BAB 2

192 147 4
                                    

Pagi itu, mentari baru saja muncul di ufuk timur, menyinari dunia dengan sinarnya yang hangat. Queen, dengan wajah yang penuh kemarahan, bergegas mengemas peralatan tulisnya dengan cepat dan cermat, memasukkannya ke dalam tasnya. Tangannya gemetar, mencerminkan kegugupan yang sedang ia rasakan. Tampaknya ada sesuatu yang membuatnya gelisah.

Tiba-tiba, pintu kamar Queen terbuka dan ibunya, Naomi, yang juga merupakan direktur sekolah, masuk dengan langkah lembut. Dia melihat keadaan Queen dan dengan penuh perhatian bertanya, "Kenapa kamu terburu-buru, sayang? Apa yang sedang terjadi?"

Queen menoleh ke arah ibunya, wajahnya masih penuh dengan kegelisahan. Dengan suara yang terbata-bata, Queen menjawab, "Ini adalah hari ujian, dan aku harus cepat. Aku ingin membalas dendam pada Ruby. Karena dia, aku dikeluarkan dari agensi."

Naomi menatap Queen dengan tatapan misterius, seolah-olah dia tahu sesuatu yang lain. Dengan lembut, dia berkata, "Apakah kamu butuh bantuan ibu? Aku di sini untukmu."

Queen menatap ibunya dengan harapan yang memancar dari matanya. "Bisakah ibu membantu?" tanyanya dengan suara lembut.

Wajah Naomi tersenyum lembut. "Tentu saja, sayang. Aku akan selalu ada untukmu."

Sementara itu, di tengah perjalanan menuju sekolah, Ruby berjalan dengan langkah ringan, tidak menyadari apa yang akan terjadi padanya. Naomi, yang sedang mengawasinya dari kejauhan, tersenyum jahat dalam hati, merencanakan sesuatu yang jahat.

Tiba-tiba, Naomi memberi isyarat kepada asistennya yang berada di mobilnya. Dengan cepat, asisten itu mengikuti perintah sang direktur dan dengan sengaja menabrak Ruby saat dia sedang menyeberang jalan yang sepi.

"Apakah itu Ruby?" pikir Naomi, memastikan bahwa targetnya telah terkena.

"Sekretaris Kim, tabrak dia," perintah Naomi dengan nada dingin, menginstruksikan asistennya untuk melaksanakan tindakan tersebut.

Ruby terkena tabrakan itu, namun untungnya dia hanya pingsan dan tidak mengalami cedera serius. Asisten Naomi segera turun dari mobil dan dengan hati-hati membawa Ruby ke dalam mobil, menutupi wajahnya dengan karung agar tidak ada yang mengenali identitasnya.

Saat Ruby membuka matanya, dia mendapati dirinya berada di ruang teknik mesin yang dingin dan suram, tubuhnya terikat erat di kursi. Suara dentingan sepatu hak tinggi terdengar dari kejauhan, menggema di ruangan itu, membuat jantung Ruby berdebar kencang.

Tiba-tiba, sebuah tendangan keras mendarat di tubuhnya, membuat kursi yang ia duduki terjatuh. "Queen, aku tidak percaya kamu melakukan ini padaku!" teriak Ruby, suaranya penuh dengan rasa takut dan keputusasaan.

Queen berdiri di depannya, wajahnya penuh dengan kemarahan. "Ruby, aku tidak percaya kamu melakukan ini padaku! Kamu tahu rahasiaku dan kamu membiarkannya bocor ke berita. Karena itu, aku dikeluarkan dari agensi!" balas Queen dengan nada marah.

Ruby mencoba berbicara, suaranya bergetar. "Queen, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyebabkan semua ini. Aku hanya..."

"Hanya apa, Ruby? Hanya ingin merusak karirku? Aku pikir kita adalah teman," potong Queen dengan nada sinis.

Ruby menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. "Kita memang teman, Queen. Aku tidak pernah ingin melihatmu terluka. Aku... aku hanya..."

What's Up BITCH? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang