Bab 3 Kecelakaan

5 1 0
                                    

Suara rem berdecit terdengar, Nei segera turun ketika keduanya sampai didepan rumah perempuan itu. Setelah mengucapkan sampai nanti, Rain langsung melajukan sepedanya untuk pulang.

Dia membuka pintu rumah pelan, melihat tidak ada kehidupan diruang tengah, kakinya langsung berlari menuju kamar. Ini sudah malam, telinganya tidak ingin mendengar omelan ibunya hanya karena dia pulang terlambat. Mengambil baju ganti, dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Begitu pintu kamar mandi terbuka Nei keluar dengan wajah yang segar. Tangannya merogoh tas untuk mencari ponsel. Begitu dapat, dia menghidupkan layar dan mendapati pesan dari Rain yang mengatakan kalau pemuda itu sudah sampai ke rumahnya. Sebenarnya Nei ingin mengiriminya pesan tadi.

"Astaga, aku lupa mengembalikan payungnya" Seru Nei setelah melihat payung hijau tua masih berada didalam tasnya.

. . . . .

"Tadi malam kemana? Kok pulang telat"

Nei baru saja memasuki dapur dan disuguhi pertanyaan dari ibunya. "Jalan-jalan" sahut Nei sambil meminum susu coklat yang disediakan di atas meja.

"Aku punya temen namanya Rain, dia orang yang menyenangkan" ucap Nei lagi.

Dia mulai memakan sarapannya, tidak butuh waktu lama. Nei sudah selesai dan pamit untuk pergi ke sekolah. Jarak sekolah dan rumahnya tidak jauh, mungkin sekitar 1 km? Nei tidak terlalu yakin. Dia berjalan ditrotoar sambil mengamati jalan raya besar dengan berbagai kendaraan yang lalu-lalang. Sungguh pagi yang penuh dengan kesibukan.

Nei memasukkan tangan ke saku jaket sambil berjalan santai memasuki gerbang SMA. Begitu kakinya memasuki pintu utama gedung sekolah, matanya mengedar mencari seseorang. Begitu ketemu, dia berlari perlahan dan menubruk orang itu dengan pelan.

Orang itu, Rain, yang awalnya kesal langsung merubah air wajahnya ketika menyadari bahwa yang menabraknya adalah Nei.

"Kamu terlihat bersemangat hari ini" ucap Rain.

"Tentu saja" sahut Nei sambil tersenyum.

"Kamu harus ke kelas sekarang, nanti bisa telat. Aku akan menunggu didepan kelasmu nanti saat makan siang, aku duluan" ucap Rain sambil berlalu menaiki anak tangga dengan cepat.

Senyum diwajah Nei tidak kunjung hilang sejak Rain menghilang dari pandangannya. Dia juga menaiki tangga untuk menuju kelasnya. Sebelumnya Nei tidak pernah dekat siapapun, dan ternyata punya teman dekat ternyata menyenangkan juga.

Nei duduk dikursi, tidak lama seorang guru masuk dan memulai pelajaran.

Perempuan itu mengamati papan tulis yang menampilkan beberapa angka dan mulai menyalinnya ke buku. Sambil mendengarkan guru yang menerangkan walaupun dia sama sekali tidak paham. Dia melakukan hal itu berulang sampai bel istirahat berbunyi. Setelah guru keluar, anak-anak berdesakan untuk keluar juga.

Nei merapikan bukunya kemudian bangkit keluar kelas. Langkahnya kian cepat ketika melihat Rain yang bersandar dikusen pintu sambil menunggunya. Nei baru sadar, jika dilihat-lihat ternyata pemuda itu cukup mempesona juga. Seperti gambaran tokoh utama dalam novel yang biasa Nei baca.

"Ayo" keduanya berjalan bersama menuju kantin.

Rain memesan sementara Nei duduk menunggu. Dia mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja untuk menghilangkan rasa bosan.

Dan kemudian Rain menuju kearahnya dengan pesanan yang dia bawa.

"Pulang sekolah nanti mau kemana?" Tanya Nei disela-sela makannya.

"Tidak ada, kenapa?"

Nei menggeleng. Rain lanjut lagi bersuara "mau pulang bareng?"

Ini kalimat yang ditunggu-tunggu Nei. Perempuan itu mengangguk penuh semangat.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang