| Satu : Undangan Reuni |

143 18 2
                                    

           Seorang pria tampak sibuk dengan berkas-berkas di mejanya, sudah menjadi rutinitas sehari-hari berkutat dengan banyak dokumen setiap hari—menandatangani hal-hal yang membutuhkan persetujuannya. Tampan bak visual dewa-dewa yunani, perfectionist, sukses dan tentunya kaya raya—siapa yang tidak terpesona pada sosok Cha Eunwoo si dingin yang tidak tergapai. Sayang sekali fisik sempurna akan selalu berdampingan dengan sifat yang sebaliknya sebab—tidak ada manusia yang benar-benar sempurna di muka bumi. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta.

Bunyi ponsel yang terus mengganggu rungu membuat pria itu menghentikan sejenak aktivitasnya. Ada nama 'Kakek' di layar, buru-buru Eunwoo menjawab panggilan itu atau kakeknya akan murka hanya karena alasan sepele—terlambat mengangkat telepon.

"Ya, Kek?"

"Sudah sebulan dari waktu yang ditentukan, kau sudah menemukan calon istri?" Eunwoo mendesah, tidak bosan-bosan sang kakek mewanti-wanti perihal yang sama.

"Belum, Kek. Menemukan calon istri tidak semudah menemukan permen di toko, Kek. Bersabarlah."

"Mau sampai kapan? Menunggu Kakek mati begitu?!"

Eunwoo menghela napas panjang. "Tidak begitu juga, Kek. Memangnya Kakek mau cepat mati?!"

"Tentu saja tidak, bodoh! Aku tidak akan mati sebelum dapat cicit darimu. Ini peringatan terakhir, jika dalam seminggu ini kau tidak juga menemukan calon istri, Kakek yang akan mencarikan untukmu. Dan kau tidak boleh menolak."

"Hah ... baiklah, Kek."

Tut... tut... tut....

Kebiasaan sang kakek adalah mematikan sambungan telepon secara sepihak. Maklum, kakek Eunwoo sudah lanjut usia itulah mengapa tingkahnya terkadang menjadi sangat kekanak-kanakkan dan egois, harus dituruti semuanya. Terlepas dari itu semua, Eunwoo sangat menyayangi kakeknya, sebab—hanya kakeknya keluarga yang Eunwoo miliki saat ini.

"Dimana menemukan calon istri yang pas dalam waktu seminggu? Huft~ membuat stress saja." Gumam Eunwoo.
"Kau bisa stress juga?" Atensi Eunwoo teralihkan pada sosok mungil di hadapannya, lagi-lagi Eunwoo mendesah.

"Bisakah kau mengetuk pintu dulu? Kau datang tiba-tiba seperti hantu."

Gadis itu tersenyum kemudian menarik kedua pipi Eunwoo. "Uhh—Eunwoo sangat manis ketika sedang kesal."

"Hentikan Lee Jieun! Aish berhenti menganggapku anak kecil!"

Jieun, panggilan akrab gadis itu. Dia tertawa renyah, "Kau kan memang lebih muda dariku, Chaeun! Bagiku kau tetap adik kecil yang manis."

Sungguh mood Eunwoo bertambah buruk saja, alasan utama mengapa pria sesempurna Eunwoo masih single di usia ke-25 tahun adalah karena sosok mungil di depannya itu. Ya, karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan sejak di bangku SMA. Lee Jieun, gadis yang dua tahun lebih tua darinya itu adalah satu-satunya gadis yang bisa menembus kokohnya hati Eunwoo, bahkan gadis itu menjadi satu-satunya yang berhasil menempati tempat terdalam di hati Eunwoo.

"Ada apa kau kemari?" Sergah Eunwoo memegangi pipinya yang terasa panas. Sungguh Jieun memiliki tubuh yang mungil namun tenaganya kuat sekali, pipi Eunwoo sampai merah.

Jieun tersenyum, dia mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tas tangannya. Desain kartu undangan berwarna pink, cantik sekali sesuai dengan pribadi Jieun yang lembut dan ceria. "Undangan pernikahanku sudah jadi, kau beruntung menjadi yang pertama menerima itu. Karena, kau sahabat yang paling kusayangi." Sungguh hati Eunwoo pedih, melihat kartu undangan dengan nama Lee Jieun dan Park Jimin di sana. Tidak akan ada kesempatan untuknya lagi memiliki Jieun, selamanya itu hanya akan menjadi angan-angan semu. Parahnya lagi, gadis yang dicintainya itu akan menikah dengan sahabatnya sendiri, Park Jimin. Double kill untuk Eunwoo.

[M] Asquiesce | CEW√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang