| Tiga : Kesepakatan |

80 13 4
                                    

            Park Jiyeon, gadis itu tengah melakukan pekerjaannya seperti biasa. Saat ini dia memotret gadis-gadis di pantai untuk cover sebuah majalah. Ya, gadis itu sebisa mungkin menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan pria jadi dia akan mengutamakan pemotretan dengan perempuan.
Jiyeon terus membidikkan lensa kameranya, selaras dengan beberapa model yang terus berpose semenarik mungkin agar hasil foto terlihat bagus.
“Ji, ada yang mencarimu.” Kata asisten Jiyeon, gadis itu menghentikan aktivitasnya sejenak.
“Katanya dia pacarmu.”
“Hah?”
Jiyeon merasa heran, pacar dari mana dia saja menduduki peringkat pertama sebagai single lady saat ini. “Kita lanjutkan nanti, setelah makan siang.”
Para model mengangguk, “Okey!”
Jiyeon mengalungkan kameranya di leher kemudian berjalan menghampiri tamu yang asistennya maksud. Pria itu tampak berdiri menghadap ke arah pantai. “Maaf, Anda mencariku?” Kata Jiyeon, pria itu menoleh dan tersenyum meremehkan. Jiyeon terkejut sampai hampir terjungkal. “Kau?!”
“Ya, ini aku.”
“Ke—kenapa kau mencariku? Ada urusan apa?”
Eunwoo berjalan menghampiri Jiyeon. “Urusan kita bahkan baru saja dimulai, kau lupa atau pura-pura lupa hmm?”
“Bukankah urusan kita sudah selesai? Apanya yang baru dimulai?!”
“Hei—Nona, biar kuingatkan. Kau mengakuiku sebagai kekasihmu seenaknya di depan teman-temanmu. Kita bahkan tidak saling kenal, apa kau sebegitu putus asanya huh?”
“Itu—aku tidak sengaja melakukannya. Semua terjadi begitu saja. Aku minta maaf.”
“Minta maaf? Urusan kita tidak akan selesai hanya dengan kata maaf. Kau harus membayar apa yang sudah kau lakukan. Kau juga mengatakan akan melakukan apa pun bukan malam itu?”
Jiyeon menghela napas. “Baiklah, apa yang harus kulakukan untukmu?”
Eunwoo tersenyum miring, semua rencana telah tersusun rapi di kepalanya. “Ikut aku, kita bicara di tempat lain.” Jiyeon mengangguk, setelahnya dia mengikuti jejak Eunwoo memasuki mobilnya.

***

“Apa?! Menikah?!” Jiyeon benar-benar kaget bukan kepalang. Eunwoo baru saja menjelaskan mengenai apa yang harus Jiyeon lakukan untuk membalas budi. “Kau gila ya?!”

“Aku waras, dan aku sadar 100%. Kau calon istri yang ideal, aku sudah menyelidiki latar belakangmu. Keluargamu bersih, dari kalangan baik-baik, kau gadis yang cerdas, berbakat dalam bidang fotografi dan yang paling penting kau memiliki visual dewi. Ya, kau dan aku adalah perpaduan gen yang akan menghasilkan keturunan luar biasa.”
Wajah Jiyeon memerah antara malu dan marah. “Apa-apaan?! Jangan menilai orang lain seenaknya. Apa kau seorang penguntit?!”
“Tentu saja bukan, aku seorang CEO, milioner muda, kau bisa membaca profilku di internet.”
Jiyeon memejamkan matanya menahan kekesalan, pria di hadapannya itu benar-benar sombong dan tidak tahu diri. “Aku tidak peduli padamu, Bung. Maaf saja aku tidak tertarik menikah denganmu.”
“Oh ya? Kau tetap tidak tertarik jika aku beberkan kebohonganmu pada Son Naeun?” Eunwoo tersenyum manis namun terlihat mengerikan di mata Jiyeon, dia sedang diancam. “Wah, kau tidak akan mampu mengangkat kepalamu lagi di hadapannya jika dia tahu kau hanya mengaku-ngaku malam itu sebagai kekasihku.”
“Kau mengancamku?”
“Aku tidak mengancam, aku sedang membuat penawaran denganmu, Nona Park Jiyeon.” Eunwoo tersenyum lagi, namun kali ini senyuman licik. “Lagi pula, tidak ada ruginya menikah denganku. Justru kau akan hidup enak, dihormati, dan populer tentu saja.  Aku akan menikahimu sebagaimana mestinya, semua orang akan tahu kau istri dari seorang Cha Eunwoo. Kau tidak akan kekurangan apa pun, aku akan menjaminnya. Dan yang paling penting, Son Naeun tidak akan bisa merendahkanmu  yang ditinggal kabur saat hari pernikahan.” Eunwoo tertawa mengejek, Jiyeon kesal sampai ke ubun-ubun.
“Kau bahkan tahu soal itu?! Hey—ini pelanggaran privasi! Aku bisa saja melaporkanmu atas tuduhan penguntitan!”

“Silahkan saja! Aku juga bisa menuntutmu atas tuduhan pencemaran nama baik. Dan kita lihat siapa yang menang. Sekedar informasi, keluargaku memiliki orang kepercayaan di semua lapisan hukum, polisi, jaksa, hakim.”
Kalah telak.
Jiyeon merasa tersudut, inilah mengapa hidup begitu tidak adil sebab yang berkuasa yang akan menang, uang di atas segala-galanya. “Aku tidak mau menikah denganmu. Aku bukan perempuan murahan.”
“Aku tidak pernah bilang kau murahan, aku justru akan mengangkat deEunwootmu. Bahkan wanita sekelas Son Naeun tidak akan pernah bisa mengejekmu lagi, aku akan membungkam mulutnya.” Jiyeon cukup tergiur juga, dia sudah kepalang basah mengakui Eunwoo sebagai kekasihnya waktu itu. Dan Naeun akan selalu mencari kesempatan menjatuhkan dirinya, dan jika dia tidak bersama Eunwoo itu akan menjadi pion kemenangan bagi Son Naeun. “Bagaimana Nona Jiyeon? Jangan berpikir terlalu lama. Waktuku berharga.”
“Lalu apa yang kau inginkan dariku? Mana mungkin semua tawaran menggiurkan itu tidak memiliki imbalan.”
Eunwoo tersenyum. “Kau memang gadis cerdas tidak salah aku memilihmu. Ah, lebih tepatnya takdir yang mempertemukan kita. Nama kita saja serasi, Eunwoo dan Jiyeon. Sepertinya kita memang berjodoh.” Jiyeon menatap Eunwoo ngeri, Jika bisa memutar waktu malam itu Jiyeon memilih tidak datang saja ke pesta reuni. “Aku tidak meminta banyak, cukup jadi istri yang baik dan penurut, dan juga kau harus bisa memberikan bayi kecil untuk kakekku.”
“What? Bayi?! Aku tidak mau, aku belum mau punya anak. Aku masih muda dan masih mau mengejar karir dan—”
“Memangnya kau punya pilihan? Saat kau bersedia menjadi istriku itu berarti kau juga harus siap menjadi seorang ibu.”

Jiyeon menggeleng. “Aku tidak mau.”
Eunwoo mulai gemas, pria itu bangkit mendekati Jiyeon dengan tatapan penuh intimidasi. “Aku hanya ingin menegaskan jika kau tidak punya pilihan lain, Nona Park Jiyeon. Jika kau menolak, akan kupastikan akan menyulitkan hidupmu. Lagi pula mana bisa kau menolak, kau wanita dengan harga diri tinggi, kau tidak akan menjilat ludahmu sendiri di hadapan Naeun. Iya kan?”
Jiyeon mengepalkan tangannya, menyesali perbuatannya malam itu yang asal bicara mengakui Eunwoo sebagai kekasihnya, dan itu adalah gerbang awal kesialan hidup yang sesungguhnya.

***

Jiyeon menatap pantulan dirinya di cermin riasnya, dress selutut berwarna peach yang merupakan pemberian Eunwoo dipadukan dengan heel senada yang juga pemberian Eunwoo, rambutnya dibuat cepol dengan makeup natural membuat gadis itu terlihat menggemaskan bak idol kpop dan lagi-lagi dia berdandan seperti itu atas dasar permintaan Eunwoo—katanya kakeknya suka gadis manis dan anggun. Ya, belum apa-apa saja pria itu sudah begitu mendominasi dirinya, dan Jiyeon memiliki firasat kehidupannya akan berubah 180 deEunwoot nantinya. Pupus sudah impiannya untuk keliling dunia, mengabadikan setiap tempat-tempat indah di seluruh dunia. Padahal itu adalah rencana hidup Jiyeon sebelum memutuskan untuk menikah dengan seseorang. Dia menargetkan usia kepala tiga untuk menikah, setelah menghabiskan lima tahun berkelana menjadi traveler. Ya, Jiyeon berencana melakukan semua itu tahun depan di saat uang tabungannya cukup.
Sekarang, semua itu hanya angan-angan belaka. Karena ambisinya mengalahkan Naeun, dia kini harus terjebak dalam jeratan pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali.
“Hah ... kapan sih, aku bahagia seperti orang lain. Wajah cantik ini—kenapa tidak membawa keberuntungan sama sekali?” Gumam Jiyeon sendu. Jika mengingat apa yang sudah dia lewati selama 24 tahun terakhir, rasanya semua begitu sulit. Suara dering ponsel membuat Jiyeon terlonjak dari lamunan.
Annoying Cha calling....
“Huft~” Jiyeon meraih ponselnya ogah-ogahan.
“Ya?”
“Aku sudah di depan rumahmu, cepat keluar.”
“Iya.”
Jiyeon mematikan sambungan itu, kemudian meraih slingbag miliknya di atas kasur. Dia bergegas menemui Eunwoo.

[M] Asquiesce | CEW√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang