Hatchi
Nei mengusap hidungnya dengan telunjuk, ini sudah kesekian kalinya dia bersin. Dia menelungkupkan wajah dimeja sambil mengeratkan jaket pada tubuhnya yang dingin. Di memalingkan wajah menghadap matahari yang bersinar sambil memejamkan mata. Berkali-kali menggumamkan kata hangat walaupun setelahnya dia bersin lagi.
Suara bel berbunyi, anak-anak dikelas bergegas untuk keluar. Tidak terkecuali Nei, dia bangkit dengan berjalan lunglai menuju kantin. Sesampainya disana dia langsung memesan mie kuah dengan teh hangat, dia berjalan menuju meja kosong, menunggu pesanannya sambil menelungkupkan wajah ke meja.
Tidak berselang lama aroma harum membuatnya mendongak, Rain datang dengan nampan besar ditangannya. Dia meletakkan mangkok berisi mie kuah dan teh kehadapan Nei, sisanya meletakkan di sisi yang berhadapan dan Rain duduk disana.
Nei mengamati nasi goreng milik Rain, dia meneguk ludahnya.
Melihat Nei yang menatap ke arah makanannya, Rain bersuara "kamu mau?"
Nei sadar lalu menggeleng. Dan tepat saat itu Rain bisa melihat wajah Perempuan didepannya dengan jelas. Wajah pucat dengan hidung yang memerah.
"Kamu sakit?" Tanya Rain
"Tidak parah kok, hanya flu" Nei mulai memakan makanannya.
"Sekali-kali kamu harus memesan nasi. Aku lihat kamu selalu makan mie saat makan siang" celetuk Rain.
"Kita bahkan baru kali ini makan dimeja yang sama? Kamu bisa tahu dari mana?" Tanya Nei, sedikit bingung.
"Aku sudah lama memperhatikanmu," jawab Rain tanpa menoleh pada lawan bicaranya. Nei yang mendengar mulai menyipitkan mata. Sadar tidak ada sahutan dari Nei, Rain mendongak mendapati Nei yang menatapnya curiga.
"Jangan salah paham. Kamu cukup menarik perhatianku dikantin saat makan siang. Bagaimana tidak, kamu satu-satunya siswi yang hanya makan sendirian disini. Lihat," Rain menyuruh Nei untuk mengamati sekitar. "Kebanyakan siswi makan dengan teman-temannya yang lain, tapi kamu? Kamu hanya sendirian. Kamu tidak punya teman ya?"
Nei menghela napas, "emang kalau mau makan harus punya teman?"
Rain mengangguk lucu. "Karena kamu tidak punya teman, jadi mulai sekarang aku yang akan menemanimu"
"Aku malah berpikir kamu yang tidak punya teman" sahut Nei.
"Lihat disana," Rain menunjuk sebuah meja dengan dua orang disana. "Mereka temanku"
Nei melihat seorang siswi dan siswa yang juga melihat ke arahnya. Mereka tersenyum pada Nei dan Nei membalasnya dengan kikuk.
"Kenapa tidak makan bersama mereka? Kenapa malah menghampiriku?"
"Aku tidak mau jadi obat nyamuk" jawab Rain sambil mengedikkan bahunya acuh.
. . . . .
Nei menyidekapkan tangan sambil berdiri diantara anak tangga. Tubuhnya sudah membaik, flunya juga sudah mereda. Beberapa kali melihat ke atas tangga, kentara sekali bahwa sedang menunggu seseorang. Nei menegakkan tubuh, dilihatnya para siswa yang mulai banyak menuruni tangga. Wajar saja, ini sudah jam pulang sekolah. Nei mangamati sepatunya yang mengetuk-ngetuk keramik, sampai seseorang berhenti disampingnya. Nei mendongak, Rain sudah ada.
"Hai Nei," seorang perempuan dibelakang Rain menyapanya, Nei balas menyapa.
"Namaku Anya, teman Rain. Dan ini..." Anya menggandeng lengan pria disampingnya, "Rafa, my boyfriend" lanjutnya.
Nei mengangguk menanggapi, setelahnya dia diseret Rain untuk menjauh dari keduanya. "Tidak usah dekat-dekat dengan mereka nanti kamu ketularan aneh"
"Hei aku tersinggung" ucap Rafa sambil menyusul keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
RomanceSetelah menyaksikan kecelakaan orang yang dia sukai terjadi didepan matanya sendiri. Nei, kembali menjalani kehidupannya yang mulai berbeda. Dia yang awalnya hanya tidak suka hujan, malah sangat membenci hujan. Baginya, hujan mengingatkannya dengan...