"Tak usah sungkan jika ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan". Ucap Mina dengan sedikit tarikan di bibirnya.
"Iya, tentu". Jawab Jieun sambil sedikit membungkukkan kepalanya. Ya! Sudah 3 hari ini dia bergabung dengan Cafe milik Mina, temannya. Kecintaan Jieun pada dunia kopi membuat Mina tak ragu lagi menggaet Jieun untuk bekerjasama dengan Cafe miliknya, pun juga menempatkan Jieun sebagai barista sekaligus pelayan disana. Mengingat ikon dari cafe tersebut adalah kopi.
"Kau tahu, beberapa hari lalu banyak karyawan ku yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Dan aku rasa kau adalah orang terbaik untuk bekerjasama denganku". Ucap Mina kembali dengan senyum yang belum juga luntur dari bibirnya.
"Ya, semoga kita bisa menjadi partner yang solid". Jieun menjawabnya.
"Jieun!"
Merasa namanya dipanggil, Jieun refleks menengok ke sumber suara.
"Bisa tolong kau antarkan pesanan ini ke meja nomor 03? Nana sedang ke belakang, jadi aku meminta tolong padamu". Ucap Jay yang merupakan salah satu barista disana. Dia juga baru 5 hari ini bergabung dengan Cafe milik Mina.
"Tentu Jay". Ucap Jieun sambil menerima nampan pesanan dari tangan Jay. Pria itu sedikit menunduk mengingat badannya yang terlampau bongsor jika harus berhadapan dengan Jieun.
Setelah berpamitan, Jieun langsung menuju meja milik pesanan itu berada. Dengan sekali kilat, mata bulat miliknya langsung menemukan meja itu dari kejauhan. Dengan refleks kakinya terayun menuju meja yang disana sudah bertengger sosok pria yang asik memainkan ponselnya.
"Ini pesanannya Tuan, 1 large Cup Americano Ice". Ucap Jieun sambil menempatkan minuman itu di meja milik pria tersebut. Pria itu hanya mengangguk tanpa melayangkan pandangannya pada Jieun.
"Ada tambahan lagi Tuan?". Ucap Jieun kembali. Pria itu hanya menggeleng dan masih enggan mengeluarkan kata dari bibirnya.
Mengingat tak ada lagi yang harus dia lakukan, Jieun mulai melangkah pergi dari meja nomor 03 tersebut sebelum akhirnya langkah kakinya tercekat oleh sebuah suara."Hey!"
Suara bariton itu membuat Jieun refleks menengok ke sumber suara. Tipe suara yang sangat mudah masuk ke telinga dengan sedikit getaran.
"Saya?" Tunjuk Jieun pada dirinya sendiri mengingat bukan hanya dia yang berada di tempat itu. Orang yang memanggilnya mengangguk sembari kaki Jieun yang mulai melangkah menuju meja itu. Ya! Pria di meja nomor 03 itulah yang memanggilnya.
"Ada yang bisa saya bantu lagi Tuan?". Tanya Jieun sopan.
"Kau bercanda?". Mendadak jantung Jieun berhenti ketika untuk pertama kalinya pria itu menatap Jieun dengan tatapan dingin dan menusuk.
"Hah?". Refleks Jieun yang belum sepenuhnya paham dengan keadaan.
"Apa kau ingin aku terkena diabetes?". Ucap pria itu sarkas sembari menaruh Americano cup nya di atas meja dengan sentakan hingga membuatnya sedikit menumpahkan isinya.
"Apa itu terasa manis? Aku rasa kami hanya menambahkan sedikit sekali gula didalamnya Tuan". Jawab Jieun dengan sedikit keberaniannya. Kalau boleh jujur, pria ini lebih menyeramkan dari monster.
"Kau bilang sedikit? Bahkan aku tak pernah memesan ini dengan tambahan gula!". Jawab pria itu masih dengan gestur dinginnya.
Dengan sedikit gemetar Jieun mengambil kertas pesanan yang tadi dia bawa. Gadis itu meneliti setiap tulisan pesanan yang tertera di kertas tersebut.
"Aku rasa tidak tertulis tanpa gula di pesanan anda Tuan, disini hanya tertulis atas nama anda. Jadi kami membuatkan selayaknya kami membuatkan Americano Ice pada umumnya" jawab Jieun dengan degup jantung yang kian memburu. Tapi dia memang harus melakukan itu, terlebih ketika menghadapi pelanggan yang kelewatan seperti pria dihadapannya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Americano Ice
Fanfiction"Seperti halnya Americano Ice di tanganmu, Pahit tapi sedikit glukosa, kelam tapi sarat akan arti, Candu tapi menenangkan, juga dentuman balok es yang menuntutmu untuk meleleh" -Lee Jieun "Semakin kelam dan pahit, semakin kau menyesapnya dalam dala...