"Pak Andar sudah resign Bu, beliau memilih membesarkan perusahaan mertuanya yang ada di luar negeri, di Inggris sana, papanya juga ikut diboyong ke sana, di sini aset-asetnya sudah diserahkan pada orang-orang kepercayaannya untuk dijaga dan dikelola."Wulan hanya mampu terduduk dengan lemas setelah penantiannya satu bulan lebih seolah mengharapkan hal yang benar-benar tak masuk akal seperti ini. Ia terlalu yakin Andar akan setia, ia terlalu yakin pada Andar yang sabar tak akan mampu meninggalkannya. Ia benar-benar naif, tak tahu dan tak pernah mengira jika laki-laki sebaik dan sesabar Andar mampu meninggalkannya dalam keadaan hamil, meski dalam hal ini Andar tak tahu keadaannya yang sebenarnya.
Tak mungkin ia menyusul Andar ke dunia barat yang tak ia kenal, tak ada dana, tak ada pengetahuan barang secuilpun negara di belahan Eropa itu. Kini yang ada dalam pikiran Wulan, ia harus berjuang sendiri membesarkan anaknya tanpa harus diketahui oleh papa dan bundanya.
Wulan bangkit dari duduknya, berpamitan pada wanita yang menatapnya iba, ia tahu jika wanita di depannya ini mengetahui jika ia dan Andar ada hubungan istimewa. Tapi wanita ini pun tak bisa berbuat apa-apa.
"Apa Pak Andar tidak berpamitan pada semua orang di sini? Bukankah ia orang nomor satu di kantor cabang ini?" Wulan mencoba menguatkan hati sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan itu. Wanita yang ia tanya diam sejenak lalu menghela napas.
"Saya kurang tahu juga Bu, tapi saya yakin Pak Andar sudah berpamitan pada pemilik perusahaan ini karena surat pengunduran diri Pak Andar sudah ada di meja Bu Popi."
Wulan mengangguk, lalu melangkah meninggalkan ruangan itu, mengayun langkahnya, berusaha tegar meski ia sendiri tak yakin hidupnya akan baik-baik saja ke depannya. Sambil melangkah ia mengusap perutnya.
"Kita harus kuat, Nak, meski hanya berdua, tanpa papamu, kelak, kau susul dia ke barat dan buktikan jika kau kuat meski dia meninggalkanmu."
.
.
."Apa ini permintaanmu sendiri, ataukah memang promosi dari kantor?"
Danu menatap Wulan dengan tatapan tajam.
"Memang Wulan yang meminta Pa, karena Wulan pikir sudah waktunya Wulan mengembangkan kemampuan, kebetulan memang ada tawaran dan Wulan ambil."
"Ini risiko besar, ini bukan proyek kecil, kalau kamu yang jadi pimpinan produksinya akan berat, kau tahu proyek jalan tol tak pernah mudah, kau belum terbiasa."
"Aku sarjana di bidang itu Pa, selama ini aku pun selalu ikut langsung ke lapangan jika ada ..."
"Tidak! Kau lebih mengurusi pemasaran dan kalaupun kau ikut andil hanya urusan pendirian mall dan perumahan mewah, ini pekerjaan laki-laki Wulan! Kau akan banyak bertemu dengan pekerjaan berat, kasar dan melelahkan!"
"Itu karena papa tidak melihat jika aku bisa mengerjakannya."
"Apa kamu putus asa karena laki-laki itu? Laki-laki yang ternyata benar kata papa kan? Ternyata dia bajingan, dia meninggalkanmu begitu saja hanya karena harta dan wanita yang lebih menjanjikan masa tuanya."
"Tidak! Bukan karena dia! Ini hanya soal pembuktian pada semua orang jika aku mampu melakukan pekerjaan yang orang anggap tak akan mampu aku lakukan."
Danu mengembuskan napas, ia tahu anaknya sedang berduka, ia hanya tak ingin Wulan mengulang kisah lama mamanya yang tak waras hanya karena cinta.
"Baiklah, buktikan pada papa dan bundamu bahwa kau baik-baik saja dan melakukan semua yang kamu bisa bukan karena pelarian akibat patah hati!"
"Wulan nggak akan selemah itu!"
.
.
.Dalam hati kecil Andar benar-benar tak tenang meski kini ia hidup bergelimang harta, jauh dari gangguan dan rongrongan Wulan tapi kabar dari salah satu teman yang berada satu proyek dengan Wulan membuatnya gamang. Wulan mengambil pekerjaan besar berisiko. Andar yakin Wulan hanya ingin melupakannya dengan cara yang ekstrim. Bekerja berat siang dan malam.
Niken benar-benar berubah setelah menjadi istrinya, menjadi wanita yang patuh padanya dan bersama dirinya mengelola perusahaan keluarga.
Andar hanya berharap Wulan tidak hamil, karena Andar ingat jika Wulan pernah mengatakan ingin hamil anak Andar agar segera dinikahi secara resmi oleh Andar dan Andar bersyukur hingga saat ini orang-orangnya tak melihat tanda-tanda jika Wulan sedang hamil. Ia tak ingin jadi laki-laki tak bertanggung jawab dengan meninggalkan anak begitu saja.
"Mas, masih mikir Wulan kan? Aku tahu Mas akan merasa bersalah selamanya karena Mas sudah berjanji akan menikahinya, masalahnya kita sudah tak bisa dipisahkan dan tak ada kesempatan Mas untuk bersama Wulan, selamanya Mas akan ada di sampingku! Ingat itu!"
10 September 2023 (17.11)
Triple up 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
BARAT (SUDAH TERBIT)
General FictionCover by @Henzsadewa spin off Timur ke Barat Perjalanan cinta Wulan benar-benar tidak mudah, sejak awal ia sadar akan menemui kesulitan jika saatnya menikah nanti karena kondisi ibu kandungnya yang berada di rumah sakit jiwa, siapa yang mau bermenan...