[6] Night at Hogwarts

165 18 0
                                    

Hermione menyusuri koridor Hogwarts untuk mencari ruang kepala sekolah, sebelumnya Harry dan Ron menawari untuk menemaninya, tapi Hermione menolak karena ia melihat wajah kedua temannya yang sangat kelelahan, ditambah ia tidak mau terlalu merepotkan Harry.

Dan beginilah jadinya, ia sedari tadi hanya menyusuri koridor tanpa menemukan ruang kepala sekolah. Ia menghelas nafasnya letih.

Hermione tersentak kala pundaknya ditepuk seseorang.

"Mencari sesuatu?" Tanya sosok pria tua yang membawa lampu lampion ditangannya. Hermione juga sedikit membelalak kala ia melihat kucing ditangan satunya.

Hermione langsung tersenyum, "Aku ingin ke ruangan kepala sekolah, boleh beri tahu aku jalannya tuan? Tanya Hermione sopan.

Pria itu mengangguk dan langsung membalikan badannya menyusuri koridor, "Ikuti aku."

Hermione sampai didepan pintu ruang kepala sekolah, ia melihat pria itu mengetuk pintu dan seseorang bersuara dari dalam 'Masuk'. Itu pasti suara kepala sekolah, batinnya.

Pria tua itu masuk diikuti Hermione dibelakangnya, Hermione bisa melihat kepala sekolahnya dari balik tubuh pria tua didepannya.

Albus Dumbledore, sosok pria tua dengan rambut dan janggut putih panjangnya. Hermione melihat kepala sekolahnya yang sedang duduk dengan beberapa lembar kertas ditangannya.

"Ada sesuatu Argus" Tanya Dumbledore pada sosok pria dihadapannya.

"Seseorang mencari Anda." Saut pria itu sambil bergeser untuk memberi Hermione ruang.

"Ah, Kau pasti Miss. Granger?" Tanya Dumbledore yang kini beralih menatap Hermione.

Hermione tersenyum kecil dan mengangguk, "Yes sir."

Dumbledore mengangguk dan matanya beralih pada Mr. Flich, "Kau boleh pergi, terima kasih sudah membantunya kesini."

"Kau boleh duduk Miss. Granger" Ucap Dumbledore pada Hermione, dan Hermione langsung mendudukan dirinya dikursi hadapan kepala sekolahnya.

"Jadi, dengan apa kau kesini?" Tanya Dumbledore pada Hermione.

"Saya menggunakan bus sir."

Dumbledore mengangguk, "Dimana orang tuamu, apa kau kesini sendiri?

"Kedua orang tua saya tidak ikut sir, mereka di London, dan saya kesini tidak sendiri, Saya datang bersama Harry." Jelas Hermione.

"Harry, Apa itu Mr. Potter?"

"Yes sir"

"Baiklah Miss. Granger, seperti yang sudah kau tahu, kau diterima di sini dengan bantuan beasiswa yang kau dapat, dan aku mengetahui kondisi ekonomi keluargmu," Jelasnya dengan lembut diakhiri kalimat.

"Dengan itu aku mempertimbangkan, dengan guru dan staf yang lain tentunya. Bahwa kau akan menjadi tanggung jawab kami. Segala kebutuhan selama kau di sini akan menjadi Data bagi dana Hogwarts." Lanjut Dumbledore.

Hermione mengangguk, matanya berkaca-kaca. Ia terkejut dengan apa yang dikatakan kepala sekolahnya. Bahwa ia mendapatkan bantuan dari Hogwarts untuk dua tahun ke depan.

"Dan sepertinya Mr. Potter belum memberi tahu anda." Ucap Dumbledore.

Hermione sedikit mengernyitkan dahinya, dan menatap kepala sekolahnya bingung.

"Miss. Granger, perlu anda ketahui ini tentang sistem sekolah Hogwarts. Hogwarts memiliki banyak mata pelajaran, baik akademik maupun non akademik, kau bisa memilih mata pelajaran yang kau ingin ikuti. Dan untuk seragam, Hogwarts memiliki dua seragam dan satu baju olahraga. Setiap hari senin hingga rabu kau memakai seragam utama Hogwarts, dan untuk sisa hari kau memakai seragam asrama mu." Jelas Dumbledore dengan panjang lebar.

"Lalu Hogwarts memiliki empat asrama yang berbeda, yang pertama Griffyndor, Hufflepuf, Ravenclaw, dan Slytherin. Dan untuk memasuki Asrama kau harus melakukan beberapa tes aspek psikis terlebih dahulu, dan asrama itulah yang menentukan dimana kau menetap."

Hermione mengangguk paham, walaupun ia sedikit terkejut dengan sistem sekolah ini.

"Itu berarti saya tidak akan masuk Asrama sebelum melakukan tes?" Tanya Hermione yang dibalas anggukan Oleh Dumbledore.

"Dan kapan tepatnya tes itu dilakukan? Apa sekarang bisa?" Tanya Hermione sopan.

"Mungkin kau akan sedikit kecewa, tadinya aku berfikir untuk melakukannya sekarang, namun kau terlihat sangat lelah, jadi aku memutuskan untuk melakukannya besok, apa kau tidak keberatan Miss. Granger?" Ucap Dumbledore.

"Yes sir, tidak masalah." Hermione mengangguk ia juga berkata jujur bahwa ia lelah.

"Baiklah ini sudah cukup malam, kurasa kita akhiri disini Miss. Granger. Kau bisa tidur di kamar tunggu, apakah aku harus memanggil Mr. Potter agar dia menjemput dan mengantarmu?" Tanya Dumbledore.

Hermione menggeleng, "Tidak usah sir, saya akan mencarinya, lagipula Harry mungkin sudah tidur sekarang." Jelas Hermione.

Dumbledore mengangguk dan mempersilahkan Hermione untuk keluar, Hermione memberi ucapan selamat malam pada Dumbledore dengan sopan dan berjalan keluar.

Hermione terkesiap saat ia melihat koridor begitu gelap, walaupun ada lampu gantung disepanjang koridor, tapi itu tetap membuat Hermione sedikit ragu untuk berjalan di lorong koridor. Rasanya ia ingin kembali masuk ke ruangan kepala sekolah.

Sudah dua menit berjalan, tetapi Hermione belum bisa menemukan kamar tunggunya. Sedari tadi ia hanya berjalan menyusuri koridor, dan sekarang ia tidak mengetahui tempatnya berdiri.

Hermione menghela nafas kesal, ia sangat lelah. Jika tau begini ia akan mempersilahkan kepala sekolahnya memanggil Harry untuk mengantarnya. Aku sangat bodoh, batinnya.

"Siapa disana?"

Hermione tersentak kala mendengar suara seseorang di ujung koridor, ia mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya.

Hermione menyipitkan matanya pada kegelapan koridor, suara langkah itu semakin dekat. Dan ia melihat seseorang berjalan kearahnya. Sosok laki-laki dengan tubuh yang tinggi.

Ia berhenti didepan Hermione, " Kau perlu bantuan Nona?" Ucap laki-laki itu.

Hermione yang masih menatap pria itu hanya terdiam, namun ia segera menepis pikirannya dan mengangguk.

"Aku mencari kamar tunggu." Jawabnya.

"Oh-murid baru rupanya, mari ku antar." Ucapnya sambil mempersilahkan Hermione untuk berjalan mengikutinya.

Mereka sama-sama terdiam, tak ada yang bersuara, Hermione menoleh ke pria disampingnya untuk memperhatikan wajahnya, ia mengakui bahwa laki-laki ini tampan, hidung mancung, rahangnya yang tegas, dan rambut berantakannya menambah kesan seksi.

"Menikmati keindahan Nona?" Hermione terkesiap dari lamunannya, ia melihat pria itu sudah menatapnya.

Hermione langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya merah karena malu. Kenapa ia bisa melamun seperti itu, Hermione bisa mendengar pria disampingnya terkekeh.

"Jadi, kau murid pindahan?" Hermione menoleh dan mendapati pria itu menatapnya.

"Um-ya... Aku mendapatkan beasiswa…" Jawab Hermione lembut.

Pria itu menganggukan kepalanya tanda paham, "Aku hanya memberi tahu, kuharap kau tidak mengambilnya serius." Ucapnya tanpa menoleh ke Hermione.

"Ap- maksudmu?" Hermione mengerutkan keningnya.

"Aku tidak mendoakan kau paham maksudku."

"Baiklah, ini adalah kamar tunggunya, istirahatlah." Ucap pria itu yang sedang berada didepan sebuah pintu, saat pria itu akan melangkah pergi, Hermione bersuara,

"Maaf, boleh aku tahu siapa namamu?" Tanyanya dengan suara agak keras.

"Maxwell Nott."






𝗧𝗛𝗘 𝗟𝗜𝗢𝗡𝗘𝗦𝗦 [Tomione] By JaneedgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang