Bab 11 Jam Pasir, Kentang dan Rain

0 1 0
                                    

Nei mengamati lamat-lamat awan mendung yang mulai bergumpal beberapa menit yang lalu dari balik jendela kelas. Akhir-akhir ini hujan sering turun walau mulanya hari terlihat panas terik sekalipun. Dia menduga-duga kira-kira kapan awan hitam itu akan menjatuhkan hujan lagi. Dan benar saja tanpa menunggu waktu lama hujan turun perlahan lambat laun semakin deras. Nei menghela napasnya kasar. Rutinitas yang selalu dia lakukan ketika hujan turun. Apa Nei sudah bilang bahwa dia tidak suka hujan? Hujan itu merepotkan, selain itu juga mengingatkan akan kenangan yang sangat ingin dia hilangkan dari ingatannya.

Berbicara tentang ingatan, tiba-tiba kejadian dimana Rain ditabrak menguar begitu saja dalam pikirannya. Sampai sekarang Nei masih belum bisa memahami apa yang sedang dia alami kali ini. Beberapa kalipun memikirkan tetap saja Nei tidak menemukan jawabannya. Maksudnya begini, dia mengulang hari, dia kembali ke masa lalu. Apa dia tanpa sengaja mengendarai mesin waktu ya? Seperti yang biasa dia lihat di film kartun favoritnya? Nei menggeleng, kepalanya mulai pening.

Dia tidak seharusnya memikirkan itu, yang terpenting sekarang Rain masih hidup dan dia harus mempertahankan itu. Seperti yang sudah pernah dia bilang, walaupun dengan nyawanya sekalipun.

"Nei!" Mendengar seseorang memanggil, gadis itu segera menoleh ke arah pintu.

"Mau sampe kapan ngelamun? Katanya mau ke kantin bareng, jadi gak?" Sudah ada Rain disana dengan Ilham disampingnya.

Nei tersenyum tipis lantas bangkit untuk berjalan beriringan dengan Rain.

"Karena tim kamu menang lomba, sesuai janji kamu harus traktir aku" ucap Nei mengingatkan kalau-kalau pemuda yang ada disampingnya itu lupa. Sebelumnya, sesaat sebelum Rain memasuki lapangan untuk tanding Nei dengan sikap tengilnya mengajak Rain taruhan.

"Aku nggak lupa"

Nei hanya tersenyum tertahan sambil memilih tempat duduk. Tanpa sengaja matanya melihat Gala yang memasuki kantin dengan kelompok temannya. Semenjak kejadian yang mengakibatkan dia dipanggil ke ruang bk, setelah itu Nei dan Gala tidak pernah saling tegur sapa lagi. Karena tidak ada alasan untuk keduanya untuk saling bertegur sapa.

"Dingin-dingin gini enaknya makan mie kuah" Ilham datang dengan pop mie dan air mineral di kedua tangannya. Disusul Rain yang juga membawa mie beserta minuman lalu menyodorkan ke hadapan Nei. Gadis itu mengucapkan terima kasih lalu mulai mengaduk mie agar tercampur dengan bumbu.

. . . . .

Beruntungnya saat pulang sekolah hujan sudah berhenti jadi Nei tidak perlu repot-repot memakai jaket hujan. Dia mengamati orang-orang yang tampak berbondong-bondong keluar dari gerbang. Nei diam menunggu seseorang. Setelah melihat Rain keluar dan menyuarakan kata ayo padanya barulah Nei berjalan mengikuti pemuda itu menuju sepeda yang terparkir. Dengan pelan Nei duduk dibelakang, tangannya mencengkeram pinggiran seragam Rain.

"Kayaknya udah mau hujan lagi deh" ucap Nei memecah keheningan setelah melihat awan hitam yang masih setia di atas sana.

"Kayaknya hari ini bakal hujan seharian" sahut Rain namun dia tetap mengayuh pedal sepeda dengan santai.

"Mau kemana setelah pulang?" Rain bersuara lagi.

"Enggak ada, kenapa?"

"Mau ke rumahku?"

Tanpa berpikir panjang Nei langsung mengiyakan. Terdengar kekehan dari Rain.

"Kamu seharusnya diam dulu sebentar, jika langsung menjawab seperti itu kentara sekali kalau kamu sangat ingin ke rumahku"

"Aku memang sangat ingin ke rumahmu, ingin berlama-lama denganmu" Nei mengubah pegangannya menjadi memeluk perut Rain sambil terkekeh.

"Sepertinya kamu sangat menyukaiku ya?"

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang