Bab 3 : Janji Palsu

2.5K 291 16
                                    

Kini mereka sudah duduk di kursi samping pohon mangga berhantu itu, awal duduk Renjun sudah merinding "Jun, tutup mata dulu deh, gue mau ngasih lo kejutan"

Mendengar Jaemin mau ngasih kejutan, seketika mata Renjun berbinar dan senyumnya merekah senang "Jaemin ngasih kejutan apa?"

Jaemin mengelus surai Renjun yang terasa lembut ditelapak tangan kasar punya Jaemin  seraya Jaemin tersenyum paksa "Kalau dikasih tau, bukan kejutan dong namanya... Tutup mata ya" bujuk Jaemin

Renjun mengangguk sekilas "oke" Renjun menutup matanya dengan senyum lebar yang tak luntur dari tadi. Membayangkan Jaemin akan datang dan berjongkok dihadapannya dengan satu cincin indah yang dipasangkan dijari manis Renjun

"Jangan buka sampai gue suruh, dan tetap disini" lagi-lagi Renjun mengangguk mengiyakan

Jaemin merasa sudah aman, dia melarikan diri diam-diam. Setelah Jaemin berhasil menutup pintu kembali, dia berlari menjauh dari sana sampai pengumuman  kalau semua murid belajar dirumah dikarenakan guru sebentar lagi akan mengadakan rapat.

Renjun mengabaikan suara pengumuman itu, dia masih setia menutup mata menunggu Jaemin datang. "Mungkin Jaemin lagi nyari cincin yang nyelip-nyelip di tas, hehe" gumamnya.

Lama-kelamaan hati Renjun merasa was-was kala merasakan hembusan angin kuat menerpa dengan keadaan sekolah yang sunyi. Renjun merasakan titik demi titik air membasahi tubuhnya hingga titik itu semakin deras "gak boleh buka mata sampai Jaemin datang, pokoknya gak boleh" gumamnya lagi meski sedikit merinding membayangkan yang menetes itu adalah darah dari makhluk menyeramkan dipohon mangga itu

Sampai akhirnya Renjun merasakan tetesan air kian deras dan angin berhembus kencang. Beberapa daun kering tertiup angin mengenai wajahnya dan ada juga yang tersangkut di rambutnya. Tepat salah satu daun terbang terbawa angin mengenai matanya, repleks renjun membuka mata

Gelap, karena gumpalan awan hitam yang menumpahkan bebannya itu terlihat luas di atas sana, belum lagi angin kencang yang menggoyangkan pepohonan dan menerbangkan daun-daun kering.

Renjun kedinginan, sangat. Badannya menggigil, bibirnya pucat membiru "J-Jaemin, kamu dimana?" Air mata Renjun mengalir begitu saja, bersamaan dengan air hujan yang deras membasahi sekujur tubuhnya

Cukup lama Renjun bertahan berharap Jaemin datang membawa payung dan kejutan yang dia janjikan, tapi hasilnya nihil, Jaemin tidak datang sama sekali.

Renjun pengen pergi dari sini tapi takut nanti Jaemin mencarinya, kan tadi dia sudah mengiyakan kalau akan nunggu sampai Jaemin datang "Jaemin, cepet datang" gumamnya lirih. Kepalanya pusing serasa mau pecah sampai pada pandangan gelap menyapanya

Disisi lain semua murid serta ibu kantin sudah pulang, guru baru selesai rapat juga pulang dengan mobil masing-masing. Dan penjaga sekolah alias satpam yang mengecek satu-satu ruangan seraya menguncinya.

Saat bapak satpam mengecek kelas Renjun, dia melihat satu tas yang masih terletak dikursi "punya siapa ini?" Si bapak satpam membuka tas itu dan mengambil salah satu buku tulis yang tertulis nama 'Renjun Harjana' "dimana dia?"

Bapak satpam mencari keberadaan murid yang bernama Renjun Harjana itu hingga dia bertemu tukang kebun yang terlihat panik "kenapa mang?" Tanya si satpam

"Tadi saya mau ngambil pupuk yang ketinggalan dihalaman belakang tapi saya ketemu siswa yang pingsan, keadaannya memprihatinkan banget pak" ucap tukang kebun karena dia cuma melihat dari kejauhan jadi gak bisa memastikan itu siapa

"Waduh, jangan-jangan itu Renjun mang"

Mereka berdua bergegas menuju halaman belakang dan menemukan Renjun yang masih pingsan, dengan cepat bapak satpam menggendong Renjun dibelakang dengan tukang kebun jaga-jaga di belakang siapa tau Renjun kejungkal

"Kita bawa dia kemana pak?"

"Kerumah sakit aja mang sebelum terlambat"

"Pake apa, pak?"

"Kita bisa pake mobil sekolah dulu. Besok saya kasih tau kepsek"

Bapak satpam membuka ruang kepala sekolah dengan kunci cadangan, lalu mengambil kunci mobil sekolah. Sebelah tangannya menahan Renjun agar tidak merosot. Untung badan bapak satpam ini kekar jadi aman saja saat menahan Renjun yang terbilng dua kali lipat lebih kecil dari badan dia

Beda cerita dengan tukang kebun dan bapak satpam yang panik, Jaemin dirumah sedang asik menggulung badan dengan selimut tebalnya sambil memainkan hp. Soal Renjun, mungkin itu anak udah pulang, gak mungkin nunggu juga karena Jaemin lama, begitu pikirnya.

Tapi nyatanya Renjun menunggu sesuai ucapannya. Renjun tipe orang yang tepat janji apapun halangannya kecuali dia gak sadarkan diri kayak sekarang.

Renjun sudah dirawat oleh petugas medis, katanya sudah sedikit terlambat tapi untungnya masih bisa diselamatkan. Mungkin Renjun nanti akan mengalami demam. Orang tua Renjun baru datang dengan wajah khawatirnya, dengan segera papa Renjun menyelesaikan administrasi.

Renjun tertidur dengan lelap efek obat "Ren, maafin mama sama papa ya baru dateng sekarang" ucapnya seraya mengelus lembut kepala sang anak

Ceklek

Pintu kamar rawat terbuka dengan menampilkan sang suami masih dengan pakaian formalnya. Kedua orang tua Renjun sebenarnya tadi lagi berada diacara nikahan yang kedua teman mereka. Betapa kagetnya ketika satpam sekolah menelpon papa Renjun pake hp Renjun dan menyatakan kalau anak mereka masuk rumah sakit.

"Kalau tau begini akhirnya tadi pagi papa paksa saja Renjunnya biar ikut ke kondangan, gpp izin sekolah" ujar sang istri

Suami cuma tersenyum sambil mengusap punggung sang istri "mau gimana lagi sayang, dianya yang keukeuh mau sekolah. Kita do'ain yang terbaik ya buat Renjun."

"Semoga, mas"

TBC

Bocah Centil (JaemRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang