Sesuai rencana kemarin malam, yaitu mengunjungi butik milik Rico rekan Mr. Alona. Dengan diantar oleh supir pribadinya, limusin hitam pekat milik Awan membelah jalanan yang cukup ramai
"Apapun. Keluarkan semua koleksimu" ucap Awan pada seseorang dibalik sambungan telefonnya
"Dua bulan yang lalu aku baru saja menyelesaikan beberapa karya gaunku. Dan menurutku—tidak ada model yang sempurna untuk gaun spektakuler milikku. Apa kau mengizinkan jika Tiara-mu memakai salah satu karya terbaruku?"
"Apapun, buat dia terlihat semakin cantik. Dan berikan kesan bahwa dia hanya pantas bersanding dengan orang sepertiku"
"Tuhan memang sudah mengatur semuanya. Gaun yang sempurna untuk wanita yang sempurna. Aku akan mengirimkannya gambarannya padamu"
"Tidak dengan—"
Rico senang bukan main hingga dia terburu-buru menutup sambungan telefonnya ketika Awan masih ingin berbicara
"Sial. Jika saja dia bukan rekan ayahku" ucap Awan kesal ketika melihat layar handphonenya yang sudah redup
"Sayang gaun seperti apa yang ingin kau kenakan di pesta pernikahan kita? Aku ingin semua pasang mata tamu undangan tak lepas olehmu" ucap Awan beralih menghadap Tiara yang duduk disampingnya
"Tetapi tidak untuk—"
Ting..
Ting..
Ting..Rico selaku pemilik sekaligus designer langsung mengirimkan foto hasil karya terbarunya dan membuat Awan kembali difokuskan kepada benda pintar miliknya
"Karyanya memang tidak pernah mengecewakan" kagum Awan saat melihat-lihat model gaun terbaru yang baru saja Rico kirimkan kepadanya
"Pantas saja ayah bersihkeras ingin mengulang kembali pesta pernikahannya dengan ibu karena tidak ada gaun yang tak sempurna. Dan ayah sangat tergila-gila ketika ibu mencoba kembali gaun pernikahan mereka" pria itu terkekeh kecil ketika mengingat tingkah Mr. Alona yang merayu istrinya untuk kembali mengulang pesta pernikahan yang lebih meriah
"Sayang.. lihat. Semuanya sangat serasi ditubuhmu" ucap Awan sambil memperlihatkan beberapa gambar pada Tiara
Awan pun menghela nafas berat. Dia baru tersadar jika Tiara tidak bergerak—bahkan tak mengeluarkan suara sedikitpun sejak mereka meninggalkan rumah
"Hey" sapa Awan berhasil mengalihkan pandangan Tiara dari luar jendela
"Apa kau merasa mual? Katakan, aku akan menginterupsi Daren untuk menepi" ucap Awan dengan tatapan teduh
"Tidak, aku tidak merasakan apapun. Lapar, haus ataupun mual"
"Atau ada sesuatu yang sedang kau cari?"
"Maksudmu? Apa yang kau bicarakan kak?"
"Aku sedari tadi memperhatikanmu yang terus menatap keluar jendela. Ku kira rasa mual itu kembali menyerang dirimu, namun ternyata tidak"
"Ya, tidak sedikitpun" ucap Tiara membenarkan
"Lalu, apa yang saat ini sedang mengitari pikiranmu hingga kau tidak mendengarkan apa yang ku ucapkan?"
"Kau.. apa kau menanyakan sesuatu padaku?" tanya Tiara dengan suara yang sangat kecil
"Daren!" panggilnya dengan sedikit membentak
"Baik Tuan" tanpa diperintah, Daren sudah mengetahui apa yang harus dilaksanakannya yaitu menutup pembatas antara tempat duduknya dan para Tuan nya
"Kau sedang berfikir bagaimana cara untuk melarikan diri lagi bukan?" tatapan tajam itu kembali dilayangkan untuk Tiara
"T-tidak. Aku tidak sebodoh itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner Sex is My Ex-Boyfriend
Short Story[PART 2] "whatever you want daddy, because I'm yours"💋