"Aku tahu Wulan menyembunyikan luka. Ia berusaha kuat, aku bersyukur dia tak mengulang kesalahan yang dilakukan oleh mamanya, semoga seterusnya dia seperti itu, menyibukkan diri dengan pekerjaan adalah cara yang tepat menyembuhkan luka."Danu melihat Ambar yang hanya mengangguk pelan.
"Kamu kayak mikir apa to, Dik? Kok kayak ngelamun, tak ajak ngomong malah ngelamun."
Ambar menatap Danu dengan wajah risau.
"Aku kan yang mengasuh Wulan sejak bayi, meski dia bukan anak kandungku tapi aku tahu apa yang dia pikir dan rasakan, aku hanya merasa dia menyembunyikan rahasia besar yang kita tidak tahu, dia wanita kuat yang tak mau kelemahannya kita ketahui, pernah aku terbangun malam-malam, kamar Wulan terbuka sedikit, aku mendengar dia menangis, meski suaranya sangat pelan. Aku tak berani masuk ke kamarnya karena aku tahu ia pasti tak ingin ada yang tahu jika ia sedang berkeluh-kesah pada dirinya sendiri."
Danu mengembuskan napas.
"Rahasia apapun itu semoga tidak merugikan dirinya."
"Wulan tidak mudah menangis Mas, tapi aku mendengar tangisnya menyayat hati ingin aku peluk dia tapi aku tahan hanya berdiri di depan kamarnya." Ambar menghapus air mata yang mengalir tiba-tiba.
"Aku menyayanginya seperti anak kandungku sendiri."
"Wulan juga menyayangimu Dik, Ndak usah kamu sampai sesedih itu." Danu mengusap punggung tangan Ambar. Ambar mengangguk dan segera bangkit untuk membereskan piring-piring kotor ke dapur. Setelah semua selesai keduanya masih saja duduk di ruang makan. Berjejer sambil menghadap ke arah smart tv yang sengaja Danu pilih saluran drama keluarga kesukaan Ambar.
"Matikan aja Mas tvnya, lagi nggak mood ini, ingat Wulan terus mana dia nggak mau kita ke tempat kerjanya, dia mewanti-wanti kita kan sejak awal, selama setahun ini ingin membuktikan bahwa dia mampu menjadi wanita dibalik kesuksesan pembangunan jalan tol."
Danu tersenyum bangga. Dia merasa berhasil mendidik Wulan menjadi anak yang baik dan tegar.
"Ya nggak papa, Dik, kita turuti kemauannya, yang penting kita tahu kabar Wulan, secara berkala kita tanya kabarnya selama dia berkabar baik-baik saja ya sudah."
"Kok pikiranku nggak enak ya Mas, pingin sesekali menemui Wulan, tapi ..."
"Sudah nggak usah, kita tunggu setahun lagi."
.
.
.Waktu berjalan dengan cepat bagi sebagaian besar orang tapi sangat lambat bagi Wulan, ia ingin segera menyelesaikan proyek yang ia pimpin dan menunjukkan pada dirinya sendiri bahwa ia kuat tanpa Andar. Dan juga ingin menunjukkan pada Andar bahwa ia bisa terus hidup dan mampu melangkah tanpa laki-laki pengecut yang ternyata lebih memilih hidup mewah dengan wanita yang katanya tak ia cintai. Wulan tahu jika ada orang kepercayaan Andar yang terus memata-matainya. Meski sakit tak akan ia tunjukkan rasa sakit dan kelemahannya meski setelahnya ia hancur an menangis di rumah yang telah disediakan oleh perusahaan.
Perutnya semakin tak bisa disembunyikan dan beberapa manajer bahkan pemilik perusahaan yang tahu kinerja Wulan menyarankan Wulan untuk mengambil cuti, tapi tidak bagi Wulan, ia akan terus bekerja, ia tahu batasan toh ia hanya sekadar melakukan pengawasan menyeluruh tanpa harus berlelah-lelah secara berlebihan.
Di perusahaan itu sebenarnya sudah bukan rahasia lagi hubungan Andar dan Wulan. Dan saat Andar memilih pergi hanya rasa iba yang bisa mereka rasakan, tak lebih, risiko menikah diam-diam memang hanya diderita oleh si wanita dan anehnya lagi kejadian ini selalu berulang.
.
.
.Sementara di belahan dunia lain, di balik meja kerjanya Andar menatap nanar wanita yang menggunakan safety helmet, didampingi oleh beberapa staf dan pekerja dengan perut yang tak bisa disembunyikan. Wanita itu tampak tegar dengan tangan menunjuk ke arah bangunan jalan tol yang para pekerjanya melakukan aktivitas.
Mata Andar berkaca-kaca. Ia semakin merasa bersalah. Ia terlalu yakin jika Wulan tak akan hamil, makanya ia dengan santai meninggalkan negara yang telah memberinya air, tanah dan udara. Tapi kenyataan dalam foto yang dikirim oleh orang yang dia percaya memukul bahkan seolah menampar dirinya jika ia tak lebih sama dengan para bajingan yang meninggalkan wanita yang ia cintai setelah mengambil hal yang paling berharga.
"Aku akan mengawasimu meski aku tak ada di sisimu, itu anakku, dan akan aku jamin hidupnya."
Andar berkirim pesan pada seseorang bahwa ia akan mengirimkan sejumlah uang pada Wulan. Namun tiba-tiba ponselnya berbunyi, ia melihat nama Niken di sana. Ia angkat dan ia tempelkan ponsel itu ke telinganya.
"Aku tahu kamu terus mencari kabar tentang Wulan, jangan coba-coba melakukan hal yang merugikan kita, uang kita! Atau dia akan celaka!"
11 September 2023 (14.53)
KAMU SEDANG MEMBACA
BARAT (SUDAH TERBIT)
General FictionCover by @Henzsadewa spin off Timur ke Barat Perjalanan cinta Wulan benar-benar tidak mudah, sejak awal ia sadar akan menemui kesulitan jika saatnya menikah nanti karena kondisi ibu kandungnya yang berada di rumah sakit jiwa, siapa yang mau bermenan...