Yoongi menggiring bola basket dengan penuh tenaga. Sesekali dia memutar dan melompat dengan lincah membuat taraf ketampanannya naik sekian derajat. Untung pria itu bermain basket di lapangan pribadinya, jadi tidak akan khawatir jika tiba tiba ada sekerumun wanita yang menyamar menjadi suporter bayaran di pinggir lapangan. Yoongi membenci itu.
Pria berkulit putih itupun melakukan lay up kemudian dilanjutkan dengan shooting yang mengarah pada ring. Dalam ketukan ketiga langkahnya bola Yoongi berhasil menjebol ring. Yoongi melompat refleks sambil menggigit ujung bibirnya kegirangan.
"Yash!"
Yoongi memang mahir dalam bermain basket. Dia adalah seorang shooting guard yang tergabung dalam klub basket di sekolah menengahnya dulu. Hingga kini pun Yoongi masih menyalurkan hobinya itu walau akan sangat jarang dilakukan karena kesibukannya dengan perusahannya kini, dan hari libur adalah pilihan terbaik.
"Mengganggu saja!". Umpat Yoongi ketika pria itu mendengar bunyi ponselnya yang ia taruh di pinggir lapangan. Yoongi sedikit berlari menuju tempat dimana ponselnya berada. Keningnya sedikit berkerut melihat nomor yang menghubunginya, nomor kantor.
"Bukankah sudah pernah aku katakan, aku tidak suka di ganggu di hari liburku!". Yoongi sedikit naik pitam. Pasalnya diganggu urusan kantor saat libur adalah pantangan bagi Yoongi.
"Selamat pagi, maaf Tuan sedikit mengganggu. Ini ada nona Jieun mengantarkan minuman pesanan anda Tuan". Ucap karyawan Yoongi sopan namun masih terdengar sedikit gemetar. Yoongi menepuk keningnya. Pasalnya dia lupa memberitahu Jieun jika dirinya libur hari ini.
"Berikan alamat rumahku dan suruh dia mengantarkannya kesini". Titah Yoongi. Lawan bicaranya hanya mengiyakan sebelum akhirnya pamit dan menutup telepon.
"Sial!". Gerutu Jieun sambil keluar dari gedung perusahaan milik Yoongi. Pasalnya setelah mendengar penuturan dari karyawan Yoongi tadi membuat gadis mungil itu memaki laki laki yang lebih mirip kulkas 2 pintu itu dalam hati."Tenanglah Jieun, kau hanya perlu mengantarkan minuman ini ke rumahnya, dan setelah itu urusanmu selesai". Ucapnya sambil tersenyum kecut. Sesekali gadis itu memindahkan tote bag yang berisi americano ice itu dari tangan kanan ke tangan kiri atau sebaliknya.
Aksi Jieun terhenti ketika netranya menemukan sosok laki laki yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Laki laki berjas abu abu dengan turtleneck hitam itupun balas menatap Jieun setelah fokusnya terhenti dari benda pipih di tangannya. Bibir Jieun bergetar, jantungnya mencelos bukan main ketika tatapan intens itu mulai mengintimidasinya. Jieun menundukkan kepalanya segera. Tangan mungilnya meremas tote bag di tangannya lalu mulai memantapkan langkahnya untuk beranjak pergi.
Jieun menyadari bahwa laki laki itu sempat mengejarnya. Namun langkahnya terhenti ketika Jieun mempercepat larinya. Jieun tak menengoknya sama sekali atau bahkan sekedar meliriknya. Ada sesuatu yang retak di dalam sana yang membuat gadis itu sedikit ngilu. Entah kapan terakhir kali rasa seperti itu muncul dari hatinya, ia bahkan sudah tak ingat. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana dia bisa pergi dari tempat itu secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Americano Ice
Fanfiction"Seperti halnya Americano Ice di tanganmu, Pahit tapi sedikit glukosa, kelam tapi sarat akan arti, Candu tapi menenangkan, juga dentuman balok es yang menuntutmu untuk meleleh" -Lee Jieun "Semakin kelam dan pahit, semakin kau menyesapnya dalam dala...