bagian 8

588 31 3
                                    


"Apa kau tau sakit apa yang sedang ratu Narissa derita?" Pagi ini sambil berjalan menuju ruang makan ia menyempatkan bertanya pada Viona.

Viona sempat melirik ke sekitarnya terlebih dahulu seakan mengamankan suasana dan lalu menjawabnya dengan suara yang sedikit kecil.

"Sejak muda ratu Narissa memang sudah menjadi lebih lemah di banding saudara yang lainnya. Dan Ratu Narissa adalah wanita nomer satu di sisi Raja."

Ionanthe mengerti, itulah alasan mengapa Henry terlihat sangat protektif pada istri pertamanya. Saat sampai di ruang makan ia tidak mendapati siapapun ada di dalamnya selain meja dengan banyak makanan yang tersedia.

"Di mana yang lain?" Tanyanya sambil duduk di kursi. Ia sempat mengira yang lain belum datang.

"Your highness sedang menemani ratu Narissa yang sakit. Dan kabarnya ratu Gabriella sedang pergi ke rumah ibunya hari ini"

Ionanthe menghela nafas, lagi lagi ia sendirian. Apakah dia benar-benar bisa menjadi bagian dari keluarga ini, ia selalu penasaran atas hal itu.

Di tempat lain, Henry menatap Narissa yang sedang tidur lelap. Wajahnya yang cantik semakin pucat dan itu mengiris hatinya. Tabib kerajaan sudah menjelaskan bagaimana keadaan istirnya dan dia tidak ingin mendengar lebih banyak lagi.

Tangan putih itu masih terasa sangat hangat ketika ia menggenggamnya. Selama ini ia berusaha mencari segala obat yang diklaim bisa menyembuhkan penyakit Narissa, dan sampai saat ini belum ada perubahan yang berati.

Ia menghela nafas dengan keras kemudian duduk, di tempatnya ia masih bisa melihat wajah istrinya.

"Yang mulia, ada rapat yang harus Anda hadiri" Peter datang setelah memberikan hormat.

Henry tidak menjawab apapun, ia mengerti akan tugasnya hingga tak banyak bicara dan akhirnya pergi dari ruangan Narissa setelah yakin wanita itu akan baik-baik saja.

Saat Henry hendak pergi menuju ruang rapat ia berpapasan dengan Ionanthe di lorong. Pria itu tetap berjalan lurus tanpa menyapa atau menggubris dirinya. Ionanthe tetap memberikan hormat dengan sopan, ia hendak melihat keadaan Narissa dan Viona menuntun dirinya menuju kamar sang ratu utama.

Sampai di sana ia bisa melihat Narissa sedang duduk bersandar di atas tempat tidur dan beberapa pelayan berusaha menyuapinya bubur halus.

Pelayan ratu Narissa memberikan izin agar Ionanthe masuk. Wanita itu tetap tersenyum meskipun tubuhnya lemah.

"Maafkan aku telah lancang menganggu waktu mu yang mulia" kata Ionanthe dengan sopan.

"Tak apa, apa ada sesuatu yang kau butuhkan?" Suaranya terdengar lembut dan hangat.

"Aku mendengar jika Anda sakit. Semoga kesehatan Anda akan semakin membaik"
Kata Ionanthe.

"Terimakasih, aku juga berharap demikian" katanya.

Ionanthe masih berdiri, ia tidak begitu pandai berbasa-basi. Tapi ia berharap bisa membantu, ratu Narissa nampaknya bukan wanita yang menganggap dirinya seorang musuh. Kedatangannya terlihat di sambut hangat. Atau hanya perasaannya saja. Tapi wanita ini benar-benar baik, terlihat dari matanya yang polos dan penuh ketulusan.

"Aku lebih baik kembali, tolong beristirahatlah dengan baik Yang Mulia"

Narissa hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih. Ia kemudian segera berjalan keluar dari ruangan Narissa.

Narissa memiliki ruangan yang sangat besar. Bahkan mungkin sisi Kerajaan adalah rumah khusus miliknya. Ia bisa melihat banyak lukisan Narissa dan raja terpajang di sana. Ia juga melihat ruang tamu dan banyak tempat pribadi lainnya.

Sungguh perbedaan yang sangat ketara sekali. Ia hanya sekedar permaisuri jadi sudah sepantasnya Ionanthe mendapatkan apa yang ia miliki sekarang. Lagipula hidup jauh dari raja ada baiknya juga.

Ionanthe memilih pergi ke perpustakaan, mungkin ia bisa menambah beberapa wawasan dengan buku-buku yang ada di sana. Hanya Viona yang menemani dirinya saat itu. Untuk jabatan yang tidak terlalu tinggi seperti dirinya tidak punya banyak pelayan adalah hal yang bagus.

Ionanthe berhenti saat hendak masuk ke dalam perpustakaan. Ia bisa melihat raja ada di dalam sana bersama Peter. Ia kemudian memutar balik tubuhnya dan berjalan menjauh, ini membuat Viona heran.

"Apakah ada sesuatu yang salah Madam?"

"Tidak, tidak ada yang salah, aku tiba-tiba hanya tidak mau pergi ke sana sekarang" Ionanthe tersenyum menyimpan rasa merinding saat bertemu raja. Entah mengapa pria itu benar-benar mengerikan seperti monster.

Kegiatannya jadi terhambat karena keberadaan Henry yang seakan membayangi istana ini

Malam hari, ini adalah malam kedua pernikahan mereka. Ionanthe tetap harus bersiap-siap, lebih tepatnya menyiapkan tubuhnya untuk raja. Ia tidak terlalu yakin, ini hanya asumsinya saja jika raja tidak akan datang juga hari ini. Ratu Narissa, wanita yang sangat raja cintai sedang sakit. Mana mungkin pria itu malah datang untuk bermesraan dengan wanita lain.
Benar bukan?

Ia kembali menunggu lagi, masih dengan pakaian dengan yang serba tipis ia menambahkan cardigan agar udara tidak begitu menusuk kulitnya. Mungkin sebentar lagi musim hujan akan datang.

Ia menatap ke arah luar balkon. Ia berharap akan ada waktu baik untuk dirinya juga.

Suara pintu terbuka, Ionanthe membalikkan tubuhnya. Viona berdiri di sana sambil berkata.

"Yang mulia raja mungkin tidak akan datang ke sini sampai yang mulia ratu membaik, Madam"

Ionanthe tersenyum lebar seperti rubah.
"Oh sayang sekali, tolong jangan khawatir Viona. Ratu Narissa memang membutuhkan Raja Henry sekarang. Silahkan istirahat"

Ia benar-benar terdengar amat munafik dan licik. Tapi tak apa ia bahagia raja tak ada di sini. Mungkin akan ada kesempatan untuk dirinya agar tetap suci dan mungkin ia bisa bercerai dari raja dan mencari pria lain. Wah terdengar menggiurkan.
Di saat itu juga ia menggeleng. Sungguh berani sekali ia berpikir hal menyenangkan seperti itu.

Ia jadi merasa takut pada dirinya sendiri. Apakah ia memang sepicik ini?
.

.

.

Wanita Penebus ( Priarie Verte) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang