Bab 12 Hujan Meteor

1 1 0
                                    

Nei tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, sepanjang berjalan dikoridor sekolah dia bersenandung kecil sambil menahan senyum. Kilasan-kilasan saat dia bertamu ke rumah Rain semalam tidak henti-hentinya memenuhi pikirannya, membuat senyumannya semakin lebar. Bahkan saat memasuki kelas pun teman-temannya hanya memandangi gadis itu dengan penasaran, pasalnya mereka baru pertama kali mendapati Nei yang terlihat sangat gembira ditambah dengan bersenandung seperti itu.

"Sepertinya mulai sekarang aku harus membuat daftar tempat yang akan aku kunjungi bersama Rain deh" ucapnya lalu membuka buku pribadi miliknya. Bukan diari, Nei tidak suka hal semacam itu, ini lebih seperti buku yang dia buat untuk sekadar coret-coret jika dia sedang bosan. Dia mengambil pulpen dengan tinta merah. Dan mulai mempertimbangkan tempat-tempat apa saja yang ingin dia kunjungi nantinya.

Disela-sela fokusnya tiba-tiba saja sebuah ketukan dimeja lalu disusul amplop yang diletakkan begitu saja di atas meja Nei membuat gadis itu mengalihkan perhatian dan mendongak.

Dia mengerutkan kening, "Gala?" Lalu tatapannya jatuh pada amplop putih yang diletakkan pemuda itu.

"Apa ini?" Nei mengambil amplop itu lalu membukanya, lagi-lagi dia mengerutkan kening. Sebuah tiket? Tapi hanya satu?

"Aku memberikannya padamu sebagai permintaan maaf atas perlakuanku hari itu, aku tidak bermaksud membuatmu terlibat masalah sebenarnya. Jadi aku ingin menyuapmu dengan memberikanmu tiket masuk ke observatorium yang kebetulan adalah milik papaku sendiri, aku tidak tahu apakah kamu menyukai hal-hal yang berbau angkasa atau tidak, tapi ada hal yang sangat menarik yang ingin aku tunjukkan padamu," Gala menunjuk tiket yang masih dipegang Nei.

"Kamu bisa melihat hujan meteor dengan jelas disana, kamu pasti dengar kan tentang berita hujan meteor yang akan jatuh tidak lama lagi?"

Nei tanpa sadar mengangguk, dia menatap tiket dalam tangannya dengan mata yang berbinar.

"Itu adalah tiket eksklusif yang kudapatkan langsung dari papaku, jadi pokoknya kamu harus datang. Ah dan kebetulan aku sendirilah yang akan menjadi pemandumu" ucap Gala sambil memperhatikan Nei untuk melihat seperti apa reaksi gadis itu.

"Tentu saja aku akan datang...tapi," Nei tampak menggantung ucapannya.

"Ada apa?"

"Cuman satu tiket?" Aku kan juga ingin mengajak Rain! Batinnya mengerang.

"Ah aku sudah menyisihkan punyaku dirumah"

"Maksudmu hanya kita berdua yang pergi?"

"Memangnya menurutmu siapa lagi selain kita?" Gala membalikkan pertanyaan padanya, Nei mengamati sekitar yang mana para murid yang lain kini tengah menatapnya juga. Ini gawat!

"Kamu sama Rain udah putus ya?" Tukas seseorang yang duduk tidak jauh darinya.

Setelah mendengar nama Rain, Gala paham dengan pertanyaan yang Nei lontarkan padanya tadi. Dia tersenyum miring sambil terus menatap Nei yang tampak menimang sesuatu dalam pikirannya.

"Aku akan menunggumu disana, jangan sampai terlambat" tanpa mendengar jawaban dari Nei, Gala langsung beranjak keluar dari kelas.

. . . . .

Nei mengerang frustasi, dia sekarang sedang berada dikantin dengan banyak hal yang masing berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana caranya dia bilang pada Rain bahwa Gala mengajaknya ke observatorium milik papanya Gala, padahal pemuda itu dengan jelas sudah mengatakan padanya agar tidak dekat-dekat dengan Gala. Lagian kenapa dia malah manggut-manggut saja tadi saat berhadapan dengan Gala.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang