Beberapa jam sebelum kejadian, saat lampu tiba-tiba padam, Finka merasakan kegelapan menyelimuti ruangan. Tanpa ragu, dia segera menyalakan senter ponselnya, dan dalam cahaya redup itu, dia melihat Queen keluar dari lift yang kebetulan terbuka saat listrik mati. Hatinya berdebar kencang saat melihat Queen membawa pisau yang berkilauan dan bergegas menuju pintu keluar.
Penuh rasa ingin tahu, Finka tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikutinya. Namun, begitu dia keluar dari ruangan, Queen sudah menghilang entah ke mana. Finka merasa seperti kehilangan jejak yang berharga. Dalam kegelapan yang menyelimuti, dia mengarahkan cahaya ponselnya ke arah lift, dan apa yang dia temukan membuatnya terkejut. Ruby, teman baiknya, tergeletak tak bernyawa dengan darah yang mengalir deras.
"R-Ruby?" seru Finka dengan suara gemetar, tak percaya dengan apa yang dia lihat. Ruby, yang sebelumnya bisa berbicara tanpa suara, kini terdiam dalam keheningan. Finka melihat kalung Queen yang tergeletak di sampingnya, dan rasa takut akan dituduh segera melanda. Tanpa berpikir panjang, dia segera mengambil kalung itu dengan tangan berlapis plastik, berharap tidak meninggalkan jejak.
Namun, saat dia hendak pergi, Finka tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap Ruby yang tergeletak dengan kesakitan. Dalam keputusasaan dan kebingungan, dia meraih kalung itu dengan gemetar dan dengan cepat menggunakannya untuk menggorok leher Ruby. Ruby pun menjerit keras, suara yang penuh dengan rasa sakit, sebelum akhirnya tak bernyawa.
JLEP!
Saat itu, suasana begitu mencekam dan hening, hanya terdengar napas terengah-engah Finka yang penuh dengan penyesalan dan ketakutan. Dia merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya, dan hatinya berdebar kencang. Keputusannya untuk mengakhiri nyawa Ruby dengan kalung yang dia temukan akan menghantui pikirannya selamanya.
Saat lampu akhirnya menyala kembali, Finka dengan cepat berlari kembali ke tempat acara. Namun, yang mengejutkannya adalah suasana yang berubah drastis. Polisi dan ambulans telah tiba, dan Finka segera menjadi sasaran tuduhan sebagai pelaku pembunuhan Ruby. Dalam kepanikan, dia ditangkap oleh polisi dan jasad Ruby dibawa pergi.
"TIDAAK! AKU TIDAAAK MEMBUNUHNYA!!!" teriak Finka dengan putus asa, berusaha meyakinkan semua orang di sekitarnya. Namun, suaranya terdengar hampir tenggelam dalam kekacauan yang terjadi. Dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak adil, dan rasa takut serta keputusasaan melanda dirinya. Dia berteriak memohon bantuan, berharap ada seseorang yang mendengarnya dan bisa membantu membebaskannya.
Di luar sekolah, Naomi yang tidak melihat Queen di tempat kejadian segera mengambil tindakan. Dalam kepanikan, dia segera menelepon seseorang yang bisa dia andalkan untuk datang ke rumahnya. Suaranya penuh dengan kecemasan saat dia meminta bantuan.
"Revano... datang ke rumah tante sekarang," ucapnya dengan suara gemetar melalui telepon, lalu dengan cepat mematikannya.
Setelah tiba di rumah, Naomi langsung menuju ke kamar Queen dan terkejut melihat Queen sedang menangis dengan gaun yang penuh dengan darah. Hatinya berdesir dan dia tidak bisa menahan kebingungan.
"Ka... Kamu yang membunuh Ruby? Bagaimana bisa?" tanya Naomi dengan suara gemetar, mencoba mencari jawaban atas kejadian mengerikan ini.
Queen, dengan mata yang bengkak karena menangis, bangkit dari tempat duduknya dan memeluk ibunya dengan erat. Dia meminta maaf dan memohon tolong.
"Ibu, maafkan aku... Tolong aku, aku tidak ingin masuk penjara," ucapnya dengan suara terputus-putus, mencerminkan ketakutan dan keputusasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
What's Up BITCH? [END]
Misteri / ThrillerWhat's Up BITCH?:Welcome To My Hell SINOPSIS: Sekelompok anak-anak dan orang dewasa yang berbeda memiliki satu kesamaan: mereka semua terlibat dalam kasus misterius tentang kematian seorang gadis di sebuah SMA bergengsi. Saat mereka berusaha melarik...