| 19. Kencan |

61 7 1
                                    

           Eunwoo terbangun dari tidur lelap akibat cahaya mentari yang masuk melalui jendela, samar-samar di kesadaran yang belum sepenuhnya kembali dia melihat Jiyeon sedang bersiap-siap di depan meja riasnya. Eunwoo segera bangkit guna mengambil alih seluruh kesadaran, kini dapat dia lihat dengan jelas apa yang sang istri lakukan. 

Jiyeon yang sudah cantik dengan make-up natural itu terlihat sedang memasang plester di beberapa bagian lehernya. Kegiatan Jiyeon tersebut seolah menghantam Eunwoo pada kesadarannya, bahwa apa yang dia perbuat semalam sangatlah keterlaluan. Pria itu menyakiti istrinya, rasa bersalah pun begitu membuncah memenuhi relung hatinya. 

Jiyeon telah selesai, dia meraih tas miliknya di atas meja. Ketika dia berbalik, tatapannya bertemu dengan Eunwoo. Keduanya tampak kikuk satu sama lain, sama-sama belum siap bicara setelah apa yang terjadi semalam. 

"Aku akan menemui Jieun dan menjelaskan semuanya." Jiyeon berujar dingin, Eunwoo tahu gadis itu marah padanya. Ya, tentu saja. Siapa yang tidak marah diperlakukan kasar oleh suami sendiri, padahal Jiyeon sudah menjelaskan bahwa tidak ada apapun yang terjadi antara dirinya dan Jimin. Eunwoo pun telah melihat hasil rekaman CCTV hotel yang dia dapat dari orang suruhannya, Jiyeon benar-benar hanya memapah Jimin seperti yang gadis itu katakan. Namun, rasa cemburu membuat Eunwoo tidak bisa mengendalikan emosinya. 

"Kita pergi berdua."

"Apa?"

"Tunggu sebentar, aku mandi dulu." Jiyeon hanya mampu terpaku melihat Eunwoo memasuki kamar mandi bahkan dengan tubuh nakednya. Astaga—benar-benar tidak sopan, untung saja Jiyeon sudah terbiasa dengan tingkah pria itu. 

Jiyeon memutuskan menunggu Eunwoo di depan rumah, kakek yang baru saja selesai joging tersenyum melihat cucu menantunya sudah cantik. 

"Kau mau pergi bekerja di hari minggu?" Tanya kakek, Jiyeon tersenyum sembari menggeleng. 

"Tidak Kek, aku ada urusan penting."

"Aku dan Jiyeon akan pergi kencan, Kek." Tiba-tiba saja Eunwoo sudah ada di samping Jiyeon dengan penampilan rapi dan tampan tentu saja. Jiyeon kembali salah tingkah, dia menundukkan wajah menghindari tatapan mata sang suami yang tajam. Apa katanya, kencan? Yang benar saja pikir Jiyeon. 

"Ah, itu bagus sekali. Hari ini cerah sangat bagus untuk kencan."

"Ya, Kek. Kalau begitu, kami pergi dulu."

"Eoh."

Kakek Cha sangat senang melihat kemesraan cucunya dan cucu menantu. Feelingnya mengatakan bahwa dia akan segera dapat cicit. "Kangho, menurutmu kapan aku akan dapat cicit?" Tanya pria tua itu pada asisten pribadinya, pria bernama Kangho itu tersenyum. 

"Aku rasa Anda akan segera mendapatkan kabar baik itu, Tuan."

"Hahaha… kuharap  begitu."

Jieun terkejut mendapati Eunwoo dan Jiyeon ada di rumahnya pagi-pagi sekali, gadis itu pun mempersilahkan keduanya masuk. Suasana menjadi begitu canggung satu sama lain, terutama Jiyeon yang merasa begitu tidak enak hati pada Jieun setelah semua yang terjadi dan hari itu dia sungguh tulus ingin minta maaf. Terlebih waktu itu dia berciuman dengan tunangan gadis itu dengan begitu tidak tahu dirinya. Ya, meskipun saat itu Jiyeon tidak tahu Jimin telah memiliki tunangan. 

"Aku sungguh minta maaf untuk semuanya, aku menyesal untuk semua yang telah terjadi. Tapi, satu hal yang harus kau tahu—tidak ada apapun antara aku dan Jimin. Hubungan kami telah berakhir lama sama SMA. Aku mengaku salah karena nekat menolong Jimin malam itu, harusnya memang aku menghubungimu sebagai tunangannya. Tapi, sungguh aku hanya ingin menjaga perasaanmu, perasaan Eunwoo juga. Aku tidak mau ada salah paham namun nyatanya salah paham yang lebih buruk tetap terjadi. Aku sungguh minta maaf padamu, Jieun."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[M] Asquiesce | CEW√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang