2

642 110 112
                                    

Disinilah Jieun berada. Menatap nanar pada gedung megah yang menjulang di hadapannya. Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa dia harus masuk ke gedung mewah itu yang nyatanya bagai kandang singa bagi Jieun. Setelah menarik napas yang kesekian kali Jieun memantapkan kaki mungilnya untuk memasuki gedung tersebut. 

"Benar benar bukan tempat yang cocok untukku". Gumam Jieun setelah dia berada di dalam gedung tersebut. Lalu lalang orang berpakaian rapi dengan membawa beraneka kertas dan map di tangannya menyambut pandangan Jieun.

"Permisi". Ucap Jieun sopan pada sosok wanita yang tengah menyibukkan diri pada komputer di depannya.

"Iya. Ada yang bisa dibantu?". Tanya wanita itu ramah. Garis samar samar di antara matanya menandakan jika dia berumur 30 tahun lebih.

"Saya ada perlu dengan Tuan Yoongi, bisakah saya bertemu dengannya?". Tanya Jieun tak kalah ramah.

"Apakah sudah membuat janji sebelumnya?". Tanya wanita itu lagi. Jieun terdiam sejenak. Bahkan dirinya sedikit ragu jika harus menyebut titah Yoongi kemarin sebagai sebuah janji, karena akan lebih tepat jika dinamai sebuah paksaan.

"Baiklah, siapa nama anda nona? akan aku coba hubungi Tuan Yoongi". Paham jika lawan bicaranya agak sedikit bingung, wanita itu pun mencoba menengahi pembicaraan.

"Emm... Jieun". Singkat Jieun. Sembari memencet deretan angka, wanita itu mengangkat gagang telepon dan menunggu jawaban dari orang di sebrang sana. Jieun tak terlalu mendengarkan pembicaraan mereka ketika telepon tersambung.

"Silahkan menuju lantai paling atas nona, hanya ada satu ruangan milik Tuan Yoongi disana, lift nya di sebelah sana". Jelas wanita itu sambil menunjuk lift yang tak jauh dari situ. Jieun langsung menuju lift yang di maksud sesaat setelah dia mengucapkan terimakasih pada wanita itu.

Lantai paling atas gedung ini terkesan lebih sepi dan tenang dari lantai yang lain. Tidak banyak orang yang lalu lalang dengan kesibukannya. Jieun sedikit ngeri ketika melihat kaca besar disampingnya yang menampilkan pemandangan gedung gedung tinggi lainnya dari ketinggian.

Jieun melangkah di satu lorong yang menghubungkan pada satu ruangan yang Jieun tebak adalah ruangan Yoongi. Pandangannya terfokus pada papan nama yang tertera pada pintu besar itu. Matanya agak terbelalak ketika membacanya.

"Chief Executive Officer...". Gumamnya pelan. Tak pernah dia sangka sebelumnya jika pria yang dia kenal menyebalkan kemarin adalah pemegang jabatan tertinggi di perusahaan besar ini. Mendadak jantungnya ngilu membayangkan apa yang akan pria itu perbuat pada gadis yang agak lancang padanya ini. Jieun memandang penampilannya yang hanya memakai celana jeans biru muda dengan Hem putih seadanya. Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri akan hal itu. Dia sedikit merapikan penampilan dan mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya Jieun mengetuk pintu itu perlahan.

"Masuk". Jawaban singkat di dalam sana. Jieun pun membuka pintu itu dengan hati hati. Seketika pandangannya terfokus pada sosok pria yang duduk sambil membolak balikkan buku di tangannya. Sesaat kesadaran Jieun hilang melihat pria itu lengkap dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Pria itu benar benar terlihat berbeda dengan pria yang membentak Jieun di cafe kemarin. Dia terlihat lebih.... Berkarisma?.

"Katakan saja jika aku tampan. Aku sama sekali tidak keberatan". Ucap Yoongi tanpa mengalihkan pandang pada bukunya. Gadis yang dimaksud refleks gelagapan.

"Emm... Hah? Siapa bilang anda tampan? Tidak sama sekali". Ucap Jieun sesaat sebelum dia merutuki sendiri kata yang barusan keluar dari bibirnya.

"Kau yakin?". Yoongi menatap Jieun dengan tatapan yang sulit diartikan. Perlahan Yoongi berjalan mendekat pada Jieun hingga wajah dan tubuh mereka hanya berjarak satu jengkal saja. Jieun yang diperlakukan demikian hanya bisa memejamkan mata dan menahan napas.

Americano IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang