Lelaki bergaris wajah tegas dengan arloji merk ternama yang melingkari pergelangan tangannya itu menyilangkan kakinya sambil menikmati pemandangan disekitarnya. Lalu lalang manusia yang menyempatkan langkahnya untuk sekedar menyesap cairan pekat mengepul yang makhluk di bumi ini menyebutnya dengan sebutan kopi.
Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Waktu yang paling tepat untuk sekedar menyesap hangat hangat secangkir kopi dengan sajian lain yang melengkapinya. Beberapa manusia yang mengenakan apprond serasi sesekali melewati pria itu yang selalu mendapat perhatian dari si pria tersebut. Yah, dia yoongi. Apakah ada seseorang yang di carinya? Entahlah.
“Mengapa kamu harus repot repot kemari? Bukankah harusnya aku yang mengantarkannya padamu?”. Tanya seorang gadis ber apprond serupa yang kini sudah berada tepat di hadapan si pria itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Jieun.
“Ya karena aku sedang ingin”. Jawab Yoongi sekenanya. Pria yang semula memfokuskan pandangnya pada jieun sekarang mulai mengalihkan pandangannya pada ponsel di tangannya. Jieun hanya mendengus mendengarkan jawaban yoongi.
“Apakah itu artinya aku sudah bebas dari hukumanmu untuk mengantarkan kopi setiap pagi?”. Tanya Jieun dengan sedikit harap.
“Siapa yang mengatakan seperti itu?”. Sungut yoongi sambil wajahnya yang menengadah menatap Jieun yang masih berdiri di depannya.
“Aku!”. Jawab Jieun mantab tak mau kalah dengan manusia bernama Yoongi itu. Walau terkesan menantang namun wajah mungil Jieun benar benar membuat siapa pun yang melihatnya akan merasa gemas.
“Kau siapa?”. Ketus Yoongi. Namun ada sedikit senyum terbit dari ujung bibirnya meski tertutupi dengan wajah dinginnya.
"Ya aku bukan siapa siapa mu. Tapi memangnya itu suatu masalah bagimu? Lalu aku harus menjadi siapamu agar aku bisa menentangmu? Orang tua mu? Temanmu? Apa? Atau kekasihmu?". Sungut Jieun.
"Kalau iya?". Jawab Yoongi singkat, namun berhasil membuat bibir gadis mungil itu diam sejenak. Rupanya Jieun tak menyadari apa yang sudah dikatakannya barusan. Lelaki ini benar benar di luar nalar manusia biasa. Mengapa bisa dengan entengnya mengatakan hal tersebut?. Jieun diam bukan kepalang. Wajahnya memerah bak kepiting rebus.
"Hah? Mm-maksudmu?". Gagap Jieun.
"Haha. rupanya aku membuat suatu kesalahan karena akan membuat anak gadis tak bisa tidur nyenyak malam ini". Kekeh Yoongi sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Sementara Jieun kesal bukan main.
"Kenapa kau percaya diri sekali? Kau pikir aku se luang itu kah untuk sekedar memikirkan mu?" Jieun makin bersungut. nafasnya memburu. Berbincang dengan Yoongi belum genap 10 menit sudah membuat darahnya naik.
"Itu urusanmu. Tapi jangan pernah menuntut ku jika ternyata kau akhirnya memikirkan ku". Senyum smirk Yoongi menutup perkataannya barusan. Jieun mendengus kesal dibuatnya. Ingin sekali mencakar wajah tampan pria didepannya itu. Tunggu dulu, wajah tampan?
"Kau akan berdiri sampai kapan? Apakah begitu cara mu berbincang dengan orang yang sudah membuatmu tersipu?". Sindir Yoongi. Jieun mendengus, baru sadar bahwa sedari tadi dia hanya berdiri.
"Aku sibuk. Aku bekerja hari ini. Jadi tak ada waktu untuk duduk dan berbincang denganmu. Katakan apa yang ingin kau pesan lalu aku akan menjalankan tugasku". Tukas jieun.
"Setelah beberapa kali kau membawakan pesanan kopi ku setiap pagi, dan detik ini kau masih bisa bertanya apa pesananku?". Jawab Yoongi sambil memandang gadis didepannya itu. Jieun merutuki dirinya. Pasalnya bertanya sesuatu hal yang sudah jelas pada pria gila itu sama saja dengan bunuh diri.
"Baik. 1 cup americano ice tanpa gula sama sekali. Pesanan akan segera saya siapkan. Apakah ada pesanan lagi Tuan?". Tutur jieun sambil menarik nafas panjang sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Americano Ice
Fanfiction"Seperti halnya Americano Ice di tanganmu, Pahit tapi sedikit glukosa, kelam tapi sarat akan arti, Candu tapi menenangkan, juga dentuman balok es yang menuntutmu untuk meleleh" -Lee Jieun "Semakin kelam dan pahit, semakin kau menyesapnya dalam dala...