| Tujuh : Menggoda Iblis |

79 8 3
                                    

          Park Jiyeon —gadis itu tampak lesu, dia menumpukan wajahnya di atas meja sembari mengaduk-aduk chocolate miliknya dengan gerakan malas. Ya, sejak pertemuannya dengan Jimin kemarin, gadis itu jadi uring-uringan sendiri saat ini.
Soojung yang baru saja selesai mengurus pelanggannya menghampiri sang sahabat. “Hey, kau kenapa sih seperti tidak punya nyawa saja. Bukankah kau harusnya senang? Sebentar lagi kau akan menjadi Nyonya Cha yang kaya raya.” Goda Soojung, Jiyeon mendelik menatap sahabatnya.
“Kau kira aku wanita mata duitan yang menikah demi harta? Pernikahan ini bahkan tidak kuinginkan, kau kan tahu itu Jung Soojung.” Soojung hanya terkekeh geli, hobinya memang menggoda Jiyeon.
“Lalu kenapa wajahmu kusut begitu huh?”
Jiyeon mendesah. “Soojung ... kau masih ingat Jimin tidak?”
“Park Jimin, mantanmu sewaktu kita SMA itu? Pria yang tiba-tiba pindah ke Inggris tepat sehari sebelum anniversary kalian yang pertama? Pria yang berhasil membuatmu menangis selama tiga hari karena patah hati?” Terang Soojung sangat mendetail, Jiyeon mencibir tanpa suara.
“Tidak perlu kau perjelas begitu juga, sialan.” Maki Jiyeon, Soojung terbahak puas sekali.
“Hahaha maaf, memangnya kenapa dengan Jimin?”
“Kemarin aku bertemu dengannya.”
“What?” Kaget Soojung setahunya pria itu sudah menghilang sejak pergi ke Inggris beberapa tahun silam.  "Dia di Korea Selatan?"
"Ya, dia sudah kembali lama. Katanya dia mencariku kemana-mana, ya kau tahu sendiri kan aku pindah sejak lulus SMA." Soojung hanya mengangguk menanggapi. “Dan parahnya lagi, dia itu—sahabat baik Eunwoo. Dia bahkan mengancamku, katanya urusan kita belum selesai. Aku benar-benar pusing.” Jiyeon mengacak rambutnya frustrasi. “Aku baru ingat dulu—kami tidak benar-benar putus. Aku bahkan berjanji akan menunggunya hingga kembali.”
Soojung geleng-geleng. “Tck, Park Jiyeon. Bisa-bisanya kau melupakan janji seperti itu. Lebih baik bicara padanya baik-baik, dan akhiri cinta masa lalu kalian. Kau akan menikah dalam beberapa hari.”
“Begitukah?”
“Tentu saja bodoh, kau tidak mau kan nantinya masa lalu kalian menjadi masalah?” Jiyeon menggeleng. “Maka dari itu selesaikan secepatnya.”
“Bagaimana aku menemuinya? Aku tidak punya kontaknya, tidak mungkin aku minta pada Eunwoo bukan? Dia tidak tahu kami sudah saling mengenal.”

“Aku heran kenapa takdir suka sekali mempermainkanmu, bagaimana caranya itu urusanmu. Kau kan punya otak untuk berpikir.”
Jiyeon lagi-lagi mencibir. “Kau itu sama sekali tidak membantu.” Soojung tergelak lagi, gadis itu tersenyum ketika seorang pria tampan memasuki cafenya.
“Sayang, tumben mampir.” Soojung menyambut pria itu, Choi Sungyoon—suaminya. Dia seorang dokter bedah yang sukses di usia muda. Sungyoon mengecup singkat bibir Soojung, membuat yang menyaksikan iri tak terkecuali Park Jiyeon. Ya, bagaimana tidak iri, jika hubungan Soojung-Sungyoon terjalin sejak mereka SMA hingga saat ini. Awet bak diberi formalin.
“Aku merindukanmu, kebetulan jadwalku kosong sampai nanti malam jadi aku kemari.” Katanya lalu tersenyum pada Jiyeon. “Hay, Ji.”
Jiyeon hanya membalas dengan senyuman pula.
“Hay, Sungyoon ... sepertinya kalian butuh waktu berdua, aku pergi saja.”
“Oy, apa-apaan kau ini?! Chocolatemu belum habis.” Cibir Soojung, Jiyeon meringis.
“Kau ini seperti pada siapa saja.” Tambah Sungyoon. “Ah, ya—selamat ya untuk pernikahanmu. Aku tidak menyangka kau akan menikahi Cha Eunwoo yang hebat itu. Semua orang di rumah sakit membicarakannya tadi.”
“Apa maksudmu?” Heran Jiyeon.
“Heh? Memangnya kau tidak tahu pernikahan kalian sedang menjadi trending topik saat ini?!”
Jiyeon terkejut. “Apa?”
Soojung buru-buru membuka ponselnya mencari nama Eunwoo, benar saja nama sahabatnya pun dikaitkan dengan pria itu. Banyak sekali berita pernikahan. “Wah, sekarang kau jadi orang terkenal.” Goda Soojung. Jiyeon makin frustrasi.
“Hey—sebenarnya Eunwoo itu siapa? Dan sehebat apa dia?” Jiyeon benar-benar tidak tahu apapun soal Eunwoo selain pria tampan yang menyebalkan dan juga kaya raya.

“Serius kau tidak tahu, Ji?” Sungyoon sedikit speechless, begitu pun Soojung. Sejak dulu Jiyeon itu sosok yang cuek dan tidak peduli sekitarnya, dia hanya akan fokus pada tujuannya atau seseorang yang ada dalam hidupnya.
Jiyeon menggeleng. “Aku bertanya karena aku tidak tahu.”
Sungyoon melengos. “Astaga, sikap cuekmu itu sudah akut. Bagaimana bisa kau tidak tahu siapa calon suamimu?!” Jiyeon hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Dengar baik-baik, Cha Eunwoo itu bahkan sudah menjadi pria nomor satu sejak SMA dulu. Dia jenius, beberapa kali ikut olimpiade sains dan menang, menjadi most wanted di SMA kita. Dia lulusan Harvard University dan menjadi businessman muda paling sukses saat ini. Kau tidak tahu?” Jiyeon menggeleng polos. “Ya Tuhan ... kau tidak tertolong lagi.” Sungyoon menatap istrinya. “Sahabatmu ini, dari planet mana sih, Honey?”
Soojung terkekeh geli, sementara Jiyeon cemberut. “Jahat sekali.” Katanya memukul lengan Sungyoon, pasangan suami-istri itu terbahak.
“Tunggu—katamu, Eunwoo di SMA kita? Iya, aku tahu itu karena dia muncul ketika acara reuni kemarin. Tapi, aku tidak tahu dia itu angkatan ke berapa?”
Sungyoon lagi-lagi takjub. “Hey— Eunwoo itu sekelas denganku, dua tingkat di atas kalian. Masa kau tidak tahu, kau bahkan pacaran dengan sahabatnya Jimin.”
“What? Jadi mereka sudah bersahabat sejak SMA?”
“Ya.”
“Kenapa aku tidak tahu?”
“Karena kau bodoh Park Jiyeon.” Cibir Soojung. Jiyeon benar-benar pusing, dia bahkan tidak ingat jika Eunwoo adalah seniornya dulu. Ah, bukan tidak ingat dia benar-benar tidak tahu.
“Kau juga tidak memberitahuku, Jung Soojung kalau Eunwoo senior kita bahkan teman sekelas suamimu.”
Soojung terkekeh. “Hee ... aku sebenarnya juga lupa, itu kan sudah lama sekali. Lagi pula yang kuingat hanya Choi Sungyoon Sunbae sih, bukan yang lain.” Pasangan suami-istri itu tampak malu-malu mengingat kenangan mereka, Jiyeon merotasi matanya.
“Dasar kalian pasangan alay.” Jiyeon bangkit dari kursinya setelah memunguti ponsel dan juga tasnya.
“Eh, mau kemana?”
“Ke kantor Eunwoo.” Jawab Jiyeon sebelum menghilang dari balik pintu keluar cafe. Soojung tampak khawatir pada sahabatnya, biarpun dia terlihat sering menggoda dari lubuk hatinya dia cemas.
“Ada apa, Honey?” Tanya Sungyoon yang sangat peka pada apa yang istrinya rasakan.
“Sayang, aku khawatir pada Jiyeon. Aku merasa di masa depan dia akan menemui banyak kesulitan. Apalagi dia akan menikah dengan Cha Eunwoo, pria yang luar biasa. Aku takut Jiyeon terluka.”
Sungyoon menggenggam tangan istrinya lembut. “Dengar, Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Percayalah, Jiyeon bisa melalui hal sesulit apa pun dan dia akan mendapatkan kebahagiaan paling besar di akhir.”
Soojung tersenyum. “Sayang, kau seorang dokter atau pendeta sih?”
“Heh' kau ini!” Sungyoon menarik hidung mancung Soojung. “Lebih baik sekarang kita pulang, nanti malam aku lembur sampai pagi karena ada operasi. Jadi, tolong isi energiku dulu.” Sungyoon mengedipkan matanya, wajah Soojung langsung merona.

***

Cha Eunwoo—pria itu tengah sibuk dengan berkas-berkas penting yang harus dia tanda tangani. Ya, Eunwoo harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum hari pernikahan. Sebab dia hendak mengambil cuti dan menikmati bulan madu nanti bersama si cantik. Sudah banyak rencana indah yang pria itu siapkan, entahlah… dia juga tidak tahu mengapa begitu antusias terhadap pernikahannya padahal dia sama sekali tidak mencintai Jiyeon. Namun, entah mengapa gadis itu berhasil membuatnya selalu merasa bahagia. Pasti menyenangkan bisa menghabiskan lebih banyak waktu berdua saat bulan madu nanti.
Ah, membayangkannya saja membuat Eunwoo tersenyum sendiri. Tidak sabar menggoda Jiyeon dari pagi hingga malam, uhh senangnya pikirnya pria itu.
Lamunan Eunwoo buyar ketika suara ketukan pintu bersama suara sekretarisnya menyapa. “Maaf, Direktur. Nona Park Jiyeon ingin bertemu dengan Anda.”
Eunwoo tersenyum. “Kenapa membiarkan calon istriku menunggu? Biarkan dia masuk.”
“Baik.”
Tidak berapa lama setelah kepergian sekretarisnya, seorang gadis cantik muncul dengan senyuman merekah. Di tangannya dia membawa paper bag berisikan makan siang yang dia beli sebelum datang ke sana. “Wah-wah, apa yang membuat calon istriku yang cantik ini kemari?”
“Hanya sedang mampir, sekalian mengajak calon suamiku makan siang bersama.” Jawabnya, mau tidak mau Eunwoo tersenyum. Di berdiri dari kursinya menghampiri Jiyeon yang sedang menyiapkan makan siang untuk mereka. “Kau belum makan kan? Kalau sudah sih. Makan saja lagi, jangan sampai aku sia-sia membawa semua ini.”
“Tck, pemaksa sekali.”
“Aku belajar darimu, Tuan Cha.”
“Oh ya?”
Eunwoo memeluk pinggang Jiyeon, membuat gadis itu terkejut. Ya, Jiyeon sebenarnya memiliki tujuan, dia hendak mencuri kontak Jimin dari ponsel Eunwoo maka dari itu dia nekat datang ke kantor dengan segala tipu muslihatnya.
“Hey—apa yang kau lakukan?” Tegur Jiyeon, namun Eunwoo justru menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis cantik itu, menikmati aroma tubuh Jiyeon yang berbau vanila. Dia suka sekali.
“Memeluk calon istriku tentu saja, apalagi? Kau harus terbiasa dengan sentuhan-sentuhan dariku.” Bisik Eunwoo di telinga Jiyeon, sukses membuat bulu kuduk gadis itu meremang. Sumpah, dia tidak nyaman dengan interaksi ini namun demi nomor ponsel Jimin apapun dia lakukan. “Anggap saja latihan, sebelum pernikahan.”
Jiyeon melepaskan pelukan Eunwoo, menatap pria itu dengan senyuman manisnya. “Maaf, Tuan. Aku lapar. Jadi—ayo kita makan.”
Eunwoo menatap Jiyeon kesal. “Kau itu suka sekali merusak suasana ya?” Pria itu duduk kembali di kursinya, entahlah dia sudah gila—mungkin. Entah sejak kapan Jiyeon menjadi candu untuknya, sekali menyentuh ingin lagi dan lagi.
“Jangan merajuk begitu, nanti kita lanjutkan setelah makan siang. Okey?” Jiyeon tersenyum lagi, sungguh ini bukan dia yang asli. Tersenyum menggoda pria, bukanlah Park Jiyeon.

Eunwoo tersenyum. “Melanjutkan apa?”
“Terserah padamu.”
“Baiklah.”

[M] Asquiesce | CEW√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang