Bab 7 : Seven Days A Week

2.5K 262 12
                                    

"Ah, mungkin karena gue terbiasa diganggu dia tiap hari jadi gue ngerasa beda saat dia gak ngusulin gue begini" gumam Jaemin sambil rebahan telentang dengan kedua tangannya sebagai bantalan.

Jaemin menatap langit-langit kamarnya sambil memejamkan mata. Soal bayaran rumah sakit, duitnya sudah dikembaliin tapi gak semulus kaki Haechan juga.

Awalnya orangtua Renjun menolak mati-matian "gak papa pak, mungkin anak bapak gak sengaja kok. Anak saya juga gak ada ungkit-ungkit masalah itu"

Ya memang ayah Jaemin gak nyebut nama Jaemin dia cuma bilang "ini sebagai permintaan maaf anak saya karena udah lupa sama janjinya, jadi bikin anak kamu nunggu sampai kehujanan"

Sekira begitulah percakapan mereka sampai akhirnya orang tua Renjun menerima uang pengembalian tersebut. Aslinya lebih banyak argumen lainnya biar orangtua Renjun menerima dan juga lebih banyak penolakkan yang di lontarkan orangtua Renjun, namun ayah Jaemin tidak mau kalah dan akhirnya dia yang menang

Rasa bersalah Jaemin sudah terangkat sepenuhnya, dan dia akan bersikap biasa saja dengan Renjun. Siapa tau Renjun besok balik lagi mood-nya dalam mengejar-ngejar Jaemin, dan Jaemin akan siap untuk kabur seperti biasanya. Toh dia sudah meluk Renjun sama biaya rumah sakitnya gratis kan? Jadi, Jaemin anggap itu lunas.

Dan besoknya, bahkan Jaemin tidak melihat batang hidung, maupun upil Renjun. Renjun seakan lenyap gitu aja "tumben, padahal gue udah siap lari-larian" gumamnya.

Jaemin berjalan sendiri di koridor kelas, ada yang menyapa dia jawab tak lupa senyuman ramahnya dan ada juga yang ngajak ngobrol barang sebentar

"Ngantin, kuy" ajak si anak kelas 12 yang tingginya mencapai 180-an yang bernama Lucas, dia merangkul Jaemin

"Ayok lah" jawab Jaemin membalas rangkulan sang kakak kelas

"Biasanya lu sama Jeno, kemana tu anak?"

"Biasalah bang, ngapelin pacarnya. Dan yang sekarang cewek anak kelas sepuluh yang baru dia pacarin tadi pagi" jawab Jaemin sambil terkekeh pelan.

"Si playboy itu setiap hari selalu bertingkah ya"

"Dia belum nemuin yang tepat katanya"

Mereka berbasa basi hingga tiba dikantin. Jaemin melihat Renjun lagi ketawa-ketiwi gemes sama Haechan, Yangyang, dan beberapa anak cewek salah satunya pacar Haechan. Lagi-lagi saat mereka tak sengaja kontak mata, Renjun segera mengalihkan pandangan.

Enam hari sudah terlewatkan tanpa keberadaan Renjun yang centil itu, juga tanpa direcokin Renjun dengan suaranya atau pelukan tiba-tibanya. Dan malam ini Jaemin merenung memikirkan sikap Renjun. Padahal loh ya, waktu Jaemin mau pulang dari rumah sakit waktu itu Renjun nahan-nahan loh....

Apa jangan-jangan kepala Renjun kepentok ya? Terus dia lupa sama Jaemin atau mendadak jadi pendiam, tapi gak juga tuh. Jaemin sering gak sengaja melihat kalau Renjun lagi malu-malu sambil goyangin badan kekanan-kiri kalau digoda sama kakak kelas cewek mau pun cowok.

Kalau sama adek kelas, biasanya Renjun bakal ngobrol masalah random tapi receh yang berhasil bikin yang denger ketawa ngakak. Dan Renjun itu ada aja tingkahnya yang membuat semua orang gemes pengen ngap pipi tembemnya. Seceria itu seorang Renjun Harjana, semua orang dari yang lebih muda sampai yang lebih tua senang dengan keberadaannya, merasa terhibur.

Juga ya, Jaemin beberapa hari belangan ini sering ngeliat Renjun jalan bareng Yangyang sambil pegangan tangan. Dengan Renjun jalan sambil lompat-lompat bersenandung riang, tapi beda dengan Yangyang wajahnya datar-datar saja karena itu orang memang cenderung pendiem dan jarang keluar kelas.

Jaemin pernah sekali mendapati Renjun hampir saja jatoh karena kesandung kerikil dilapangan saat jam olahraga kelas Renjun, nah disitu yang sigab bantuin Renjun ya Yangyang orangnya dengan tanpa banyak ekpresi cuma bilang "hati-hati" dan di balas senyuman lebar dari Renjun.

Ah, kok Jaemin jadi kangen senyuman itu untuk dia yah?

Jaemin kok jadi kebanyakan mikirin Renjun si centil itu sih? Gak mungkin kan Jaemin cemburu dengan Yangyang? Harusnya Jaemin bersyukur dong.

Dan hari ini adalah hari ketujuh Jaemin tanpa dipeduliin sama bocah centil yang bernama Renjun Harjana. Entah kenapa Jaemin hari ini pengen banget ngomong sama Renjun, nanya ada apa sama Renjun. Tepat banget Jaemin yang awalnya mau ke WC malah ketemu sama Renjun yang berjalan Riang di koridor, sendirian pula, jadi gampang untuk diculik

Jaemin menghalangi jalan Renjun dan juga Jaemin merentangkan tangannya sekiranya Renjun gak bisa lewat. Renjun ke kiri, Jaemin ke kanan, Renjun ke kanan, Jaemin ke kiri begitu aja terus sampai Renjun jengah

"Awas Jaem, minggir"

"No, no, no . Kita perlu bicara"

"Ck, aku gak mau bicara sama kamu"

"Ayoklah, please. Kali ini aja, kalau udah kelar semuanya terserah lo mau jauhin gue seumur hidup kek asalkan gue tau alasan lo kayak gini tuh apa?!"

"Kelarin kayak gini apanya, deh?"

"Makanya itu, ayok bicara dulu" Jaemin memegang pergelangan tangan Renjun lalu menariknya pelan, tapi Renjun tak bergeming "tenang, gue gak ngajak lo ke halaman belakang. Kita ke rooftop"

Dengan perlahan Renjun bergerak. "Eh, gak ada gurunya kan dikelas lo?"

Renjun menggeleng "free class, kamu gimana?"

"Sesekali bolos gak apa"

TBC

Bocah Centil (JaemRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang