| Lima : Ciuman |

79 8 5
                                    

            Park Jiyeon, antara kesal dan marah gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Menggunakan gaun berwarna putih yang begitu cantik bak Cinderella di negeri dongeng. Namun bukannya bahagia, dia malah dongkol setengah mati. Bagaimana tidak, jika itu adalah gaun pengantin kesepuluh yang dia coba pakai namun belum ada yang sesuai dengan selera calon suaminya—Cha Eunwoo. Sebenarnya dia masih sedikit trauma memakai gaun pengantin mengingat rasa sakit di masa lalu ketika Taehyung meninggalkannya di hari pernikahan. Butuh waktu setahun bagi Jiyeon untuk benar-benar pulih saat itu.

Senyum Jiyeon tiba-tiba mengudara mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dimana sang ayah yang seorang Jendral Polisi hampir meledakkan kepala Eunwoo yang meminta restu untuk meminang dirinya. Ayahnya, Park Jisung begitu terkejut akan lamaran tiba-tiba Eunwoo pada putri semata wayangnya, apalagi Jiyeon tidak pernah memperkenalkan seorang kekasih selama ini setelah kepergian Taehyung. Jadi—ayahnya pikir Eunwoo menghamili putri kesayangannya tersebut. Untungnya, Eunwoo berhasil meyakinkan sang ayah dan mendapat restu darinya.
"Aku harap ini yang terakhir." Gumam Jiyeon setelah pegawai butik selesai membantunya memakai gaun, dia lelah sekali—sungguh. Melakukan pemotretan 24 jam tanpa istirahat lebih baik ketimbang fitting baju pengantin seperti ini bersama di Tuan Arogan.
"Kekasih Anda begitu perhatian, dia ingin Anda tampil sempurna di hari pernikahan nanti." Katanya tersenyum kagum, Jiyeon hanya membalas dengan senyuman—terpaksa. Setelah selesai, Jiyeon keluar dari kamar ganti. Berjalan anggun mendekati Eunwoo yang sibuk dengan ponselnya.
"Kali ini bagaimana?" Ketus Jiyeon mengalihkan atensi Eunwoo, pria itu menelisik dari atas sampai bawah. Baru saja hendak angkat suara, Jiyeon kembali buka suara. "Dengar Cha Eunwoo, aku tidak mau ganti lagi, jika kau masih memaksa, maka ak—" Ucapan Jiyeon terhenti sebab sebuah kecupan singkat hadir di bibirnya, mata gadis itu nyaris keluar dari tempatnya. Cha Eunwoo menciumnya, ya menciumnya tepat di bibir. Benar-benar kurang ajar!
"Maaf pengantinku memang cerewet sekali." Eunwoo tersenyum pada pegawai butik yang tampak merona melihat adegan barusan. "Kami ambil yang ini."
"Baik."
Eunwoo tersenyum lagi, ketika pegawai butik meninggalkan mereka berdua saat itu pula Jiyeon segera menyerang Eunwoo dengan pukulan kuat di punggung. "Aduh! Heh—kau kenapa sih?!"
"Kenapa katamu?! Apa-apaan tadi huh?! Kenapa kau menciumku seenaknya?! Terlebih di depan orang lain."
Eunwoo merotasi matanya. "Tck—itu karena kau banyak bicara aku jadi pusing. Lagi pula aku mencium calon istriku sendiri, memangnya salah?"
Jiyeon kehabisan kata-kata, tidak mengerti manusia macam apa pria di depannya itu. "Wah, kau benar-benar sesuatu Cha Eunwoo."
"Sudahlah, tidak usah membesarkan masalah sepele. Lagi pula itu bukan sebuah ciuman, hanya kecupan singkat. Jika ingin lebih nanti saja ketika kita sudah resmi." Eunwoo mengedipkan matanya nakal, Jiyeon benar-benar speechless di tempat kehabisan kata-kata menghadapi Eunwoo.
"Wah—kau benar-benar—" Lagi-lagi Jiyeon bungkam akibat ciuman Eunwoo, kali ini lebih intens. Wajah gadis itu memerah seperti tomat, Eunwoo terkekeh puas melihat wajah kaget Jiyeon.

"Cepat ganti, aku tunggu di luar."
Jiyeon masih diam di tempat bahkan setelah Eunwoo menghilang dari hadapannya, diraba bibirnya yang terasa basah. Barulah dia sadar ciumannya baru saja di renggut oleh si menyebalkan Eunwoo. "Cha Eunwoo sialan!" Makinya. Jiyeon belum pernah setidak-berdaya ini menghadapi seorang pria sebelumnya, Eunwoo sosok yang sulit di tebak. Meskipun itu bukan ciuman pertamanya mengingat dia sering melakukan hal semacam itu dengan mantan kekasih sebelumnya namun entah mengapa ciuman Eunwoo membuatnya kaku dan jantungnya terasa akan meledak. "Hah, bagaimana nanti jika aku menikah dengannya?"
Sementara itu, di luar sana Eunwoo tertawa sendiri. Entahlah, dia jadi lebih sering tersenyum semenjak mengenal Jiyeon dan menggoda gadis itu telah menjadi kesenangan tersendiri baginya. Ponsel Eunwoo bergetar di saku, dia segera meraihnya guna melihat siapa yang menghubunginya.
Ada nama 'Jieun' di layar membuat dia menghela napas, sudah bisa menebak apa yang akan Jieun katakan.
"Hallo—"
"Hey! Bagaimana bisa kau tiba-tiba menikah? Kau bercanda? Dengan siapa? Kau bahkan tidak pernah membicarakan gadis mana pun lalu kau tiba-tiba menikah dalam waktu kurang dari seminggu. Kau gila!" Omel suara cempreng di seberang sana, Eunwoo bahkan menjauhkan ponselnya dari telinga akibat dahsyatnya suara Jieun.
"Tenang dulu, biar kujelaskan—"
"Kau bahkan mendahului pernikahanku dan Jimin, katakan ini bercanda Cha Eunwoo!"
"Sayangnya aku serius, akan kujelaskan nanti. Ayo kita bertemu."
"Kau memang harus menjelaskan banyak hal." Panggilan itu pun berakhir dengan helaan napas panjang dari mulut Eunwoo. Sudah saatnya dia lepas dari bayang-bayang perasaannya kepada gadis itu.
***
Cha Eunwoo melirik gadis di sebelahnya yang hanya diam saja sejak mobilnya melaju meninggalkan butik beberapa waktu yang lalu. Ya, Jiyeon tampaknya masih sangat kesal pada dirinya.
"Ehem…" Eunwoo berusaha mengalihkan atensi Jiyeon namun gadis itu memilih acuh. Eunwoo menepikan mobilnya sebab mereka sudah sampai di tempat tujuan. "Hey, kau masih marah soal ciuman tadi hmm?"
Jiyeon mendesah malas, enggan buka suara. "Astaga, kau kekanakkan sekali. Itu hanya sebuah ciuman dan kita akan menikah. Wajar saja."
"Heh, ciuman itu—hanya dilakukan oleh orang yang saling mencintai."
Eunwoo terbahak. "Astaga, kau masih berpikir seperti itu. Wah-wah ...." Jiyeon menatap kesal ke arah Eunwoo, memangnya ada yang lucu? "Dengar Nona Park Jiyeon. Setelah menikah kita bahkan akan melakukan lebih dari ciuman dan itu tentu saja tanpa adanya cinta. Jadi buang pikiran kekanakkanmu itu jauh-jauh."

"Maksudmu apa lebih dari ciuman?!" Wajah Jiyeon sudah merona karena malu dan juga jengkel.
Eunwoo menyeringai. "Jangan pura-pura lupa, tujuan pernikahan ini adalah untuk memiliki bayi. Lagi pula sebagai seorang istri kau juga harus melakukan kewajibanmu melayaniku." Sungguh wajah Jiyeon sudah terlalu terbakar rasanya. "Ingatlah, kau milikku sejak kau menyetujui pernikahan kita." Eunwoo tersenyum menyebalkan, ingin sekali rasanya Jiyeon mencakar wajah sok tampan itu. Ah, memang tampan sih.
"Dasar mesum!"
Eunwoo tertawa, dia mendekati Jiyeon membuat gadis itu sesak napas. Dia pikir Eunwoo akan menciumnya lagi namun rupanya yang pria itu lakukan hanyalah membuka safety belt miliknya. "Siapa yang berpikiran mesum di sini?" Eunwoo tersenyum, dan Jiyeon lagi-lagi merasa dipermalukan. "Ayo turun kita sudah sampai."
Jiyeon pun segera turun dari mobil sebelum Eunwoo menggodanya lagi. "Kita mau apa kemari?"
"Bertemu temanku. Ayo." Eunwoo meraih tangan Jiyeon, menggenggamnya erat memasuki sebuah cafe kelas atas di pinggir kota. Tempat dia dan para sahabatnya biasa berkumpul. Di sana-tampak seorang gadis mungil telah menunggu mereka.
"Jieun ...." Sapa Eunwoo, gadis itu segera tersenyum cerah menyambut Eunwoo dan Jiyeon.
"Akhirnya kau datang juga, aku penasaran apa yang membuatmu memutuskan untuk menikah cepat." Jieun menelisik Jiyeon dari ujung rambut hingga ujung kaki "Dan tampaknya aku paham." Jieun tersenyum manis. "Hey, aku Lee Jieun, panggil saja Jieun." Sapanya pada Jiyeon, dibalas hal yang sama oleh gadis itu.
"Park Jiyeon. Panggil Jiyeon saja."
"Jadi Jiyeon, sejak kapan kau mengenal Eunwoo? Maksudku kapan kalian dekat dan menjalin hubungan spesial?" Jiyeon sedikit bingung dijejali pertanyaan bertubi-tubi seperti itu oleh Jieun.

"Hentikan, kau membuatnya tidak nyaman." Sela Eunwoo. "Dimana Jimin?"
"Dia sedang ke toilet." Jawab Jieun. "Ah, maafkan aku Jiyeon. Aku terlalu antusias." Jieun mengajak Jiyeon duduk, gadis itu hanya tersenyum canggung. Namun, ada hal yang mengganggu pikiran Jiyeon sejak nama 'Jimin' disebutkan. Ya, nama itu terlalu familiar. "Kalian mau pesan apa?" Jieun kembali angkat suara, dia tipe gadis cerewet dan ramah.
"Samakan saja dengan kalian." Eunwoo menjawab cepat, tidak memberikan celah untuk Jiyeon menjawab. Padahal Jiyeon baru saja hendak memilih menu, tck—belum apa-apa pria itu sudah mendominasi dirinya. Bersamaan dengan itu muncul pria tampan menghampiri mereka semua.
"Kalian sudah datang." Sapa Park Jimin, tunangan Lee Jieun tersenyum ramah. Eunwoo mengangguk, sementara Jiyeon membulatkan matanya melihat sosok yang sama sekali tidak asing itu. Pun Jimin sama terkejutnya ketika melihat Jiyeon, sosok yang bahkan sampai detik ini belum bisa hilang dari benaknya. Keduanya masih sama-sama terpaku atas keterkejutan mereka membuat Eunwoo ataupun Jieun merasa heran.

[M] Asquiesce | CEW√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang