bagian 4

756 30 1
                                    


Saat sampai di dalam kamarnya raja bergerak melepaskan jubah dan perlengkapan di tubuhnya.


Setelahnya ia berjalan untuk menghampiri baki air di dekat balkon. Wajahnya terasa sedikit dingin dan lengket karena abu dari api unggun yang mereka nyalakan di hutan es.

Henry kemudian menatap ke arah tangannya. Ada darah kering membekas di sana. Cukup banyak dan belum hilang meskipun sudah terkena air.

Ia menduga dengan mudah, itu adalah darah dari Ionanthe. Mungkin ia sudah sedikit menyakiti wanita itu, karena kesal ia lupa ada luka basah di lengan wanita itu.

Henry kemudian meminta pelayanan untuk memerintahkan tabib datang ke ruangan Ionanthe. Dia lalu mengambil tempat di salah satu kursi dan menumpahkan rasa lelahnya beberapa waktu ini.

Hari yang panjang, dia memikirkan banyak hal dan Ionanthe tidak termasuk di dalamnya. Karena mereka bertemu dengan keadaan yang kurang memberikan kesan baik, Henry merasa sedikit meragukan Ionanthe. Ia masih menjalankan perjanjian ini hanya karena ia kasihan melihat wanita malang dan pengecut itu.

Raja menyempatkan waktunya untuk mendatangi kamar istri pertamanya Ratu Narissa. Wanita itu sedang duduk sambil membaca sebuah buku tebal dan sedang ada di bagian pertengahan yang terlihat menarik.

Henry tersenyum, dan mendekat. Narissa yang melihat kedatangan Henry tanpa pemberitahuan apapun lantas berdiri.

"Anda kembali yang mulia" katanya sambil meletakkan buku di atas meja. Akan tetapi Henry segera mungkin menahan Narissa untuk bangkit dari tempatnya duduk dan menyuruhnya untuk duduk kembali dengan dorongan yang halus.

"Aku tidak mendapatkan kelinci untukmu. Tolong maafkan aku"
Narissa hanya tersenyum sambil menggenggam tangan Henry.

"Itu bukan hal yang penting sekarang. Aku dengar kau datang bersama Viscount Armour. Apakah semua baik-baik saja? Apa yang terjadi"

Henry hampir berekspresi jengkel mengingat Ionanthe tapi, segera mungkin ia tepis perasaan itu. Ia tidak tahu siapa yang menyebarkan berita ini hingga sampai ke telinga istrinya.

"Hanya kecelakaan kecil, tak perlu memikirkannya"

Narissa hanya tersenyum, ia selalu percaya pada Henry seperti yang sudah seharusnya.

"Beristirahatlah aku harus memeriksa beberapa hal" Henry lantas bangkit dan mengecup kening Narissa lantas pergi setelahnya. Ia memang hanya datang untuk memastikan keadaan wanita itu meskipun hanya sejenak.

"Katakan" Saat ia keluar dari ruangan Narissa ada Peter yang sudah mengikuti langkahnya.

"Rombongan yang kita kirim ke Armour baru kembali. Mereka memang di di serang dalam perjalanan dan kereta mereka di jarah oleh kumpulan orang tak di kenal"

Henry masih terus melangkah, kakinya yang panjang membuatnya hampir sampai di yang ia tuju dengan cepat.

"Mereka kembali dengan selamat?" Karena ia harus mencari tahu siapa kelompok tersebut. Mengapa mereka tahu tentang penjemputan Viscount Armour.

"Hanya satu orang, dan dia terluka parah saat ini"

Ketika itu Henry berhenti melangkah. Matanya masih menajam, dan ia memikirkan sesuatu dan mulai membuat dugaan.

"Pasti wanita itu sudah tahu jika ini akan terjadi"

"Kita beruntung Young lady selamat dan bertemu dengan Anda di hutan es"

Henry melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam ruangan kerjanya, tempat yang di penuhi banyak rak buku dan meja besar di tengah. Meja terlihat berantakan dengan dokumen dan kertas dimana-mana.

"Meskipun begitu, ini belum tentu benar. Bisa jadi wanita itu memang ingin kabur dan dia beruntung karena di saat yang sama ada sekelompok orang tak di kenal mencoba menghabisinya" Henry tidak berusaha mencari pembelaan untuk Ionanthe dengan berpikir positif tentang wanita itu.

•••

Ionanthe belum terbiasa dengan suasana dan tempatnya di istana ini. Ia bangun lebih awal hari ini, ia harus bersikap hormat dan sopan dengan menghadiri makan pagi bersama para keluarga lainnya. Dari sana ia mungkin akan di perkenalkan sebelum secara sah menjadi anggota baru keluarga mereka.

Ionanthe sudah berpikir jika ia pasti akan mendapatkan banyak kesulitan. Melihat bagaimana sikap raja yang tidak begitu perduli padanya bisa jadi jika ada masalah yang menimpanya, raja tidak akan membantu apapun dan dirinya akan mudah tersingkirkan dari istana ini.

Pagi yang cukup tak nyaman, di kelilingi oleh banyak pelayan dan harus berjalan lebih jauh hanya untuk sekedar sarapan bersama. Hal ini semakin meyakinkan jika Henry benar-benar acuh padanya. Ada alasan yang kuat mengapa ia di tempatkan di sisi Utara sedangkan yang lain ada di bagian utama istana.

"Biar ku tebak, dia berharap tidak bertemu denganku lebih sering" Ujarnya dalam hati. Ada baiknya ia berusaha menerima apapun yang akan terjadi nanti.

Ionanthe akhirnya sampai di ruang makan dengan sedikit tengah-tengah. Ia hampir tidak bisa mengatur nafasnya akibat korset yang terlalu ketat dan keadaan di mana ia harus terlihat tenang dan juga sopan di hadapan siapapun.

Saat itu nampaknya acara makan pagi telah di mulai, begitu ia datang mereka semua berhenti dari kegiatan itu sejenak.

"Maafkan atas tindakan tidak sopan ku yang Mulia" Ionanthe sedikit menunduk. Benar-benar waktu yang buruk.

"Berhubung kau sudah di sini, segeralah duduk"

Saat Ionanthe duduk para pelayan sigap memberikan pelayanan mereka sebaik mungkin.

"Semuanya, dia adalah Viscount of Armour. Ionanthe Hutcherson" Raja memulai semuanya dengan perkenalan lebih dini.
"Dia adalah Queen Narissa, istri pertama ku dan Queen Gabriella"

Dua wanita di sana tersenyum padanya dan menyapanya dengan begitu anggun.

Dua ratu dihadapannya dan saat ia menikah nanti ia hanya akan menjadi permaisuri. Bisa dibayangkan betapa menderitanya hidupnya jikalau dua orang wanita itu punya sikap kejam, dimana berebut perhatian raja adalah hal yang penting.
Perlukan dia ikut bertarung demi mendapatkan perhatian raja? Oh Ionanthe berani bersumpah melakukan hal lain lebih berati ketimbang mencari perhatian pria yang jelas-jelas membenci dirinya sejak awal pertemuan. Tak perlu mencobanya, ia sudah bisa menebak hasil dari tindakan tersebut, sia-sia seperti membuka kotak kosong.

Ionanthe sempat memperhatikan mereka satu persatu. Wanita bernama Narissa terlihat lebih tua darinya, kulitnya amatlah putih, hingga ia berpikir Narissa cukup pucat.

Sedangkan wanita bernama Gabriella mungkin sepantaran dengan dirinya. Mereka berdua benar-benar memiliki keanggunan dan wibawa seperti seorang ratu pada umumnya.

Pandangannya tentang perseteruan antardua wanita langsung pupus saat melihat mereka saling mengobrol dengan santai seperti layaknya keluarga dengan dekat. Meskipun begitu ia tidak begitu yakin, mana tau di belakang mereka akan saling menusuk. Akan tetapi entah mengapa tatapan Narissa membuat ia yakin wanita itu begitu tulus dan baik.

Begitu juga Gabriella, dia hanya bersikap seperti biasa. Mungkin mereka sudah terbiasa dengan keadaan harus saling berbagi suami sehingga keadaan bisa seharmonis itu.

Itu bagus, lagipula Ionanthe tidak berminat mencari perhatian raja dengan tujuan tak berati. Jika memang merayu raja bisa membuat pria itu memberikan segala kemakmuran di wilayahnya mungkin Ionanthe akan berpikir ulang.

Untuk sekarang, ia lebih baik menjauh dari orang-orang baru yang mungkin saja seperti serigala berbulu domba. Ionanthe tidak yakin, ia belum pernah berada dalam keadaan politik besar seperti ini. Dia lebih sering berkumpul di kalangan bangsawan yang suka belajar atau para wanita muda yang menikah dengan pria yang amat mereka cintai begitu juga sebaliknya.

Namun ia dengar pernikahan politik begitu kejam. Jadi ia perlu berhati-hati pada siapapun termasuk raja.

.

.

.

Wanita Penebus ( Priarie Verte) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang