23

144 2 0
                                    

"Astaga!" Tiara merasakan jantungnya yang berdegup sangat cepat. Bagaimana tidak terkejut jika saat dia membuka pintu kamar untuk pertama kalinya di hari ini, sosok Ace sudah berdiri tegap dibalik pintu untuk menyambutnya

"Selamat pagi, maaf jika membuatmu terkejut Nyonya. Kemarin Tuan memerintahkan ku untuk mengantarkanmu hari ini" ucap Ace

"Ah mungkin maksud Awan adalah mengawalku?"

"Sepertinya tidak Nyonya, Tuan memerintahkan ku untuk mengantarkanmu" jelas Ace sekali lagi

"Tuan tidak mengizinkanmu untuk mengemudi seorang diri Nyonya"

Tiara mendecak malas. Tiara ingat jelas perbincangannya dengan Awan ditelefon kemarin, pria itu mengizinkan Tiara untuk mengemudi sendiri dengan syarat Ace tetap mengawalnya dibelakang

"Baiklah, pukul berapa saat ini?" tanya Tiara. Jika Tiara benar, saat sekitar pukul sembilan pagi

"Hampir mendekati waktu makan siang, Nyonya"

Mulutnya membulat, Tiara tidak menyangka dirinya akan tidur selama itu. Setelah membersihkan diri kemarin hari, Tiara kembali menuju walk-in closetnya untuk memilih pakaian yang sudah tidak dipakainya. Tidak terasa pekerjaan tersebut dia selesaikan hingga larut malam, Tiara bahkan melewatkan waktu makan siang dan makan malamnya

Tetapi sebelum tidur, Tiara menyempatkan diri untuk meminum beberapa obat yang sudah Awan siapkan sebelum keberangkatannya. Awan berkata jika Tiara harus meminumnya selama dia pergi

Entahlah Tiara juga tidak mengetahui obat apa yang dia minum, setiap dia bertanya lagi-lagi Awan menjawab "tidak perlu khawatir, ini sangat baik untuk menjaga kondisi tubuhmu"

Tetapi beberapa menit setelah meminumnya Tiara merasakan kantuk yang tak tertahankan, seperti dia dapat tidur dimana saja bahkan diatas tangga sekalipun

"Permisi Nyonya" sapa Ace memecahkan lamunannya

"Ah, hampir mendekati waktu makan siang" ucap Tiara mengingat

"Baiklah, sampaikan pada Awan jika hari ini aku akan makan siang di luar"

"Nyonya, sepertinya Tuhan memang mentakdirkan kalian untuk hidup bersama. Pagi tadi Tuan menghubungiku, dia berkata jika sudah memesankan satu restaurant untukmu"

"Untukku? Bagaimana—ah, benar" Tiara pun mengangguk paham. Awan-nya itu benar-benar memantaunya selama hampir dua puluh empat jam penuh melalui kamera pengawas

"Dimana? Apakah tempatnya sesuai untukku?"

"Nyonya tenang saja. Tempatnya tidak jauh dari sini, dan pemilik restaurant adalah kerabat dekat Tuan"

"Baiklah terima kasih, aku akan bersiap"

"Ah, satu lagi Ace" ucap yang membuat Ace memutar tubuhnya lagi untuk menghadap Tiara

"Tolong siapkan mobil untuk ku. Aku yakin kau tidak akan berangkat seorang diri bukan? Kau—mungkin dengan lima pengawal lainnya, menggunakan mobil yang berbeda denganku, dan aku ingin kalian memberikan jarak denganku. Aku tidak ingin menjadi fokus di tengah-tengah kota. Kau paham maksudku bukan?"

"Baik Nyonya"

Tiara menghela nafasnya dan kini memilih untuk mendudukan diri ditepi ranjang. Bagaimana bisa hidupnya kiri dikelilingi oleh manusia 'tak berhati'? Awan, Zidan, Adit—mereka bertiga saling berusaha menyingkirkan satu diantaranya demi dapat bersama dengannya

Tiara merindukannya, merindukan sosok Awan yang selalu berada disisinya. Parfume yang Awan gunakan sangat melekat ditubuh kekarnya. Bahkan jika Awan berjalan tanpa suarapun, Tiara bisa mengetahui dari aroma tubuh sang suami yang sudah dihafalnya

My Partner Sex is My Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang