BAB 11 [SPESIAL BAB]

52 33 8
                                    

Ratu berjalan di sepanjang trotoar dengan wajah yang penuh kesedihan. Tetapi tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya, membasahi tubuh Ratu yang tidak membawa payung. Dia menatap langit yang kelabu dan berkata dengan suara lirih, "Aku tidak memiliki apa-apa lagi."

Tak berselang lama, sebuah payung tiba-tiba muncul dan melindungi kepala Ratu dari guyuran hujan. Itu adalah Ren, teman dekat Ratu dan kakak dari sahabatnya, Finka. Ren sangat khawatir melihat Ratu kehujanan. Keduanya saling menatap, dan tanpa ragu, Ratu memeluk Ren dengan erat. Detak jantung Ren berdegup kencang dalam pelukan itu.

"Ratu! Kamu kehujanan, aku khawatir sama kamu." ungkap Ren dengan wajah cemasnya.

"Ren, terima kasih. Aku merasa tidak punya apa-apa, tapi kamu selalu ada untukku." kata Ratu.

"Tentu saja, Ratu. Kamu adalah teman terbaikku. Aku tidak tahan melihatmu sedih." Jawabnya.

"Aku sangat beruntung memiliki kamu sebagai teman. Pelukanmu membuatku merasa aman dan dihargai." Ujarnya.

"Ratu, kamu tahu, hatiku berdebar kencang setiap kali kita dekat seperti ini." Ungkap Ren dengan pipi yang memerah.

"Aku juga merasakan hal yang sama, Ren. Kita memiliki ikatan yang istimewa." kata Ratu.

.....

Malam telah menyelimuti mereka, dan cahaya redup lampu halaman menjadi saksi percakapan berat antara Jovandra dan Queen.

Jovandra menatap serius ke arah Queen, "Queen, aku harus berterus terang padamu. Ratu telah menemukan fakta bahwa aku yang merubah nama pemilik hotel."

Queen terkejut dan berdiri, "Apa? Bagaimana bisa Ratu mengetahuinya?" tanyanya.

Dengan Merasa Kesal Queen Menampar Jovandra "Kamu tahu Jovandra, karena kelalaianmu, kita bisa saja kehilangan segalanya!" bentaknya.

Jovandra terbawa emosi dengan memecahkan gelas alkohol di tangannya, "Queen, aku sudah berusaha semampuku!" Teriak Jovandra sambil berdiri tegak, tatapan matanya mengungkapkan campuran emosi antara marah dan sedih.

Revano, yang baru saja bebas dari penjara, melangkah dengan mantap menuju rumah Queen. Di tangannya, ia memegang erat sebuah buket bunga yang indah. Namun, saat ia mendekati halaman rumah, pandangannya tertuju pada Queen dan Jovandra yang sedang terlibat dalam pertengkaran sengit. Tanpa ragu, Revano mengintip dari balik pagar gerbang, ingin mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Apa yang telah terjadi?" ucap lirih Revano.

Tanpa diduga, Jovandra tiba-tiba memeluk Queen dengan erat, membuat Revano terkejut hingga ia melepaskan buket bunga yang ada di tangannya. Rasa terkejut dan kecewa langsung melanda Revano, seolah-olah ia merasa dikhianati oleh Queen. Amarah pun memuncak dalam dirinya, dan ia mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Apa maksud dari pelukan itu, Queen? Aku merasa kamu sedang mempermainkanku. Setelah apa yang aku lakukan untukmu, Jadi ini balasanmu? Lihatlah Queen, Aku akan membalas dendam atas penderitaanku selama ini dan kamu juga...Jovandra" Kata Revano lalu pergi meninggalkan rumah Queen.

Pagi itu, gedung megah itu telah dipenuhi oleh kerumunan para wartawan, reporter, dan orang-orang penting yang datang untuk menghadiri konferensi pers terkait ahli waris ALEXANDER GROUP. Suasana semakin ramai dengan kilatan-kilatan cahaya kamera yang menyoroti setiap sudut ruangan.

Tak lama kemudian, sosok anggun Queen muncul di atas panggung. Wanita itu tersenyum ramah menyambut semua hadirin yang telah hadir. "Selamat pagi semuanya. Terima kasih telah datang ke acara konferensi pers ini," ucapnya dengan suara lembut.

Queen kemudian menjelaskan bahwa ia mewakili pihak ALEXANDER GROUP untuk menyampaikan beberapa hal penting. Wanita itu tampak sedikit menyesal saat menyampaikan bahwa ibunya sedang memiliki urusan di luar negeri, sehingga ia harus menggantikan posisi sang ibu. "Saya harap Anda semua dapat memahaminya," ujarnya penuh harap.

What's Up BITCH? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang