Saat ini Awan sedang duduk dikursi kerjanya sambil menyesap sebatang rokok ditangan kanannya. Kedua matanya terus menatap lekat-lekat layar monitor yang menampilkan sebuah ruang tidur yang gelap namun tetap terkesan mewah
Tuk..
Tuk..
Tuk..Awan mengetuk jari-jari tangannya pada meja kerjanya
"Dia baik-baik saja bukan?" tanya Awan yang melihat Tiara tidak merubah posisi tidurnya sejak awal
Setelah menyelesaikan permainannya, Awan sempat menatap kedua mata Tiara yang terlihat sangat layu
"Hey, kau berubah menjadi Tiara yang pendiam. Bicaralah, aku merindukan suaramu" ucap Awan mengelus surai legam Tiara
"Lemas?" tanya Awan yang masih tetap menatap kedua mata Tiara. Namun sayangnya Tiara tidak membuka mulutnya sedikitpun untuk menjawab
Awan pun tersenyum "aku tau, beristirahatlah"
Tiara pun menggeleng sambil menjauhkan kepalanya agar Awan tidak dapat bermain dengan rambutnya
"Mengapa?"
"Lalu bagaimana denganmu? Apa yang akan terjadi jika aku tertidur?"
"Aku? Aku akan membiarkanmu kali ini" ucap Awan meninggalkan ranjang dan tak lupa menutup rapat-rapat tirai agar tak ada sedikitpun cahaya yang menerobos masuk ke kamarnya
"Aku akan membiarkanmu beristirahat. Tidak dengan membiarkanmu pergi. Mengerti?" ancam Awan sebelum menutup dan mengunci pintu kamar
Tidak, Awan tidak pergi. Dia menyuruh kedua bodyguardnya yang berjaga untuk pergi, dan dia sendiri yang akan menunggu dibalik pintu dengan duduk bersandar
"Seharusnya aku tidak melakukan itu, tapi bagaimana—dia terlihat begitu menggoda ketika tidak bisa berbuat apa-apa" ucapnya sambil merenggangkan otot tubuhnya
"Bagaimana jika kita membayangkan sesuatu yang menyenangkan akan terjadi di masa depan?" tanya Awan dalam hati. Sambil menunggu Tiara, Awan ikut memejamkan matanya karena semalaman dia tak sempat untuk tidur karena disibukan menyelesaikan pekerjannya
Tanpa disadari sudut bibirnya terangkat sempurna. Rasanya begitu meledak, seperti mimpi ketika dia berhasil mendapatkan Tiara didalam genggamannya. Dan yang perlu dia lakukan saat ini dan selamanya adalah menjaga agar genggaman tangannya tak terbuka sedikitpun. Jika itu terjadi, maka tak dapat dipungkiri siapapun akan berhasil merebutnya kembali
Membayangkan hal buruk itu terjadi membuat detak jantungnya begitu cepat dan Awan pun terbangun dengan mata yang memerah
"Sial, beruntung segera tersadar. Jika tidurku terlalu pulas bagaimana dengannya—" Awan melebarkan kedua matanya, dia pun segera bangkit dan memasuki ruang kamarnya untuk mengecek keadaan Tiara
Tangannya gemetar sambil membuka kunci. Tidak ada suara apapun dari dalam sana. Kemungkinan terbaiknya adalah Tiara melarikan diri, dan kemungkinan terburuknya adalah dia harus merelakan orang tercintanya pergi untuk selamanya
"Apa yang kau lakukan?" tanya Awan yang mengetahui jika Tiara masih tetap terjaga
"Lepaskan. Kau tidak perlu melakukan ini karena aku tidak akan pernah bisa keluar dari perangkapmu" ucap Tiara
"Kau tidak memejamkan mata karena pikiranmu sibuk merancang sebuah rencana bagaimana keluar dari tempat ini? Dan kau tidak berhasil menemukan jawabannya?" tawa Awan menggelegar diambang pintu
"Dan aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk keluar dari sini" Awan pun melepaskan seluruh tambang yang mengikat pergelangan tangan dan kaki Tiara. Setelahnya, Awan keluar juga tak lupa menguncinya. Pria itu berjalan menuju ruang kerjanya, membiarkan Tiara beristirahat tanpa merasa takut akan dirinya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner Sex is My Ex-Boyfriend
Cerita Pendek[PART 2] "whatever you want daddy, because I'm yours"💋