Arthur Griffin Madison adalah seorang pengusaha sukses dan terkenal di Jakarta. Tak hanya perusahaan dalam negri namun banyak perusahaan luar yang didirikan olehnya. Austin sendiri merupakan CEO dari salah satu cabang perusahaan yang ada di Kanada. Arthur mempunyai istri bernama Emlyn Ottniel, dari pernikahan nya mereka dikaruniai 4 putra :
1. Austin Blaxland Madison 23
2. Maleo Albern Madison 18
3. Reynatan Kenrich Madison 17
4. Kencana Ottniel 15Hanya Kencana yang memakai marga Emlyn karena Emlyn tidak ingin permatanya di incar oleh musuh musuh keluarga Madison.
*
*
*
*
*
Arthur kini sedang duduk di kursi kekuasaannya sembari memijit pelipisnya pelan. Ia menutup laptopnya dan juga beberapa laporan yang baru saja ia baca. Matanya memandang nanar ke arah figuran kecil diatas meja kerjanyaa, ia mengambil foto itu tampak sang istri sedang tersenyum lebar sambil memangku sang Bungsu yang sudah ia lupakan hadirnya.
"Emlyn aku merindukanmu... rasanya melelahkan hidup tanpamu... harusnya kau masih ada disini menemaniku" ucapnya lirih, Arthur masih mengingat jelas ketika istrinya tewas didepan matanya sendiri saat itu dunianya runtuh begitu saja.
"Sampai kapanpun aku tak akan memaafkan anak itu, karenanya kau pergi meninggalkan ku"
"Yhaa anak sialan itu!! Dia sudah membunuh mu aku bahkan dengan jelas melihatnya!"
Arthur membanting gelas kopi yang ada di atas mejanya, emosinya naik begitu saja saat membayangkan kejadian dulu. Arthur keluar dari ruangannya tangannya mengepal hingga ototnya terlihat demi apapun ia butuh pelampiasan!
Tujuannya adalah kamar Kencana
Ceklek
Ia tersenyum miring melihat anak itu ternyata sedang terlelap membelakangi dirinya, Arthur masuk dan mengunci pintu takut ada gangguan.
Kemudian ia melempar sebuah vas kecil ke sembarang arah membuat suara gaduh dan membangun kan Kencana.PRANG!
"Da-daddy??" Cana bangun dengan perasaan was was, jika Daddy sudah masuk kedalam kamar nya maka sudah Cana pastikan ia akan mendapatkan Hadiah.
BUGH!
Arthur menendang dada Cana membuat Cana yang tadinya terduduk menjadi limbung sembari memegang dadanya yang nyeri.
Disaat seperti ini Cana tidak boleh menangis ia harus kuat sampai amarah Daddy nya mereda, karena ini salah nya, pasti Daddy nya sedang sedih dan rindu dengan Mammy nya.
BUGH!!
Arthur kembali menghantam dada Cana membuat anak itu merintih.
"KENAPA KAU MEMBUNUHNYA HAH!! KENAPA?? KENAPA?!!"
Arthur dengan brutal menghujani tendangan ke tubuh Cana, kali ini perutnya membuat Cana terbatuk batuk dan mengeluarkan darah. Arthur iba? Tentu saja tidak, dia akan menjadi iblis yang tak punya perasaan kala berhadapan dengan Kencana.
"Uhukk! Uhukk!! Eunghh"
"AKHHH SIALAN!" Arthur melepas ikat pinggang nya, kemudian mencambuk kan nya ke tubuh Cana yang sudah terkulai lemas.
Ctakk!!
Ctakk!!
Ctakk!!
Cana menutup matanya rapat rapat mencoba menikmati sakit dari Daddy nya, tubuhnya terasa remuk dadanya juga sakit sesaat ia tersenyum kecil dan berdoa semoga amarah Daddynya segara pergi dan kesedihan itu bisa terbayar kan.
Arthur berhenti sejenak dan mengatur nafasnya. Kencana menyeret tubuh nya dan menggapai kaki jenjang Daddy nya karena tubuhnya terlalu remuk untuk berdiri kemudian Kencana memeluk nya.
"Maaf..uhukk! Ca-cana enggak bunuh Mammy... tapi kalau Daddy masih gak percaya.. gak papa " rintihnya pelan dengan nafas yang terasa sesak.
"Daddy... k-kalau pukul pukul Cana bikin Daddy gak sedih lagi uhukk!! Cana gak papa,... Cana anggep ini hadiah"
Arthur terdiam dengan tatapan datarnya,kemudian tanpa rasa kemanusiaan ia menghentakkan kakinya.
"Seharusnya kau mati saat itu! Seharusnya aku membunuhmu!!"
Sudah cukup, Cana tidak bisa menahan tangisnya hatinya sesak mendengar perkataan Daddy nya, bukan karena Arthur yang ingin membunuhnya tapi karena dirinya yang belum mengabulkan keinginan Daddy nya untuk pergi. Nyatanya Kencana masih tidak ingin pergi karena harapannya belum tercapai.
Cana kembali memeluk kaki Arthur, kali ini ia memohon
"Hiks..maaf maafkan Cana hiks.. sebentar lagi..sebentar lagi Daddy hiks..masih ada yang ingin Cana gapai setelah itu hiks..Cana janji bakal pergi jauh"
Entah kenapa hati nya mencelos mendengar ucapan Kencana, apakah dirinya merasa iba? Tidak! Tidak boleh!
DUAKH!
Arthur menendang kepala Cana agar tangannya terlepas.
Kencana meringis menahan kepalanya yang sudah sakit luar biasa, darah juga mengalir dari hidungnya dan juga dari kepalanya. Jangan salah sepatu yang digunakan Arthur itu sangat keras pantas saja kepalannya bocor.
"Akhhh!"
"Tuhan jangan sekarang, Daddy masih butuh Cana"
Sudah cukup!! Kencana tak tahan lagi, ia merangkak ke dekat dinding,
Masih ingat?? Ya ini adalah metode ala Kencana.
Dughh!!
Dughh!!
Dughh!!
Melihat Kencana yang membenturkan kepalanya sendiri membuat Arthur terkejut namun hanya sebentar kemudian ia kembali dengan ekspresi datarnya.
"Kau pasti mau mati ya? Baguslah lakukan sampai kau puas, dengan begitu saya tak perlu mengotori tangan saya untuk membunuhmu" Lain di mulut lain di hati.
Sebenarnya perasaan Arthur tidak tenang melihat Kencana yang seperti itu, ia ingin bertanya apakah ada yang salah pada anak itu? Namun ia mencoba menghalau nya dan tidak perduli, hingga anak itu berhenti dengan sendirinya.
"Terimakasih Daddy" lirinya bahkan sangat lirih.
Pandangan Cana memburam, namun ia bersyukur sakit di kepalanya sudah pergi kini gantian dirinya untuk istirahat. Hingga netra biru terang itu perlahan tertutup dengan sendirinya dan membawa kesadarannya.
Deg
Ada perasaan aneh yang menjalar di hati Arthur melihat Kencana yang terbaring tak sadarkan diri dengan darah yang sudah mengotori baju anak itu membuatnya deja vu.
"Ia pantas mendapatkan nya" gumamnya pelan kemudian keluar tak lupa mengunci pintu kamar itu.
Tak ada yang tau entah mata itu akan terbuka kembali atau tak akan pernah terbuka lagi karena dunia alam bawah sadarnya lebih indah daripada kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENCANA OTTNIEL [On Going]
Teen FictionAksara yang sengaja ditulis untuk jiwa kuat, Kencana. Kisah yang berisi perjuangan seorang remaja untuk mendapatkan kembali kasih sayang Keluarganya. Start : 9 September Ending : -