PROLOG

312 142 11
                                        

Cerita dimulai pada malam pesta ulang tahun sekolah dan Ruby. Semua orang berkumpul di gedung serbaguna yang indah dan dipenuhi dengan dekorasi yang menakjubkan. Lampu berwarna-warni berkilauan, dan musik berdentum kencang di latar belakang. Semua orang tampak bahagia dan antusias untuk merayakan ulang tahun sekolah dan Ruby.

Ibu Naomi Kiara Desta, selaku direktur sekolah, naik ke atas panggung dengan senyuman cerah di wajahnya. Dia melangkah ke depan dan menyapa semua tamu yang hadir dengan hangat.

"Selamat malam, Semuanya! Terima kasih sudah datang untuk merayakan ulang tahun sekolah dan hari istimewa sahabat anak saya, Ruby Chelsea Athalla Zamora," ucap Ibu Naomi dengan suara lantang. Tepuk tangan dan sorakan riuh langsung menggema di seluruh ruangan.

Ruby, yang mengenakan gaun putih yang indah dan sepatu hak tinggi, naik ke atas panggung dengan senyuman ceria di wajahnya. Dia melihat sekeliling, melihat semua wajah yang penuh kebahagiaan untuk merayakan ulang tahunnya.

"Terima kasih, semuanya!" ucap Ruby dengan suara yang penuh kegembiraan. "Aku sangat berterima kasih atas semua ucapan dan kehadiran kalian malam ini. Kalian membuat ulang tahunku menjadi begitu berarti dan tak terlupakan. Aku sangat bersyukur memiliki teman-teman sebaik kalian. Terima kasih atas dukungan dan cinta yang kalian berikan. Aku berjanji akan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan yang terbaik untuk sekolah ini. Terima kasih lagi, semuanya!"

Tepuk tangan riuh dan sorakan meriah memenuhi ruangan sebagai tanda penghargaan untuk Ruby. Semua orang terlihat bahagia dan bersemangat untuk merayakan malam yang istimewa ini.

"Baiklah, terima kasih kepada tamu yang hadir malam ini," ucap Ibu Naomi sambil memegang gelas di tangannya. "Kehadiran kalian membuat acara ini semakin meriah dan berkesan. Mari kita rayakan malam ini dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan yang tak terlupakan!"

Tepuk tangan dan sorakan riuh kembali menggema di ruangan. Semua orang menikmati suasana yang penuh keceriaan dan kehangatan.

Namun, di balik panggung, Ruby merasa perlu untuk pergi ke kamar mandi sejenak. Dia meminta izin kepada Ratu dan Finka, teman-temannya, untuk pergi sendiri.

"Ratu, Finka, aku izin ke toilet sebentar," ucap Ruby dengan senyum manis.

Ratu, yang sedang asyik bermain ponsel, mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Mau kuantar?"

Ruby menggelengkan kepalanya. "Ah, tidak apa-apa. Aku bisa sendiri."

Finka, yang sedang sibuk membuka tasnya, tiba-tiba menyadari bahwa dia lupa membawa buku catatannya untuk perguruan tinggi. Dia memberitahu Ratu bahwa dia ingin pergi ke sekolah sebentar untuk mengambil bukunya dari loker.

"Ratu," panggil Finka.

Ratu menoleh ke arahnya. "Ya?"

"Aku mau ke sekolah dulu ya...untuk mengambil buku catatanku di loker, mumpung masih di area sekolah," kata Finka.

Ratu mengangguk. "Ya, hati-hati ya. Gunakanlah lift di ujung koridor, mengerti?"

Finka tersenyum. "Ya."

Finka segera berangkat ke sekolah untuk mengambil buku catatannya. Dia berjalan dengan cepat melewati koridor yang sepi, mencari lift yang dimaksud oleh Ratu. Saat dia sampai di lift, dia menekan tombol dan menunggu dengan sabar.

Namun, waktu terus berlalu, dan Ruby belum juga kembali. Ratu mulai merasa cemas dan khawatir. Dia melihat sekeliling dan mencari Queen, teman dekat Ruby, tetapi tidak melihatnya di ruang tunggu.

"Hmm, dimana Queen?" gumam Ratu dalam hati. "Kenapa dia tidak ada? Kemana dia?"

Tiba-tiba, lampu-lampu di gedung tersebut padam secara tiba-tiba. Suasana menjadi gelap gulita, dan hanya suara langkah kaki yang terdengar di tengah keheningan. Ketika semua orang panik dan mencoba menemukan jalan keluar, terdengar suara jeritan Ruby yang menusuk hati.

"AAAAAAAAAAAAAAA!" Jeritan Ruby terdengar nyaring di antara kegelapan.

Orang-orang saling berteriak dan mencoba mencari jalan keluar. Ratu dan Finka, yang sangat dekat dengan Ruby, langsung berlari menuju suara tersebut. Mereka berlari melewati kerumunan orang-orang yang panik, berusaha mencapai lift di ujung koridor. Ketika pintu lift terbuka, mereka melihat Ruby tergeletak di lantai dengan darah mengalir dari tubuhnya.

"AAAAAA!" Ratu berteriak histeris, terjatuh lemas di samping tubuh Ruby yang tak bernyawa. Air mata mengalir deras dari matanya. "Kenapa seperti ini? Siapa yang melakukan ini padamu?"

Finka, yang juga terkejut dan terpaku, berlutut di samping Ruby dengan mata berkaca-kaca. "Ruby...kenapa ini terjadi? Siapa yang bisa melakukan hal seperti ini?"

Orang-orang di sekitar mereka terdiam, terkejut dan tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Keheningan menyelimuti ruangan yang sebelumnya riuh dan penuh keceriaan.

Ratu menangis dengan penuh kesedihan, "Ruby... mengapa ini terjadi padamu? Siapa yang bisa melakukan sesuatu yang mengerikan seperti ini?"

Finka mencoba menahan tangisnya, tetapi air mata tak terbendung mengalir dari matanya. "Kita harus mencari tahu siapa pelakunya, Ratu. Kita tidak boleh membiarkan pembunuh Ruby bebas."

What's Up BITCH? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang