laki-laki, di saat aku akan menapaki kehidupan baru aku berbicara jujur? Aku nggak ngerti Bun, aku bingung karena Mas Andar pun punya pikiran sama dengan Bunda, aku salah karena aku berkata jujur."

"Bundamu dan Andar benar, Wulan! Tak seharusnya kamu mengingat wanita yang telah menyakiti kita! Kita akan dibuat sengsara selamanya karena kesalahannya!"

Tiba-tiba saja, Danu, papanya berdiri di mulut pintu kamarnya.

2 September 2023 (19.36)

BARAT (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang